1.4
Embriologi Tumbuhan
pembungaan. Berdasarkan penelitian–penelitian yang telah dilakukan, stimulus
tersebut dibentuk di daun termasuk kotiledon dan ditransportasikan ke meristem
apeks, kemudian akan menginduksi perubahan-perubahan yang mengarahkan
tumbuhan untuk membentuk perbungaan. Selama tahapan induksi pembungaan,
terjadi peningkatan sintesis RNA, protein, dan pembentukan ribosom serta
peningkatan indeks mitosis di meristem apeks.
Studi ultrastruktural secara kuantitatif memperlihatkan perubahan awal
seperti terjadinya perubahan vakuola berukuran besar dari apeks vegetatif
menjadi vakuola berukuran kecil. Mitokondria juga meningkat sejalan dengan
peningkatan aktivitas suksinat hidrogenase yang menunjukkan terjadinya
peningkatan aktivitas respirasi. Peningkatan ukuran inti terjadi sebagai
perubahan yang lebih lanjut, yang menarik adalah meningkatnya derajat
penyebaran kromatin dalam inti yang membesar. Hal ini menyebabkan rasio
kromatin yang menyebar atau kromatin yang memadat pada meristem apeks
yang terlibat dalam pembentukan organ reproduktif terinduksi lebih besar
dibanding pada meristem vegetatif. Studi pada sel hewan dan tumbuhan
menunjukkan bahwa kromatin yang tersebar lebih aktif dalam mendukung
berlangsungnya transkripsi informasi genetik dari DNA. Setelah tahapan
induksi, sintesis DNA distimulasi, demikian pula aktivitas mitosis. Kedua proses
ini berperan dalam produksi sel-sel baru pembentuk primordium bunga.
C. MERISTEM BUNGA
Saat meristem apeks memasuki stadium reproduktif, meristem apeks akan
mengalami perubahan morfologis yang cukup nyata (Gambar 1.1). Perubahan
ini tentu saja ada hubungannya dengan perubahan dari pembentukan organ
lateral setelah pertumbuhan tidak terbatas (indeterminate) dari meristem apeks
berhenti. Meristem apeks akan tumbuh meninggi dan melebar sebelum bakal
bunga dibentuk. Hal yang sebaliknya terjadi saat perkembangan bunga.
Meristem apeks akan mengecil secara perlahan sejalan dengan munculnya
bagian-bagian bunga.
Bunga merupakan unit fungsional untuk terjadinya proses reproduksi secara
seksual, yang juga memperlihatkan adanya keseimbangan untuk pemenuhan
kebutuhan yang saling bertolak belakang. Hal tersebut ditunjukkan misalnya
dengan mengeluarkan banyak polen yang berfungsi sebagai atraktan untuk
mendatangkan polinator tapi di lain pihak diperlukan pula untuk reproduksi,
serta pada proses polinasi di mana polinasi sendiri dibutuhkan untuk menjamin
BIOL4312/MODUL 1
1.5
dibentuknya keturunan untuk keberlangsungan spesies, tapi di lain pihak
diperlukan pula peningkatan keragaman genetik melalui polinasi silang.
Masing-masing bunga dapat dianggap sebagai struktur yang spesifik bagi
spesies tumbuhan untuk membantu dan mengelola reproduksi seksual.
Konstruksi atau susunan bunga menunjukkan gejala karakter adaptif yang
dibutuhkan untuk pemindahan polen.
Pucuk vegetatif memiliki karakteristik tumbuh yang indeterminate. Bunga
sebaliknya memiliki tumbuh yang terbatas (determinate). Hal ini disebabkan
meristem apeks menjadi tidak aktif lagi setelah pucuk membentuk bagian-
bagian bunga. Biasanya bunga yang semakin maju (terspesialisasi) akan
memiliki periode tumbuh yang lebih pendek serta menghasilkan sumbu yang
pendek dan jumlah bagian-bagian bunga yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan bunga yang lebih primitif. Ciri lain yang menunjukkan meningkatnya
spesialisasi suatu bunga adalah bagian bunga tersusun secara melingkar dan
tidak secara spiral atau heliks; adanya kohesi dari bagian-bagian bunga, yaitu
perlekatan bagian bunga yang sama seperti kelopak bunga atau sepal dengan
sepal atau benang sari (stamen) dengan stamen, dan lain-lain atau adnasi, yaitu
perlekatan bagian bunga yang tidak sama, seperti sepal dengan mahkota bunga
(petal) atau petal dengan stamen, dan lain-lain; bilateral simetri (zigomorf) dan
bukan radial simetri (aktinomorf); ovarium inferior (epyginy) dan bukan
superior (hypogyny). Bunga dapat pula kehilangan beberapa bagiannya.
D. JENIS-JENIS BUNGA
Bunga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelengkapan
perhiasan bunganya, organ atau bagian reproduksinya, simetri bunganya, dan
letak ovarium terhadap perhiasan bunga.
1. Jenis Bunga Ditinjau dari Segi Kelengkapan Perhiasan Bunga
Bunga dapat dibedakan berdasarkan kelengkapan perhiasan bunga menjadi
bunga lengkap (
complete flower), yaitu bunga yang memiliki keempat macam
organ atau bagian bunga, yaitu sepal, petal, stamen, dan putik (pistilum),
maupun bunga tak lengkap (incomplete flower), yaitu bunga yang kehilangan
satu atau lebih bagian bunga.
1.6
Embriologi Tumbuhan
2. Jenis Bunga Ditinjau dari Organ atau Bagian Reproduksinya
Berdasarkan pada kehadiran ada atau tidak adanya bagian steril pada bunga,
maka bunga dapat pula dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Bunga sempurna (perfect flower), yaitu bunga yang kedua bagian fertil
atau reproduksinya (stamen dan pistilum) ada dalam satu bunga. Bunga
seperti ini dinamakan pula bunga hermaphrodit. Harap diingat bahwa
bunga sempurna belum tentu merupakan bunga lengkap!
b. Bunga tidak sempurna (imperfect flower), yaitu bunga yang hanya
memiliki satu macam alat reproduksi, yaitu stamen atau pistilum saja.
Bunga seperti ini juga dinamakan bunga uniseksual. Terdapat 2 macam
bunga yang uniseksual yaitu bunga jantan (staminate) dan bunga betina
(carpelate/pistilate) (Gambar 1.2).
Gambar 1.2.
Bunga Uniseksual.
Tumbuhan yang memiliki bunga uniseksual biasanya dibagi menjadi
berikut ini.
a. Tumbuhan Monoecious, apabila staminate (bunga jantan) dan pistillate
(bunga betina) terdapat pada satu tumbuhan yang sama.
b. Tumbuhan Dioecious, apabila bunga jantan dan betina terdapat pada
tumbuhan yang berbeda.
Selain kedua tipe tumbuhan di atas, ada pula tumbuhan yang dinamakan
tumbuhan
ginodioecious, yaitu ketika satu jenis tumbuhan memiliki bunga
betina dan bunga hermaphrodit, atau tumbuhan andredioecious apabila suatu
jenis tumbuhan memiliki bunga jantan dan bunga hermaphrodit.