Deklarasi ilo mengenai Prinsip-Prinsip



Yüklə 181,41 Kb.
Pdf görüntüsü
səhifə2/7
tarix05.12.2017
ölçüsü181,41 Kb.
#13967
1   2   3   4   5   6   7

bagi  tercapainya  kedua  tujuan  ini.  Hanya  konsensus  tripartit  seperti  itulah

yang akan memungkinkan ILO untuk melangkah maju menyelesaikan tugas

terpenting  sekaligus  tersulit  yang  diembannya,  yaitu  mengupayakan  agar

seluruh dunia menghormati prinsip-prinsip ILO mengenai hak-hak mendasar

di tempat kerja beserta realisasinya.

Saat  ini  kita  berdiri  di  ambang  pintu  milenium  ketiga.  Percepatan

globalisasi ekonomi membuat pencapaian misi ILO menjadi semakin mendesak,

yaitu menyusun dan memasyarakatkan aturan-aturan sosial minimum pada

tingkat global. Tanpa aturan-aturan ini, tidak akan ada pembangunan, keadilan

sosial atau perdamaian yang berkesinambungan.

Saya percaya bahwa buku kecil ini akan membantu serikat pekerja di

seluruh dunia dalam memahami dan menggunakan dengan sebaik-baiknya

mekanisme tindak lanjut Deklarasi. Deklarasi ini bukanlah suatu akhir, tetapi

alat baru untuk membantu ILO melindungi pekerja dan untuk menanggulangi

dampak globalisasi terhadap dunia kerja.

William Brett

Ketua Kelompok Pekerja

Wakil Ketua Badan Pimpinan ILO

2



PENDAHULUAN

Serikat pekerja senantiasa berupaya agar prinsip-prinsip dan hak-hak

yang tertuang dalam Konvensi-konvensi dasar ILO dapat dihormati. Artinya,

perlu ada suatu mekanisme pengawasan untuk memonitor pelaksanaannya.

Bagi Negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi-konvensi dasar tersebut,

sekarang  sudah  ada  mekanisme  pengawasan  yang  dapat  secara  efektif

memastikan tingkat pelaksanaan Konvensi-konvensi itu. Organisasi-organisasi

serikat  pekerja  pun  semakin  siap  menggunakan  mekanisme  pengawasan

tersebut.

Pelaksanaan  prinsip-prinsip  dan  hak-hak  yang  terkandung  dalam

dua Konvensi ILO mengenai kebebasan berserikat – yaitu Konvensi No. 87/

1948  mengenai  Kebebasan  Berserikat  dan  Perlindungan  terhadap  Hak

Berorganisasi dan Konvensi No. 98/ 1949 tentang Berunding Bersama – sebagian

telah dijamin oleh Komite Kebebasan Berserikat, bahkan untuk negara-negara

yang belum meratifikasi kedua Konvensi itu.

Deklarasi ILO mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-Hak Mendasar di

Tempat Kerja beserta Tindak Lanjutnya diterima dan disetujui oleh Konperensi

Perburuhan Internasional dalam Sidangnya yang ke-86 di bulan Juni 1998.

Deklarasi  ini  memperkenalkan  satu  instrumen  baru  untuk

memasyarakatkan pengenalan dan pelaksanaan prinsip-prinsip dan hak-hak

yang terdapat dalam kedua Konvensi tersebut, terutama bagi Negara-negara

anggota yang belum meratifikasi kedua Konvensi itu.

Deklarasi ini mengandung dua hal penting.

Pertama,  Deklarasi  ini  mengakui  bahwa  semua  Negara  anggota

berkewajiban menghormati “dengan itikad baik dan sesuai dengan Konstitusi,

prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hak-hak mendasar yang merupakan

subyek Konvensi-konvensi tersebut.”

Kedua,  elemen  pertama  Tindak  Lanjut  yang  dilampirkan  pada

Deklarasi  tersebut  mengharapkan  dihasilkannya  laporan-laporan  mengenai

kemajuan  yang  telah  dicapai  oleh  Negara-negara  anggota  yang  belum

meratifikasi Konvensi-konvensi tersebut dalam melaksanakan prinsip-prinsip

yang tertuang di dalamnya.

Karena itu, serikat pekerja nasional perlu berperan secara aktif dalam

proses tindak lanjut Deklarasi. Dan memang, pedoman ini disiapkan untuk

membantu serikat pekerja berperan aktif dalam menindaklanjuti Deklarasi.

Kami berharap pedoman ini dapat membantu mempermudah serikat pekerja

dalam  menyelesaikan  tugas-tugas  yang  diembannya.  Hanya  melalui

pemanfaatan mekanisme tindak lanjut yang optimal sajalah maka Organisasi

3



akan  sanggup  membantu  Negara-negara  anggota  yang  masih  mengalami

beberapa  hambatan  dan  kesulitan  dalam  menerapkan  dan  melaksanakan

prinsip-prinsip  mendasar  yang  mengatur  hak  laki-laki  dan  perempuan  di

tempat kerja.

Manuel Simón Velasco

Direktur


Biro Kegiatan Pekerja ILO

4



MENGAPA PERLU ADA DEKLARASI?

Selama  bertahun-tahun  Kelompok  Pekerja  selalu  mempertanyakan

apakah ILO benar-benar serius dalam memperjuangkan hak-hak dasar pekerja

sebagaimana seharusnya.

Aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial yang melatarbelakangi tugas

ILO telah banyak mengalami perubahan dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Dalam  laporannya  yang  berjudul  Defending  Values,  Promoting  Change

(Mempertahankan Nilai, Mengupayakan Perubahan), yang diserahkan pada

Konperensi Perburuhan Internasional sewaktu peringatan 75 tahun berdirinya

ILO (yaitu dalam Sidang ke-81 Konperensi pada tahun 1994), Direktur Jenderal

ILO  menyebutkan  aspek-aspek  tertentu  yang  merupakan  dampak  dari

perubahan-perubahan yang telah terjadi terhadap tugas dan fungsi pengaturan

yang  dilakukan  ILO.  Jaminan  yang  diberikan  atas  hak-hak  dasar  pekerja

hendaknya memungkinkan para mitra sosial untuk dengan bebas menuntut

bagian dari kemajuan dan keberhasilan ekonomi yang layak menjadi milik

mereka, yang dihasilkan oleh liberalisasi perdagangan.

Dalam  Konperensi  yang  sama,  para  utusan  memberikan  mandat

kepada Direktur Jenderal untuk memberikan usulan-usulan yang dimaksudkan

untuk merevitalisasi ILO dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk

menghadapi perubahan-perubahan situasi dunia.

Dengan  menyatakan  keprihatinannya  terhadap  proses  globalisasi

dan  konsekuensi-konsekuensi  sosial  liberalisasi  perdagangan,  kalangan

internasional  tidak  menahan  diri  dalam  memberikan  pujian  kepada  ILO.

Dalam  Pertemuan  Puncak  bagi  Pembangunan  Sosial  yang  diselenggarakan

oleh  Perserikatan  Bangsa-Bangsa  (di  Kopenhagen,  1995),  para  peserta

menyetujui perlunya dilakukan upaya-upaya aktif supaya Konvensi-konvensi

ILO dihormati. Menindaklanjuti persetujuan ini, Direktur Jenderal melakukan

kampanye ratifikasi Konvensi-konvensi dasar ILO dengan meminta Negara-

negara anggota untuk menyebutkan langkah-langkah apa yang ingin mereka

lakukan untuk meratifikasi dan melaksanakan Konvensi-konvensi tersebut.

Program aksi yang diterima dan disetujui dalam pertemuan di Kopenhagen ini

menetapkan bahwa negara-negara yang belum meratifikasi Konvensi-konvensi

mendasar tersebut hendaknya berupaya untuk menghormati prinsip-prinsip

yang terkandung dalam Konvensi-konvensi itu. Sekalipun negara-negara ini

tidak  memiliki  kewajiban  hukum  untuk  melaksanakan  Konvensi-konvensi

tersebut, setidak-tidaknya mereka mempunyai kewajiban moral dan politik

untuk menghormatinya. Pada titik inilah Konvensi No. 138/ 1973 mengenai

Batas Usia Minimum menjadi Konvensi dasar.

5



Yüklə 181,41 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə