Bab I : pengantar sistem informasi geografis



Yüklə 137,88 Kb.
səhifə1/3
tarix02.01.2018
ölçüsü137,88 Kb.
#19081
  1   2   3

BAB I : PENGANTAR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi yang bereferensi geografis (Aronof, 1989).


Beberapa terminologi lain yang memiliki pengertian kurang lebih sama adalah sebagai berikut:

  • Geographical Information system, merupakan terminologi yang digunakan di Eropa.

  • Geomatique, Terminologi yang dgunakan di Negara Kanada, utamanya negara bagian yang berbahasa Perancis.

  • Georelational Information system, Terminologi berdasar pada tekhnologi

  • Natural Resources Information system, Terminologi berdasar pada disiplin ilmu pengelolaan sumberdaya alam

  • Spatial Information System, Terminologi disiplin non-geography

  • Multipurpose Geographic Data System, Terminologi umum yang digunakan dikalangan pemerintahan.



Untuk kepentingan buku ini, terminologi yang akan digunakan adalah Sistem Informasi Geografis dan singkatannya SIG, sebagai terjemahan dari Geograpic Information System (GIS).
Berbagai definisi lain berdasarkan fokus pendekatannya adalah sebagai berikut :


  1. PENDEKATAN PROSES (process oriented approach); seperangkat fungsi dengan kemampuan yang canggih yang dapat digunakan oleh para profesional untuk menyimpan, menampilkan, dan memanipulasi/ mengoreksi data geografis/spasial (Ozemoy et al in Maguire, 1986)

  2. PENDEKATAN KEGUNAAN ALAT (toolbox approach); seperangkat peralatan yang dipergunakan untuk mengoleksi, menyimpan, membuka, mentransformasi dan menampilkan data spasial dari sebuah kondisi geografis yang sebenarnya (real world).

  3. PENDEKATAN DATABASE (data base approach); sebuah sistim basis data (database) dimana sebagian besar data diindex secara spatial/geografis dan dioperasikan dengan menggunakan seperangkat prosedur yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan data spasial/geografi.

Definisi yang terakhir ini yang umumnya digunakan dalam menjelaskan tentang pengertian SIG. Dalam berbagai definisi di atas jelas selalu ditegaskan berkenaan data/informasi spatial/geografis. Jadi kata kunci dalam SIG adalah data yang dikaitkan dengan letak geografis di permukaan bumi, atau dapat dikatakan keterkaitan antara data geografis dengan data atributnya. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan pengertian dari SIG sebagai berikut:


” Suatu satuan/unit komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”.
Dari pengertiannya SIG berbasis pada komputer, namun konsep SIG itu sendiri dapat dilakukan secara manual, melalui “overlay” peta-peta dan menganalisis data yang terkait dengan peta-peta tersebut dalam format tabel. Bila tidak tersedia perangkat lunak untuk bekerja dengan SIG, atau perangkat keras yang tersedia spesifikasinya kurang memadai untuk digunakan dalam SIG, maka secara manual “overlay” peta-peta dapat dilakukan dan data yang terkait dengannya dianalisis dengan bantuan perangkat lunak “spread sheet”, seperti Excel. Uraian selanjutnya diasumsikan SIG berbasis komputer, walaupun sebagian darinya dapat berlaku juga bila dikerjakan secara manual.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya, atau menampilkannya dalam format grafik dan tabel. Data yang akan diolah pada

SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Dengan demikian aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan berkenaan dengan :


  1. Lokasi, ada apa di lokasi tertentu (di seberang sungai, di lereng gunung, di Desa A, dsb.), apa yang terjadi di lokasi tersebut (rawan banjir, ada deposit emas, curah hujannya tinggi, dsb.).

  2. Kondisi, dimana lokasi jalan yang paling macet, berapa besar potensi tambang yang ada di Kabupaten X, dimana lokasi yang paling tepat untuk pembangunan HTI Sengon, dsb.

  3. Kecenderungan/Trend, sebesar apa perkembangan perumahan di Tamalanrea pada tahun 2015, seberapa besar tingkat degradasi kawasan hutan lindung di DAS Bila, dsb.

  4. Pola, bagaimana hubungan antara jenis tanah dan produksi gondorukem, bagaimana pola penyebaran penyakit di sekitar kawasan industri kayu, bagaimana pola permudaan Mangrove di muara Sungai Cerekang, dsb.

  5. Simulasi/Modeling, berapa besar menurunnya erosi bila luas hutan di hulu Sungai Jeneberang meningkat sebesar 1.000 hektar, dsb.

Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan membentuk sistem yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya saja, akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.




1.2. Basis Data Spasial dan Atribut

1.2.1 Basis Data Spasial

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :




  1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) maupun koordinat Cartesian XYZ (absis, ordinat dan ketinggian), termasuk diantaranya informasi datum dan sistem proyeksi.

  2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Informasi atribut seringkali digunakan pula untuk menyatakan kualitas dari lokasi.

Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:




  1. Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. Format data vektor dapat dilihat pada Gambar 1.

  2. Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis. Gambar 2 memberikan ilustrasi dari format data raster.


Gambar 1. Format Data Vektor.



Gambar 2. Format Data Raster.


1.2.2 Data Atribut
Data atribut memberikan gambaran atau menjelaskan informasi berkaitan dengan fitur peta atau coverage SIG. Data atribut dapat disimpan sebagai/dalam format angka (numbers) maupun karakter (characters). Pada Sistem Informasi Geografis, utamanya di ArcView dan ARC/INFO, data atribut di hubungkan (linked) dengan data spasial melalui “identifier”, atau sering disingkat ID, yang terkait di fitur. Pada ARC/INFO file data atribut disimpan sebagai file INFO disebut “feature attribute tables”. Pada ArcView file dikenal dengan nama “shape” file (*.SHP) yang terdiri dari serangkaian file. Atribu disimpan pada file dengan nama ekstensi *.dbf.
Sebagai contoh dapat disimak Tabel 1, Tabel 2 dan Gambar 3 sebagai berikut.

Tabel 1. Koordinat Fitur.



ID Jalan

Koordinat X,Y

1

3,5 5,5

2

5,5 9,5

3

9,5 11,5

4

6,8 6,7 5,6 5,5

5

9,5 9,3

Tabel 2. Atribut Fitur.

ID Jalan

Kelas Jalan

Permukaan

Lebar

Nama

1

1

Aspal

48

Jl. Jati

2

1

Aspal

48

Jl. Jati

3

1

Aspal

48

Jl. Jati

4

2

Aspal

36

Jl. Meranti

5

3

Aspal

30

Jl. Akasia



Gambar 3. Fitur Jalan


Pada Gambar 3 terlihat fitur jalan dengan setiap potongannya memiliki ID yang unik. Untuk semua fitur yang terdapat di SIG ID nya harus unik, artinya dalam 1 coverage atau layer tidak boleh ada fitur yang sama ID nya. Fitur kemudian terkait dengan tabel koordinatnya yang merupakan basis data geografisnya (Tabel 1). Sedangkan penjelasan fitur disimpan dalam tabel atribut (Tabel 2) dimana dapat terdiri dari beberapa kolom (field) seperti misalnya kelas jalan, perkerasannnya dan namanya. Pada dasarnya jumlah kolom ini hanya dibatasi oleh kemampuan perangkat lunak dan memori komputer.
Tabel atribut fitur dapat berupa “PAT” (polygon atrribute table atau point attribut table) atau “AAT” (arc atribut table). Tabel tabel ini terbentuk dengan sendirinya bila topologi dijalankan menggunakan ARC/INFO. Tabel atribut ini dapat diolah menggunakan perangkat lunak SIG seperti ArcMAP, maupun menggunakan perangkat lunak lain yang dapat mengolah file database, seperti Excel, dBase, Foxbase, Quatro Pro, maupun Access. Untuk mengembalikannnya pada SIG yang harus dijaga adalah kolom ID nya agar tidak terlepas dari data.
1.2.3 Sumber Data Spasial
Data spasial yang digunakan dalam proyek SIG dapat berasal dari berbagai sumber. Beberapa sumber yang umumnya digunakan dalam pembangunan basis data spasial adalah sebagai berikut:


  1. Peta Analog

Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah, peta kawasan hutan dan perairan, dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Peta analog yang meliputi wilayah yang luas, seperti peta topografi, peta penggunaan lahan dan peta lereng, umumnya bersumber pada citra satelit atau foto udara.

Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses dijitasi (digitasi) sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi. Proses dijitasi dapat pula dilakukan langsung bila tersedia meja dijitasi. Namun dewasa ini sebagian besar digitasi peta analog dilakukan “on screen”, atau langsung di monitor setelah peta dikonversi menjadi peta raster melalui pemindai (scanner).

b. Citra Penginderaan Jauh

Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit dan foto-udara), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG, utamanya untuk memantau kondisi lahan, karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu yang cukup luas (Landsat TM 185 Km2, SPOT 60 Km2, ALLOS 60Km2). Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data citra satelit sebagian besar disediakan dalam format raster.

c. Data Hasil Pengukuran

Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik pemetaan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, trase (alur) jalan hutan dan lain-lain.

d. Data Global Positioning System

Teknologi Global Positioning System (GPS) memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pengumpulan data dengan GPS merupakan pengganti pemetaan terestrial konvensional menggunakan Teodolit atau sejenisnya.

Keterkaitan antara berbagai sumber data dalam SIG dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber data utama adalah citra penginderaan jauh, peta yang dapat pula bersumber dari citra penginderaan jauh dan data hasil survey terestrial, termasuk yang menggunakan alat GPS. Sedangkan data turunan dapat berupa hasil analisis geografis, maupun hasil analisis basis data atribut. Sedangkan luaran dari SIG, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4, sangat beragam, mulai dari informasi sederhana, peta-peta digital dan cetakannya, sampai buku laporan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa SIG/GIS adalah basis data geografis yang terkait dengan data atribut.

gambar1.jpg

Gambar 4. Diagram Skematis Sistem Informasi Geografis.


1.3. Sistem Penayangan Kartografis

1.3.1 Peta

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta. Skala peta menggambarkan sejauhmana penyederhanaan dilakukan. Pada peta skala kecil (misalnya 1:1.000.000) penyederhanaan dilakukan samapai tinkat yang cukup umum, sehingga yang diperolah adalah gambaran umum tentang wilayah yang dipetakan. Sedangkan pada peta berskala besar (misalnya 1:5.000) informasi yang ditayangkan dapat sangat rinci. Peta dapat dibuat dan ditayangkan dalam sistem proyeksi bumi, maupun sistem proyeksi, yang umumnya digunakan di Indonesia adalah Universal Transverse Mercator (UTM).
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat didefinisikan berdasarkan tiga parameter berikut, yaitu :


  1. Lokasi titik nol dari sistem koordinat. Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).

  2. Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat. Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat Geodetik (L,B,h), yang keduanya diilustrasikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Ilustrasi sistem koordinat Kartesian dan Sistem Koordinat Geodetik.

Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Ilustrasi Koordinat Kartesian 3D.


Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM).
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah tertentu agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar.
Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi.

Sifat-sifat proyeksi UTM dapat digambarkan sebagai berikut:



  1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.

  2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 derajad sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone.

  3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.

  4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.

  5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.

  6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.

Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU. Gambar 5 memperlihatkan koordinat yang digunakan dalam proyeksi UTM.

Wilayah Indonesia terbentang antara 90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU terbagi dalam 9 zone UTM, dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian sentral 93° – 141° BT).

Gambar 5. Sistem Koordinat Pada Proyeksi UTM.

1.3.2 Menampilkan Data Spasial

1.3.2.1. Menampilkan Data Berdasarkan Kategori Data Attribut


  1. Menampilkan Data dalam Semua Kategori

  1. Jalankan ArcMap.

  2. Tambahkan layer vegetasi yang terletak pada direktori C:\BasicArcGIS\Data\Aceh Besar.mdb\AcehBesarVegetasi.shp

Layer ini menunjukkan sebaran vegetasi yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan hasil klasifikasi dari citra satelit. Perhatikanlah bahwa data tersebut belum dapat menggambarkan atau memberikan informasi apa-apa tentang vegetasi pada saat pertama kali ditampilkan di ArcMap.

  1. Gunakan tool ”identifikasi” untuk menampilkan klasifikasi vegetasi di beberapa areal.



  1. Buka table atribut dari layer Vegetasi untuk melihat lebih jelas gambaran sebaran vegetasi di Kabupaten Aceh Besar.

Sekarang anda dapat melihat atributnya dan kita akan mencoba untuk mengubah tampilan layer berdasarkan informasi yang terdapat pada data tabel vegetasi aceh besar.

  1. Klik dua kali pada layer Aceh Besar Vegetasi, maka sebuah kotak dialog Layer properties akan muncul. Klik pada Tab Symbology.

  2. Arahkan kursor anda pada panel sebelah kiri dibawah daftar pilihan show, selanjutnya klik padapilihan Categories dan kemudian arahkan kursor anda ke daftar pilihan Value Field dan pilih ”DESCRIPTIO”

Gambar 7.2


  1. Klik pada tombol Add All Values. Nilai data akan ditampilkan dengan warna yang telah disediakan. Non-aktifkan symbol all other values dengan cara menghilangkan tanda centang () pada bagian kotak dan kemudian klik pada tombol OK.

Gambar 7.3


Tampilan peta akan berubah sesuai dengan kategori yang anda buat. ArcMap menyediakan beberapa pilihan warna dalam Color Ramp. Anda bisa menggunakan warna yang telah tersedia dan bisa pula merubahnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan anda.


  1. Untuk mengganti warna yang telah ada pada Categories dengan langkah sebagai berikut:




  1. Buka ulang kotak dialog Layer Properties kemudian klik pada Tab Symbology.

  2. Double klik pada kotak warna yang akan anda ganti warnanya (misalnya kotak Aquaculture ponds).


Gambar 7.4



  1. Selanjutnya akan tampil kotak dialog Symbol Selector, pilihlah warna yang anda sukai dan klik OK, kemudian kotak dialog Layer Properties akan muncul di layar anda. Klik OK pada bagian bawah kotak dialog Layer Properties dan anda akan melihat perubahan warna sesuai dengan yang anda pilih.

Gambar 7.5



  1. Menampilkan Data Berdasarkan Kategori yang Diinginkan

  1. Buka ulang kotak dialog Layer Properties, kemudian klik pada Tab Symbology.

  2. Klik pada tombol Remove All – semua nilai yang ada akan menghilang dari tampilan.

  3. Jika anda ingin menampilkan beberapa data tertentu. Klik pada tombol Add Values dan pilihlah data yang ingin anda tampilkan.


Gambar 7.6


Apabila anda ingin memilih lebih dari satu data, anda harus menekan tombol ctrl pada keyboard komputer anda dan pilihlah data yang akan ditampilkan secara bersamaan.

  1. Pilih warna yang anda inginkan, misalnya biru tua untuk tambak (aquaculture ponds), biru muda untuk sawah (paddi fields) dan hijau muda untuk padang rumput (grasslands). Klik OK pada kotak dialog Layer Properties.

  2. Peta akan berubah dan data tidak akan seluruhnya ditampilkan, hanya yang dipilih saja yang akan ditampilkan.



  1. Membuat Layer Transparan

Apabila ada data yang tumpang tindih dan anda ingin menampilkan keduanya pada saat bersamaan, maka anda harus membuat salah satu data menjadi transparan. Pada latihan ini anda akan belajar untuk membuat tampilan data yang transparan.

  1. Tambahkan layer kecamatan Aceh Besar yang terletak dalam direktori C:\BasicArcGIS\Data\AcehBesar.mdb\AcehbesarKec.shp

  2. Klik dua kali pada layer yang akan dibuat transparan (dalam latihan ini AcehbesarKec), setelah muncul kotak dialog Layer Properties, klik pada Tab Display.

Gambar 7.7




  1. Atur transparansi sesuai keinginan anda (semakin tinggi nilai persentasi yang dibuat maka tampilan yang dihasilkan semakin transparan).

  2. Anda bisa melihat perubahan yang terjadi, layer yang terdapat pada bagian atas terlihat transparan sehingga anda dapat melihat layer yang ada dibawahnya.

  3. Simpanlah pekerjaan yang baru saja anda buat.

  4. Tutup ArcMap.



Yüklə 137,88 Kb.

Dostları ilə paylaş:
  1   2   3




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə