Baliho (Sebuah Analisis Semiotika C. S. Peirce)



Yüklə 125,13 Kb.
tarix31.10.2018
ölçüsü125,13 Kb.
#77404

Membangun Citra Diri Pasangan Calon Walikota dan Wakil Wali Kota Kupang Periode 2012-2017 Melalui Media Baliho (Sebuah Analisis Semiotika C. S. Peirce)

(Anastasia J. M. Leda; Tans Felix; Marsel Robot)

MEMBANGUN CITRA DIRI PASANGAN CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA KUPANG PERIODE 2012-2017 MELALUI MEDIA BALIHO
(Sebuah Analisis Semiotika C. S. Peirce)

Anastasia J. M. Leda; Tans Felix; Marsel Robot

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini apa jenis tanda yang terdapat dalam media baliho yang dipakai untuk membangun citra diri pasangan calon wali kota dan wakil wali kota kupang periode 2012-2017 dan bagaimana tanda tersebut membangun citra diri pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Kupang periode 2012-2017. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis tanda yang terdapat dalam media baliho yang dipakai untuk membangun citra diri pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang periode 2012-2017 dan untuk mendeskripsikan tanda yang dipakai dalam membangun citra diri pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang periode 2012-2017. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce yang membagi tanda menurut bentuknya yakni ikon, indeks, dan simbol. Metode penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai tanda-tanda yang terdapat dalam baliho calon Wali kota dan Wakil Wali kota Kupang periode 2012-2017. Media baliho menjadi media yang tepat untuk membangun citra pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Kupang dan semiotika C. S. Peirce adalah teori yang tepat dalam menganalisis tanda-tanda pada media baliho tersebut.



Kata kunci: baliho, semiotik, media, kampanye, politik


PENDAHULUAN

Menjelang kampanye, iklan-iklan politik hadir di media massa, karena sifatnya yang dapat menjangkau masyarakat luas secara efektif dan efisien (Hassan, 2011).Media dijadikan salah satu alat kampanye yang dianggap cukup relevan untuk mempersuasi masyarakat pemilih dan untuk saling “serang” antara para kandidat guna menaikkan pamornya.

Iklan politik kini lebih berfungsi sebagai pencitraan. Para tokoh politik kemudian menggunakan iklan sebagai sarana pencintraan dan pencitraan dimaksudkan agar pemilih mengetahui bahwa diri mereka adalah sosok pemimpin ideal yang layak dipilih dalam pemilu.

Berbagai strategi dilancarkan oleh tim sukses dari masing-masing calon pemimpin untuk menarik perhatian masyarakat salah satunya adalah dengan melakukan imagologi (ilmu tentang citra atau imaji) serta peran teknologi pencitraan dalam pembentukannya (Hassan, 2011). Citra adalah sesuatu yang tampak oleh indra, akan tetapi tidak memiliki eksistensi yang substansial; suatu persamaan atau representasi atau visualisasi (anonim, 2003). Dalam dunia pencitraan, citra dan realitas menjadi dua kutub yang terus tarik-menarik. Citra bisa merujuk pada suatu representasi visual dari realitas seperti terlihat pada foto, atau pada konsepsi mental (imajinatif) dari seorang individu, peristiwa, lokasi, atau objek.

Penciptaan citra dimaksudkan untuk membangun identitas “pelaku” pada calon pemilih. Citra berkaitan dengan karakter pemilih yang khas, tingkat pendidikan, kelas sosial, sikap sosial, gaya hidup, dan lain-lain (Wardoyo, 2006).

Sebuah baliho sebagai salah satu bentuk pencitraan berkaitan dengan sistem tanda di dalamnya. Tanda merupakan konsep mental yang digunakan untuk membagi realitas dan mengategorikannya sehingga kita bisa memahami realitas tersebut. Ini berarti bahwa studi tentang tanda seringkali memberikan penekanan pada dimensi sosial komunikasi. Untuk membaca tanda-tanda yang dimunculkan dalam iklan, semiotika dapat digunakan sebagai perangkatnya sebab ilmu semiotika memahami tanda-tanda atau simbol dan pemanfaatannya. Iklan adalah sebuah ajang permainan tanda yang selalu bermain pada tiga elemen tanda yang saling mendukung, yaitu objek, konteks dan teks (Nimmo, 2005: 35). Pesan yang disampaikan dalam teks berinteraksi dengan pembaca sehingga makna terproduksi. Baliho menjadi sebuah fenomena dalam sistem pertandaan dan manusia sebagai mahluk berakal memiliki kapasitas luar biasa dalam memaknai sesuatu karena, pada dasarnya, simbol bersifat sembarang atau manasuka.

Daya visual dan verbal dari baliho dianggap dapat mengaktifkan citra visual dan memberikan keyakinan verbal sehingga dapat mempengaruhi perasaan dan kepercayaan. Dalam banyak makna suatu pesan disampaikan secara implisit atau bersifat konotatif.

Baliho menjadi sebuah fenomena baru dalam dunia periklanan di Indonesia dewasa ini. Para calon pemimpin kepala daerah di seluruh Indonesia pada umumnya, menggunakan baliho sebagai media penyampai pesan, ide, dan program untuk menarik minat masyarakat pemilih dari semua kalangan.

Penggunaan baliho sebagai penyampai informasi mempunyai kemampuan luar biasa dalam membentuk opini publik dan dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan perubahan melalui gambar dan teks. Pada dasarnya sebuah media menghasilkan tanda yang melibatkan perasaan, emosi, dan nilai budaya. Semuanya membentuk sebuah proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran yang bersifat persuasif.

Kota Kupang telah melaksanakan pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang periode 2012-2017. Para calon wali kota dan wakil wali kota telah berlomba mengiklankan diri demi pencitraan. Baliho digunakan sebagai sarana komunikasi yang cukup ampuh dalam membangun citra karena dapat diakses oleh semua kalangan. Menjawab persoalan tersebut, peneliti melakukan penelitian ini dengan topik “Analisis Semiotik Media Baliho: Membangun Citra Diri Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang Periode 2012-2017”.

Semiotika melihat semua aspek dalam sebuah kebudayaan sebagai tanda misalnya bahasa, bahasa tubuh, isyarat, pakaian, kelakuan, tata rambut, jenis rumah, dan mobil. Tanda yang digunakan untuk menyampaikan pikiran, informasi, dan perintah serta penilaian, memungkinkan manusia untuk mengembangkan persepsi dan pemahaman terhadap sesama dalam dunia ini membantu kita memahami serta mengerti bagaimana cara berkomunikasi, juga membantu menerangkan kebiasaan dan kaidah-kaidah di semua unsur yang membentuk lingkungan komunikasi kita. Bahasa tulis maupun bahasa lisan, gambar-gambar, film, televisi, pakaian, bahasa tubuh, isyarat semua adalah unsur-unsur yang kita ciptakan, kita terlibat, dan di dalamnya terdapat banyak sekali variasi-variasi, dalam hal ini kesemuanya adalah tanda-tanda.
Tanda

Manusia adalah pelaku semiotika yang setiap hari hadir di sekitar kita dalam bentuk tanda(Eco, 2009: 1). Kata adalah tanda. Demikian pula gerak isyarat, lampu lalulintas, bendera, film, iklan, dan sebagainya.Tanda adalah sesuatu yang secara konvensional dapat menggantikan atau mewakili sesuatu yang lain (Sobur, 2009:40). Menurut Saussure tanda mempunyai dua entitas yaitu signifier dan signified atau wahana tanda dan makna atau penanda dan petanda. Suatu ujaran hanya berlaku sebagai tanda jika terdiri atas penanda dan petanda. Sedangkan hubungan antara penanda dan petanda ini adalah arbriter (Cobley P. & Jansz L, 2002: 3).

Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti: nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda bisa berada di seluruh kehidupan manusia. Tanda berada di mana-mana, kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, dengan demikian berarti tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi (Cobley P. & Jansz L, 2002: 3-4).

Tanda bisa berarti sesuatu bagi seseorang jika hubungan yang berarti ini diperantarai oleh interpretan. Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti: nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda berada di seluruh kehidupan manusia dan sangat akrab bahkan melekat pada kehidupan manusia yang penuh makna seperti teraktualisasi pada bahasa, religi, dan ilmu pengetahuan.


Teori Tanda Peirce

Peirce (Pateda dalam Sobur, 2009: 40-41), tanda “Is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign berkaitan dengan kualitas; sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; dan legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.

Berdasarkan objeknya, Peirce membaginya atas icon, index, dan symbol. Ikon adalah hubungan tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; dan tanda juga dapat mengacu pada denotatum melalui konvensi yang disebut simbol.

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan oramg menafsirkan berdasarkan pilihan; dicent sign dan dicisign adalah tanda yang sesuai kenyataan; dan argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

Sedangkan proses semiosis merupakan proses yang memadukan entitas yaitu representamen tadi dengan entitas lain yang disebut objek. Proses semiosis sering disebut sebagai signifikasi, proses ini menghasilkan hubungan yang tidak berkesudahan. Sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi representamen lagi dan demikian seterusnya dan menurut Umberto Eco proses ini dinamakan proses semiosis tanpa batas atau unlimited semiosis (Eco, 2009: 33).

Sebagai contoh, jika kita melihat telepon umum. Gambar telepon merupakan sebuah representamen yang dapat berhubungan dengan tanda-tanda lain misalnya kata “telepon” yang merupakan kata benda dalam bahasa Indonesia. Kemudian kata ini akan mengacu pada sebuah benda yaitu berupa telepon yang sebenarnya dan dapat dipakai untuk berkomunikasi. Dengan demikian kata “telepon” tadi kini berkedudukan sebagai sebuah representamen yang berhubungan lagi dengan kata-kata yang lain, misalnya, alat komunikasi jarakjauh. Kata ini kemudian dapat menjadi representamen dengan interpretan yang baru misalnya handphone dan kata inipun dapat menjalin relasi dengan interpretan lain dan proses ini akan bersambung tanpa pernah selesai.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif karena tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan topik penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai adanya tanda yang dibangun oleh calon Wali kota dan Wakil Wali kota periode 2012-2017. Menurut Djajasudarma (Warsito, 1997: 10) deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hal ini berdasarkan pada data dari penelitian ini yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas bentuk verbal dan visual yang berupa teks dan gambar. Arikunto (1998: 23) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif karena penelitian ini berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh simpulan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai tanda-tanda yang terdapat dalam baliho calon Wali kota dan Wakil Wali kota Kupang periode 2012-2017.



PEMBAHASAN

Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Kupang periode 2012-2017 telah usai dilaksanakan. Putaran pertama yang dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2012, masing-masing pasangan yakni, pasangan nomor urut 1, paket The Next (Ny. Viktoria Lerik dan Muhamad Wongso) mendapat dukungan sebanyak 4,77 % suara sah. Pasangan nomor urut 2 paket Sejahtera Kota (Ny. Mersiana Pellokila dan Corinus Tuan) mendapat dukungan sebanyak 4,06 % suara sah. Pasangan nomor urut 3 paket Jeriko (Jefri Riwu Kore dan Kristo Blasin) mendapat dukungan sebanyak 23,25 % suara sah. Pasangan nomor urut 4 paket AYO (Paul Liyanto dan Yoseph A. Mamulak) mendapat dukungan sebanyak 19,66 % suara sah. Pasangan nomor urut 5 paket SALAM (Yonas Salean dan Herman Man) mendapat dukungan 26,78 % suara sah. Pasangan nomor urut 6 paket Dua Dan (Daniel Adoe dan Dan Hurek) mendapat dukungan 20,77% suara sah.1 Hasil yang didapat oleh pasangan calon yang telah bertarung dalam pilkada putaran pertama tidak mencapai 31 % suara sah maka pemilu ini dilaksanakan dalam dua putaran yakni yang dilaksanakan pada 27 Juni 2012. Pada putaran pertama pasangan yang lolos ke putaran kedua yakni pasangan nomor urut 3 paket Jeriko (Jefri Riwu Kore dan Kristo Blasin) yang memperoleh suara sah 23, 25 % dan pasangan nomor urut 5 paket SALAM (Yonas Salean dan Herman Man) yang memperoleh suara sah 26, 78 %. Pada putaran kedua pasangan nomor urut 3 paket Jeriko (Jefri Riwu Kore dan Kristo Blasin) mendapat dukungan sebanyak 49, 92 % suara sah dan nomor urut 6 paket SALAM mendapat dukungan sebanyak 57, 08 % suara sah.2

Pasangan calon wali kota Jonas Salean dan calon wakil wali kota Hermanus Man, merupakan pasangan yang mencalonkan diri lewat jalur independen. Calon wali kota merupakan mantan sekda Kota Kupang pada masa jabatan Wali Kota Alm. S. K. Lerik. Jonas Salean sebelumnya juga pernah mencalonkan diri sebagai wali kota pada periode yang lalu dengan calon wakil wali kota yang berbeda. Calon wakil wali kota merupakan seorang pensiunan dokter umum, Hermanus Man dikenal sebagai salah satu tokoh orang Manggarai di Kota Kupang yang cukup berpengaruh. Kiprahnya di dunia perpolitikan Kota Kupang kurang didengar dibandingkan pasangannya calon wali kota.
2013-01-05 11.10.00.jpg



Ikon Verbal
Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk

Rakyat

Teks “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat” memiliki kemiripan dengan slogan yang merupakan slogan tetap wakil rakyat di DPR yakni “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Slogan ini merupakan slogan pengingat untuk para wakil rakyat, dari mana mereka berasal, siapa yang memilih mereka, dan untuk siapa mereka bekerja. Pasangan ini memilih slogan tersebut karena mereka tidak berasal dari partai tertentu dan juga sebagai bentuk persuasi kepada pemilih, bahwa mereka berasal dari rakyat, diutus oleh rakyat, dan bekerja untuk rakyat.



Ikon Nonverbal

Latar Warna Merah Putih dengan Bentuk Bergelombang

Latar baliho seperti bendera merah putih yang berlapis-lapis. Dikarenakan pasangan ini tidak didukung oleh partai politik manapun atau calon independen, maka pasangan calon ini memilih warna netral yakni warna merah dan putih. Dengan warna demikian, sangat meyakinkan bahwa pasangan ini ingin berjuang demi rakyat. Seperti pada masa sebelum kemerdekaan, para pejuang menggunakan berbagai atribut pelengkap berwarna merah putih untuk berjuang melawan penjajah demi kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia. Demikian juga pasangan ini menggunakan warna merah putih sebagai latar karena mereka merdeka dari berbagai partai politik, mereka tidak memiliki tanggung jawab langsung kepada partai politik manapun, –walaupun pada pemerintahannya mereka wajib bekerja sama dengan partai politik manapun– merdeka untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat Kota Kupang. Bentuk bergelombang pada warna merah putih untuk menunjukkan bahwa jalan yang ditempuh untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Kota Kupang tidaklah mulus tetapi bergelombang, pasang-surut, naik-turun, berliku, beriak, dan kesemuanya adalah proses yang harus dilalui.



Indeks Verbal
Pilih Nomor 5

Teks “pilih nomor” menggunakan huruf menulis dan berbentuk setengah lingkaran menunjukkan mereka adalah orang yang cukup dituakan di Kota Kupang. Tulisan dengan menggunakan huruf menulis, umumnya digunakan oleh orang-orang tua. Berbentuk setengah lingkaran mengikuti angka 5 yang berada dalam lingkaran. Dengan demikian ini berarti pasangan ini adalah pasangan yang fleksibel walaupun mereka telah berumur. Umumnya orang yang telah berumur cukup kaku dengan aturan-aturan, maka pasangan ini ingin menunjukkan bahwa mereka dapat berlaku fleksibel, jika dibutuhkan.

Angka 5 dalam lingkaran memiliki kemiripan bentuk dengan angka 5 dalam kartu suara yang akan dicoblos. Ini dengan maksud agar pemilih tidak salah memilih/ mencoblos pada waktu pencoblosan. Teks “pilih nomor 5” menggunakan warna hitam dan putih. Warna tersebut merupakan warna yang netral, karena tidak mewakili partai manapun, sehingga jelas untuk diketahui masyarakat umum.
Paket SALAM

Kata paket dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sejumlah barang yang dibungkus menjadi satu yang dikirimkan atau dijual secara keseluruhan atau satu kesatuan. Kata salam dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pernyataan hormat. Salam merupakan suatu bentuk komunikasi yang menandakan kesopansantunan seseorang terhadap kehadiran orang lain. Paket salam dapat diartikan sebagai sejumlah pernyataan hormat untuk masyarakat Kota Kupang. Pernyataan hormat karena diberi kesempatan untuk menjadi calon walikota dan calon wakil walikota, pernyataan hormat karena kerelaan masyarakat untuk mendukung pasangan ini, pernyataan hormat (perhatian) dari pasangan yang tidak lagi muda kepada seluruh masyarakat Kota Kupang. Oleh karena pasangan ini mengusung nama paket salam, sudah terlihat kerendahan hati dan kematangan bersosialisasi. Walaupun berumur, mereka tidak menunjukkan sikap arogan bahwa mereka wajib untuk dihormati, melainkan mereka menunjukkan sikap dapat bekerja sama dengan suatu pernyataan hormat, “salam”. Pernyataan hormat yang sudah terkikis dari jiwa masyarakat Kota Kupang yang pada masa kini bersikap sangat individualisitik, mementingkan diri sendiri, merasa lebih berharga dibandingkan dengan orang lain. Pasangan ini secara sederhana mencoba masuk dan menelisik dalam jiwa-jiwa masyarakat Kota Kupang untuk melihat bahwa masih ada kesadaran akan saling menghormati antar sesama dalam jiwa mereka. Dari frasa ini juga terkandung harapan mereka, bahwa bukan karena era globalisasi, sehingga sikap toleransi itu hilang dalam jiwa masyarakat Kota Kupang.

Penulisan kata paket dengan ukuruan huruf lebih kecil dibandingkan dengan kata salam adalah untuk menunjukkan bahwa salam merupakan gabungan nama pasangan ini, yakni Jonas Salean, S.H., M.Si. dan dr. Hermanus Man, “SALAM” selain arti salam itu sendiri.

Kata paket ini kesemua abjadnya dikapitalkan dengan maksud agar tetap diperhatikan, karena ukuran hurufnya yang lebih kecil dari kata “SALAM”.

Kata paket diberi warna putih, selain lebih mudah untuk dilihat, warna putih mengandung makna bersih, suci, jelas, murni, sederhana, dan efisien. Pasangan ini mengedepankan bahwa paket yang mereka bentuk adalah paket yang bersih (suci, murni, jelas), sederhana, dan efisien secara politik. Lebih dari pada itu, pasangan ini tidak diusung oleh partai politik manapun, mereka mengikuti jalur independen, sehingga tidak seperti pasangan lain yang mengedepankan warna partai, pasangan ini lebih memilih untuk memberi warna netral yakni warna putih.

Teks “SALAM” ditulis dengan ukuran huruf yang lebih besar dibandingkan dengan teks-teks lain yang terdapat dalam baliho serta dikapitalkan karena kata ini memuat sejumlah makna di dalamnya yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kata “SALAM” diberi warna merah. Warna merah memiliki makna ketenangan fisik, kehangatan, cinta, berani, enerjik, antusias, dan simbol kelangsungan hidup manusia. Calon pemimpin sebaiknya memiliki karakter tenang, hangat, sedikit feminim (cinta kasih), berani, enerjik, dan antusias. Hal yang disadari oleh calon pemimpin ini, sehingga pada singkatan nama mereka, mereka memberi warna merah. Warna merah ini merujuk pada diri mereka masing-masing (berbeda dengan warna putih pada kata paket, yang menekankan pada latar belakang politik pasangan ini) kata “SALAM” diberi warna merah untuk meyakinkan pemilih dan pesaing mereka bahwa mereka adalah pasangan yang tepat untuk memimpin Kota Kupang 5 tahun yang akan datang.

Teks “SALAM” berkilauan dengan huruf /s/ dan /m/ lebih besar daripada huruf /a/ dan /l/. Huruf /s/ mewakili calon walikota yakni huruf /s/ yang diambil dari nama diri calon walikota yaitu bapak YonasSalean dan huruf /m/ mewakili calon wakil walikota yang diambil dari nama diri calon wakil walikota yaitu bapak Herman Man. Kilauan pada teks “SALAM” menunjukkan bahwa calon ini adalah calon yang paling berharga dan sangat tepat untuk dipilih. Kilauan pada teks “SALAM” juga menunjukkan “kelas tersendiri”. Yang dimaksud dengan kelas tersendiri adalah bahwa pasangan ini telah berpengalaman dalam bidangnya dan memiliki pengetahuan luas yang dapat membantu mereka dalam kepemimpinan 5 tahun yang akan datang jika terpilih. Efek kilauan secara fisik akan sangat menarik minat siapa saja, contoh benda-benda berkilau seperti emas dan batu mulia (berharga dan bernilai).

Teks “PAKET SALAM” diletakkan di tengah. Sebuah teks jika diletakkan di bagian tengah – secara denotasi – teks tersebut merupakan topik/ judul/ tema dari keseluruhan teks atau merupakan pokok dari teks-teks yang ada. “paket salam” menjadi topik dari keseluruhan tanda yang ada dalam baliho tersebut. Baik tanda teks, maupun tanda objek, kesemuanya adalah tanda-tanda yang memperkuat/ mendukung keberadaan dari teks “paket salam”. Teks “paket salam” memuat semua ide, karakter, dan hasrat yang ingin disampaikan oleh pasangan calon ini, sehingga teks ini menjadi pusat dan diletakkan di tengah di antara foto calon walikota dan calon wakil walikota.
Gelar pada Nama Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

Gelar pada nama yang diperlihatkan di depan publik, pada dasarnya adalah untuk menunjukkan gengsi dari pemilik gelar tersebut, tetapi lebih dari pada itu, penulisan gelar, juga menunjukkan tingkat pendidikan seseorang, seberapa luas wawasan yang dimiliki oleh orang tersebut. Penulisan gelar pada nama oleh pasangan ini, adalah untuk memberitahukan kepada publik bahwa pasangan ini adalah orang yang berpendidikan, berwawasan luas, dan mampu untuk memimpin.


Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk

Rakyat

Teks “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat” dipilah menurut frasanya, maka teks “dari rakyat” dapat diartikan bahwa pasangan ini berasal dari rakyat; teks “oleh rakyat” dapat diartikan bahwa oleh rakyat mereka dipilih untuk menjadi wakil rakyat; dan teks “untuk rakyat” dapat diartikan bahwa kepemimpinan mereka tujuan akhirnya adalah untuk kesejahteraan rakyat.

Teks “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat” diletakkan pada bagian bawah dari baliho, hal ini menunjukkan bahwa fondasi yang mereka bangun adalah berasal dari rakyat. Rakyat menjadi alasan utama mereka maju dalam pertarungan pilkada walikota periode 2012-2017. Rakyat yang akan mereka perjuangkan dalam segala aspek penghidupannya.

Teks “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat” diberi warna merah dan berlatar putih. Teks “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat” diberi warna merah di mana warna merah dapat diartikan sebagai keberanian, kekuatan, kehangatan, energi, persaingan hidup, stimulasi,maskulinitas,kegembiraan, dan rasa aman. Hal ini yang menunjukkan bahwa pasangan ini tidak gegabah dalam mencalonkan diri mereka. Mereka berani, kuat, dan mampu bersaing walaupun mengikuti jalur independen. Latar putih yang melatari teks ini menandakan bahwa pasangan ini tulus ingin maju mengikuti pilkada walikota Kupang periode 2012-2017. Gabungan kedua warna ini menampilkan keindonesian pasangan ini, dikarenakan mereka bukan merupakan calon yang dicalonkan partai politik, maka pasangan ini lebih memilih warna-warna netral yang menunjukkan keindonesian mereka, di mana warna ini tidak akan diartikan lebih jauh pada partai politik manapun.


Indeks Nonverbal

Posisi Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

Posisi pasangan calon yang berjarak menunjukkan bahwa pasangan ini saling memberi ruang untuk dapat berkarya dan berkreasi. Bahwa pasangan ini saling menghormati posisi masing-masing ketika akan menjalankan pemerintahan. Bahwa ruang yang dibutuhkan masing-masing pasangan pada dasarnya adalah untuk memajukan Kota Kupang.


Simbol Verbal
Gelar pada Nama Pasangan Calon

Gelar pada nama pasangan calon ini adalah untuk diketahui secara umum bahwa pasangan ini adalah orang yang berpendidikan. Masyarakat mengakui bahwa orang yang berpendidikan adalah orang yang pintar. Bagi masyarakat yang tidak mengecap pendidikan di perguruan tinggi, orang yang memiliki gelar pada pendidikan tinggi adalah orang dengan kemampuan lebih.


Simbol Nonverbal
Pakian yang Dikenakan Pasangan Calon

Pakian yang dikenakan pasangan ini adalah pakian formal. Pakian formal demikian oleh masyarakat menandakan bahwa yang menggunakan adalah orang yang mapan secara ekonomi dan memiliki kelas sosial tertentu. Seperti pada gambar, penampilan orang-orang tersebut menandakan bahwa mereka merupakan kaum eksekutif atau pengusaha di mana mereka secara ekonomi dapat dikatakan sangat mapan.http://ts4.mm.bing.net/th?id=h.4895516436728055&pid=15.1&h=128&w=160



Latar Didominasi Warna Merah dan Putih

Bendera merah putih merupakan simbol negara Indonesia. Bendera merah putih menyimbolkan keperkasaan Indonesia terbebas dari penjajah. Bendera merah putih menyimbolkan perjuangan. Pasangan ini ingin menunjukan kecintaan mereka terhadap masyarakat Kota Kupang, dengan menampilkan latar merah dan putih yang berselingan di mana dengan latar tersebut menunjukkan kenetralan. Merah dan putih sebagai warna bendera Indonesia simbol negara yang meleburkan segala perbedaan, suku, agama, dan golongan “Bhineka Tunggal Ika”. Pasangan yang tidak diusung oleh partai politik mana pun, menggunakan simbol negara sebagai latar perjuangan mereka dalam pemilihan wali kota dan wakil wali kota Kupang periode 2012-2017.


SIMPULAN DAN SARAN

Media baliho menjadi media yang tepat untuk membentuk citra pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Tanda-tanda dalam baliho dapat dipakai untuk pembentukan citra, tetapi hal ini juga bergantung pada pengetahuan dunia yang dimiliki oleh pemilih, apakah interpretasi yang dilakukan oleh pemilih sesuai dengan harapan pembuat baliho, sehingga citra-citra positif yang coba dibangun oleh pasangan calon wali kota dan wakil wali kota periode 2012-2017 dapat terbaca dengan baik.

Tanda-tanda dalam baliho, dibuat sedemikian rupa untuk menunjang citra pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Kupang, tetapi hal ini hanyalah sebagian kecil dari kesuksesan seseorang menjadi pemimpin. Banyak faktor yang sangat mempengaruhi seseorang untuk menjadi pemimpin, pembentukan citra lewat media komunikasi hanyalah sebagian kecil faktor pendukung.

Baliho menjadi media yang tepat untuk membentuk citra pasangan calon walikota dan wakil walikota, maka bagi tim sukses dari pasangan calon walikota dan wakil walikota agar pembentukan citra yang menggunakan tanda-tanda dapat memperhatikan realitas yang ada. Membangun kepercayaan masyarakat pemilih kepada calon pemimpin juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam pemerolehan suara nantinya. Para calon pemimpin baiknya jangan hanya terjebak dalam pembentukan citra semata, tetapi perlu juga untuk membangun kepercayaan masyarakat pemilih kepada mereka.



REFERENSI

Anonim-daring. 2003. Pengertian Baliho http://billboardbalihoneonbox.com//baliho//; diunduh 24/05/2012

Anonim-KBBI-daring. 2008. http://www.wikkipedia.com//baliho//; diunduh 24/05/2012

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Cobley P. & Jansz L. 2002. Semiotics for Beginners (terjemahan: Ciptadi Sukono). Penerbit Mizan-Bandung.

Eco Umberto. 2009. Teori Semiotika. Kreasi Wacana-Bantul.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Jalasutra-Yogyakarta.

Hasan-daring. 2011. Membaca Pesan Simbolik Kampanye Calon Wali Kota Jogyakarta http://ads3.kompasads.com/new/opini:haqqi_hasan//membacapesansimbolikkampanyecalonwalikotajogya.//120911//; diunduh 22/05/2012

Nimmo. 2005. Komunikasi Politik; Komunikator, Pesan, dan Media. Penerbit PT Remaja Rosdakarya-Bandung.

Nimmo. 2010. Komunikasi Politik; Khalayak dan Efek. Penerbit PT Remaja Rosdakarya-Bandung.

Sobur A. 2003. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya-Bandung.

Wardoyo, Subur. 2006. Semiotics and Malboro Advertisement. Bahan kuliah (tidak dipublikasi). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.



Warsito, Hermawan. 1997. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



1 Sumber data KPUD Kota Kupang 2012

2 Sumber data KPUD Kota Kupang 2012


Yüklə 125,13 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə