Bab I pendahuluan latar Belakang



Yüklə 160,94 Kb.
tarix05.03.2018
ölçüsü160,94 Kb.
#30145

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar sepeti tembaga,besi, emas dan perak. Bagaimana posisi unsure-unsur terseut dalam table periodik? Unsur-unsur tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami hanya menjelaskan tentang unsure-unsur transisis periode ke empat.Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.

Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur  golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.

Unsur transisi periode keelektronegatifan cenderung yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Dalam makalah ini, akan dibahas beberapa kecenderungan sifat dari logam unsur transisi, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
1.2  Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah:



  1. Bagaimana sumber dan kelimpahan logam unsur transisi di alam?

  2. Bagaimana sifat-sifat fisik dan sifat kimia logam unsur transisi secara umum?

  3. Bagaimana cara pembuatan logam unsur transisi dari sumbernya?

  4. Bagaimana reaktivitas logam unsur transisi?

  5. Bagaimana senyawaan logam unsur transisi dan reaksinya dengan unsur lain?

  6. Bagaimana jenis ikatan yang terbentuk?

  7. Bagaimana peranan logam unsur transisi dalam kehidupan?


1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat:



  1. Mengetahui sumber dan kelimpahan logam unsur transisi di alam.

  2. Mengetahui sifat-sifat fisik dan sifat kimia logam unsur transisi secara umum.

  3. Mengetahui cara pembuatan logam unsur transisi dari sumbernya.

  4. Mengtahui reaktivitas logam unsur transisi.

  5. Mengetahui senyawaan logam unsur transisi dan reaksinya dengan unsur lain .

  6. Mengetahui jenis ikatan yang terbentuk.

  7. Mengetahui perananya dalam kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Sumber Dan Kelimpahan logam unsur transisi

Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn), skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni).

Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam setelah O, Si, dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian berikut.

a.       Skandium (Sc)

Skandium (Sc) terdapat dalam mineral torvetit (Sc2SiO7).

Gambar Unsur Skandium



b.      Titanium (Ti)

Unsur ini terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam bijih besi sebagai ilmenit  (FeTi)2O3 dan ferrotitanate (FeTiO3) juga terdapat dalam karang, silikat, bauksit batubara, dan tanah liat.

c.       Vanadium (V)

Vanadium terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat) [(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)], dan vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).

Gambar vanadium

d.      Kromium (Cr)

Bijih utama dari kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam kromoker.

    

Gambar Kromium

e.       Mangan (Mn)

Bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan rodokrosit (MnCO3) dan diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.



Gambar Mangan

f.       Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Fe(s) +  2 H+(aq) ——>  Fe2+(aq) +  H2(g)

g.      Kobalt (Co)

Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe, Co, Ni, dan dikenal sebagai smaltit, kobaltit (CoFeAsS) dan eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.

Gambar Kobalt

h.      Nikel (Ni)

Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa berikut ini.

Sebagai senyawa sulfida         : penladit (FeNiS), milerit (NiS)

Sebagai senyawa arsen            : smaltit (NiCOFeAs2)

Sebagai senyawa silikat          : garnierit (Ni.MgSiO3)

Gambar Nikel

i.        Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2).

Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).



Gambar tembaga

j.         Seng (Zn)

Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), sebagai senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).

Tabel beberapa mineral dari unsur-unsur transisi periode keempat


Logam

Nama Mineral

Rumus

Sc

Torvetit

Sc2SiO7

Ti

Rutile

Ilmenit

Ferrotitanate


TiO2

(FeTi)2O3

FeTiO3


V

Karnotit (K-uranil-vanadat)

vanadinit



K2(UO2)2 (VO4)2.3H2

Pb5(VO4)3Cl




Cr

Kromit

Cr2O3.FeO

Mn

Pirolusit

Manganit


Rodokrosit  

MnO2

Mn2O3.H2O

MnCO3


Fe

Hematit

Magnetit


Pirit

Siderit


Limonit

Fe2O3

Fe3O4

FeS2

FeCO3

Fe2O3.H2O


Co

Kobaltit

Eritrit


CoAsS

Co3(AsO4)2.8H2O



Ni

Pentlandit

Milerit


Smaltit

Garnierit



FeNiS

NiS


NiCOFeAs2

Ni.MgSiO3



Cu

Garnerit

Kalkopirit

Kalkosite

Malachit


Bornit

Kuprit


Melkonit

H2(NiMg)SiO4.2H2O

CuFeS2

Cu2S

Cu2(OH)2CO3

Cu3FeS3

Cu2O

CuO


Zn

Seng blende

Smith sonite



ZnS

ZnCO3





2.2 Sifat  Fisik dan Kimia Unsur Transisi

Adanya susunan elektron yang khas pada subkulit 3d dan 4s menyebabkan unsur transisi periode keempat mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan sifat keperiodikan pada logam-logam golongan utama (A).

Beberapa sifat umum unsur transisi :

http://metaltransition.files.wordpress.com/2009/11/sifat-umum5.jpg?w=544

Dari tabel sifat keperiodikan di atas, kita dapat simpulkan beberapa sifat atomik dan sifat fisis dari logam transisi :



  1. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti  semakin kecil.

  2. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga  kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih  nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu  besar. Karena ketika logam  menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi.

3. Konfigurasi elektron

Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1.



http://metaltransition.files.wordpress.com/2009/11/konfigurasi-elektron.jpg?w=544

4. Bilangan oksidasi

Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya bilangan oksidasi lebih dari satu ini disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Dengan demikian, energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil dibanding unsur golongan utama.

Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan oksidasi maksimum +7.

Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n–1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
http://metaltransition.files.wordpress.com/2009/11/biloks.jpg?w=544

2.3 Cara Pembuatan atau Isolasi Unsur Transisi

A.    Cara Pembuatan unsur-unsur transisi periode ke empat

1.      Cara pembuatan Titanium

Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja. Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada temperature tinggi yang bebas oksigen.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g) TiCl4(g) + CO2(g)

TiCl4(g) + 2Mg(s) Ti(s) + 2MgCl2(g)

Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum digunakan.

2.      Cara pembuatan Vanadium

Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO2 yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.

2 V205(s) + 5Si(s) { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)

SiO2(s) + CaO(s) CaSiO3

Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
3.      Cara Pembuatan kromium

Krom merupakan salahsatu logam yang terpenting dalam industry logam dari bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.

Reksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.
4.      Cara pembuatan mangan
Logam, mangan diperoleh dengan


  1. Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, alumunium atau dengan proses elektrolisis.

  2. Proses aluminotermy dari senyawa MnO2, persamaan reaksinya:

Tahap 1 : 3MnO2(s) Mn3O4(s) + O2(g)

Tahap 2 : 3Mn3O4(s) + 8Al(s) 9Mn(s) + 4Al2O3(s)


5.      Cara pembuatan Besi

Bahan dasar : Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C)

Dasar reaksi : Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C

Tempat : Dapur tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.

Reaksi dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada penjelasan berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 – 2.000 ton besi kasar dan 500 ton kerak (terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan 0,3 ton gamping dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.

Reaksi yang terjadi :

1. Reaksi pembakaran.

Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.

C + O2 CO2

CO2 + C 2CO

2. Proses reduksi

Gas CO mereduksi bijih.

Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2

Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2

Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi (1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak

CaCO3 CaO + CO2

CaO + SiO2 CaSiO3 kerak

pasir

Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :

baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %

baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %

baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %

Pembuatan baja :

Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang lain. Ada 3 cara :

1. Proses Bessemer :

Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.

2. Open-hearth process

Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.

3. Dengan dapur listrik.

Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang tertentu.



6.      Cara Pembuatan Kobalt

Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan sebagai berikut :

Pemanggangan :

CoAs (s) Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)

Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S

Bi2O3(s) + 3 H2S(g) Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)

PbO(s) + H2S(g) PbS(s) + H2O(l)

Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas hydrogen, menurut reaksi :

Co2O3 (s) + H2(g) 2 CO(s) + 3 H2O (g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.

7.      Cara pembuatan nikel

Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:

- Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.

- Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.

- Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak

- Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.


- Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

8.      Cara pembuatan tembaga

Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan pemekatan biji tembaga. Langkah-langkah pengolahan bijih tembaga adalah seperti skema berikut

Reaksi proses pengolahannya adalah :

1.      2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)

2.      FeO(s) + SiO2 (s) 14000C FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai berikut :

2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)

2 Cu2O(l) + Cu2S(s) 6 Cu(l) + SO2 (g)

3 Cu2S(l) + 3 O2 6 Cu(l) + 3 SO2(g)

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.

Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister.

9.      Cara pembuatan zink

Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih seng yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat) dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.




    1. Reaktivitas Unsur Transisi

Bersifat kurang reaktif. Hal ini terkait dengan jumlah electron di subkulit ns dan (n-1)d nya yang lebih banyak dibanding logam utama. Akibatnya lebih besar energy yang dibutuhkan untuk melepas electron-elektron blok d dibanding blog s pada periode yang sama. Hal ini tampak dari perbandingan nilai energy ionisasi kedua logam. Logam transisi Cenderung membentuk berbagai ion kompleks, karena muatan positif intinya yang lebih besar sehingga cenderung menarik spesi-spesi yang kaya akan electron.


    1. Senyawaan Dan Reaksi-Reaksi Unsur Transisi

1. Tingkat Oksidasi <2

 Aseptorp- Dengan ligan

- Ligan-ligan Organik

- Ligan Hidrogen

2. Tingkat Oksidasi 2

- Biasanya bersifat ionik

- Oksidanya (MO), bersifat basa

- Memiliki struktur NaCl

- Mampu membentuk kompleks Aquo, dengan jalan

mereaksikan, logam, oksida, karbonat dalam

larutan asam dan melalui reduksi katalitik.

3. Tingkat Oksidasi 3

- Beberapa senyawaan bersifat stabil terhadap air, kecuali kompleks dari logam Cu.

- Flourida (MF 3 ) dan oksidanya (M 2 O 3 ) bersifat ionik.

- Senyawaan klorida, bromida, iodida dan sulfida bersifat kovalen.

- Unsur-unsur Ti – Co membentuk ion-ion oktahedral [M(H 2 O)] 3+

- Ion Co 3+ dan Mn 3+ mudah direduksi oleh air.

- Ion Ti 3+ dan V 3+ teroksidasi oleh udara .

4. Tingkat Oksidasi 4

- Beberapa contoh senyawaannya antara lain : TiO2, TiCl4, VCl4, VO2+(Vanadil) dapat berperilaku seperti M2+.

- Logam-logam dengan tingkat oksidasi 4 dapat membentuk senyawaan kompleks yang bersifat kation, netral dan anion tergantung ligannya.

- Diluar unsur Ti dan V, umumnya dikenal sebagai komplek fluoro, dan anion okso.

- Beberapa kompleks tetrahedral dapat dibentuk dengan ligan : OR, - NR2, - CR3, seperti : Cr(OCMe3)4

 5 , dikenal untuk unsur-unsur V, Cr, Mn, dan Fe dalam³5. Tingkat Oksidasi

kompleks flouro, amin okso, misal : CrF5, KmnO4, dan K2FeO4 dan s

s emuanya merupakan zat pengoksidasi yang kuat.

GARAM DARI MANGAN , Garam mangan dapat dibentuk dengan hampir semua anion. Garam mangan(II) larut dalam air, walaupun phospat dan karbonat hanya sedikit larut. Hampir semua garam kristal berbentuk hidrat.



    1. Ikatan Unsur Transisi

Ikatan Logam

Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi. Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat terlibat, kecenderungan daya tarik akan semakin lebih kuat. Contoh ikatan logam pada unsur transisi transisi adalah Ag, Fe, Cu dan lain-lain.



2.7    Kegunaan logam unsur transisi
1.      Kegunaan Titanium

  Sebagai bahan kontruksi, karena mempunyai sifat fisik

1.      Rapatannya rendah (logam ringan)

2.      Kekuatasn struktrurnya tinggi

3.      Tahan panas

4.      Tahan terhadap korosi

  Sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonic

  Sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik



2.      Kegunaan Vanadium

  Banyak digunakan dalam industry-industri,

-          Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi

-          Untuk membuat logam campuran



3.      Kegunaan Kromium

  Logam kromium banyak digunakan dalam bidang industry

-          Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang bersifat keras dan permukaanya tetap mengkilap.

-          Kromium digunakan untuk penyepuhan, karena indah, mengkilap, dan tidak kusam

  Larutan kromium (III) oksida, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium.

4.      Kegunaan Mangan

  Untuk produksi baja

  Menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh pengotor besi

  Banyak tersebar dalam tubuh yang merupakan unsure yang penting untuk penggunaan vitamin B1.



5.      Kegunaan Besi

  Membuat baja

  Banyak digunakan di dalam pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari seperti, cangkul, pisau, sabit, paku, mesin, dan sebagainya.
6.      Kegunaan kobalt

  Sebagai aloi

  Larutan Co2+ digunakan sebagai tinta rahasia untuk mengirim pesan dan juga dalam system peramalan cuaca

7.      Kegunaan Nikel

  Pembuatan aloi, electrode baterai, dan keramik

  Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan karat

  Pelapis besi (pernekel)

  Sebagai katalis

8.      Kegunaan Tembaga

  Bahan kabel listrik

  Bahan uang logam


  • Untuk bahan mesin tenaga uap

  Dan untuk aloi

9.      Kegunaan Zink

  Bahan cat putih

  Pelapis lampu TL

  Layar TV dan monitor computer

 Campuran logam dengan metal lain

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.  Unsur – unsur golongan transisi periode keempat diperoleh dari dalam bumi dengan cara metalurgi. Proses metalurgi meliputi konsentrasi, reduksi, dan pemurnian.

2. Sifat logam sangat keras, tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik. Pengecualian untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis.



  1. Banyak di antaranya dapat membentuk ion – ion berwarna yang berubah – ubah menurut keadaan bilangan oksidasinya.

  2. Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya 0 atau positif.

  3. Dapat membentuk senyawa kompleks.

6. Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh tinggi, bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.

7. Kegunaan unsure-unsur periode keempat dengan sifat logamnya berguna dalam pembuatan logam pelapis maupun bahan untuk kabel karena ifatnya sebagai konduktor yang baik seperti tembaga.



DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Penerbit UI Press

Anshory, Irfan.2003.Acuan Pelajaran Kimia.Jakarta.Erlangga.

Syukri.1999.Kimia Dasar III.Bandung.Institut Teknologi Bandung.

http://www.chemistry.org/materi_kimia/struktur_atom_dan_ikatan/ikatan_kimia/ikatan_logam/



http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/ikatan-logam-10/


Yüklə 160,94 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə