Harun yahya daftar isi



Yüklə 474,55 Kb.
səhifə9/11
tarix17.01.2018
ölçüsü474,55 Kb.
#21448
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11

Bab 7

musuh sistem


Dalam pengertian secara umum, kanker dapat dikatakan sebagai pembelahan sel yang tak terkendali. Tanpa memperhatikan je-nisnya, kanker pada mulanya berkembang pada sel normal dan sehat dan memiliki karakteristik dasar sel normal ini, setidaknya dalam tahapan perkembangan awalnya. Namun demikian, sel-sel ini cenderung kehilangan sebagian kemampuannya. Salah satu kemampuan yang pen-ting adalah kemampuan untuk bereaksi terhadap pesan-pesan yang diki-rimkan oleh lingkungannya atau oleh organismenya sendiri, yang meng-atur replikasi sel. Ketika ketakteraturan seperti ini terjadi, sel tak lagi da-pat mengendalikan replikasinya dan pertumbuhan jaringan. Proses ini, yang dikenal dengan “pembelahan berkesinam-bungan” secara genetis ditransfer kepada sel-sel baru, mengakibatkan penyebaran tumor, yang pada gilirannya menyerang jaringan tetangga-nya. Sel yang rusak ini memakan nutrisi sel lain, menghabiskan suplai asam amino yang sangat penting. Sel kanker akhirnya menutup saluran dalam tubuh manusia dengan volumenya yang terus membesar. Mereka berakumulasi dalam berbagai organ seperti otak, paru-paru, hati dan ginjal, mengelilingi sel sehat dan normal dalam organ ini dan menghalangi fungsi normalnya, akhirnya menimbulkan ancaman yang serius terhadap kehidupan manusia.

Sel normal hanya membelah diri kalau mereka menerima perintah dari sel tetangganya. Ini termasuk cara pengamanan di dalam organisme itu. Akan tetapi, sel kanker tidak merespon mekanisme ini dan menolak setiap pengendalian pada sistem replikasinya. Jenis kanker yang dijelas-kan sejauh ini tak menyebabkan masalah pada sistem pertahanan. Tubuh yang kuat dengan sistem pertahanan yang efektif mampu berjuang mela-wan sel kanker yang berkembang dan bertambah jumlahnya, dan bahkan mengalahkan penyakit itu. Masalah utama muncul ketika membran sel kanker robek sendiri karena bantuan enzim (enzim pac-man), dan bercam-pur dalam peredaran darah dengan menembus cairan limpatik, dan akhirnya mencapai sel dan jaringan yang jauh.

Skenario saat ini cukup negatif. Sel yang biasanya bekerja secara ko-lektif memberi manusia karunia melihat, mendengar, bernapas, dan hi-dup, tiba-tiba tumbuh membandel, tidak mematuhi perintah “berhenti” yang diterima dari sel tetangganya. Saat mereka terus membelah diri, mereka mengusung proses pengrusakan berkecepatan penuh yang membawa pada kematian tubuh total.

Jika kita bandingkan tubuh manusia dengan sebuah negara, dan sistem pertahanan manusia dengan pasukan yang kuat dan bersenjata lengkap, sel kanker umpama pemberontak negara. Pemberontak ini semakin hari semakin banyak, terus melakukan perusakan terhadap struktur saat itu. Akan tetapi pasukan tentara di negara ini sama sekali tidak dapat ditembus.

Makrofag, prajurit terdepan dari sistem pertahanan, mengepung mu-suh begitu bertemu dan memusnahkan sel kanker dengan bantuan pro-tein yang khusus mereka produksi. Selain itu, sel T, prajurit yang kuat dan cerdas, serta senjata khususnya (antibodi) membunuh sel kanker yang telah mulai berfusi ke dalam tubuh dan cairan getah bening dengan merobek membran sel. Perjuangan ini terus berlanjut bahkan walau sel kanker telah menyebar. Begitu sel kanker terus berkembang, sel perta-hanan membantu menghalangi kemajuan penyakit, sehingga berkurang.

Salah satu sistem di dalam sel tubuh manusia yang mencegah penyebaran sel kanker adalah “apoptosis” yang menyebabkan sel bunuh diri. Apoptosis terjadi kalau DNA sel rusak, atau sel berkembang menjadi tumor, atau gen P53 yang juga dikenal sebagai “gen pencegah kanker” kurang efektif. Meskipun apoptosis mungkin terkesan negatif, sebenar-nya peristiwa ini sangat penting, karena dia merintangi penyimpangan berbahaya dan mencegah penyakit diturunkan ke generasi berikutnya. Jika dibandingkan, potensi bahaya yang disebabkan oleh sel kanker bisa merusak sekujur tubuh manusia, sementara kehilangan satu sel lebih dapat diterima. Sel-sel di dalam tubuh manusia yang menyadari (!) bahwa ada penyimpangan dalam struktur mereka sendiri yang meng-ancam tubuh manusia, memulai kematiannya sendiri untuk mem-perpanjang kehidupan manusia.

Kanker menjadi bentuk yang mengancam nyawa ketika sel yang rusak ini berkelit dari sistem bunuh diri. Dalam kasus ini, diaktifkanlah suatu mekanisme pertahanan sekunder untuk mencegah multiplikasi tak terkendali sel-sel ini. Jika mereka berhasil pula melewati penghalang ini, tahapan berikutnya yang mereka hadapi adalah “saat krisis”. Pada tahap ini, sel-sel yang telah berhasil meloloskan diri dari sistem keamanan sebe-lumnya sekaligus dibunuh semuanya. Akan tetapi, bisa jadi satu di antara sel-sel ini berhasil mengatasi “krisis”. Sel kanker “pemberontak” tersebut akan mentransfer sifat pemberontakannya kepada turunannya, yang akan bermultiplikasi dalam jumlah besar. Sekarang pasien kanker harus melawan dengan usaha yang intensif.

Apakah hanya sifat tak terkendalikan, merdeka, dan terus-menerus membelah diri yang membawa sel kanker pada kemenangan? Ada alasan lainnya di balik kesuksesan ini.

Sel membawa sejenis sistem penanda di permukaannya yang me-nentukan posisi mereka dalam tubuh. Tanda ini dapat dibaca oleh sel lain sehingga membantu sel saling mengenali secara tepat tempat mereka masing-masing dan mencegahnya supaya tidak menempati tempat sel lain. Sistem ini menjamin integritas jaringan. Karena mengetahui posisi mereka, sel tak akan pergi ke tempat lain, atau membiarkan sel lain me-nempati tempatnya, sehingga akan menjamin pemeliharaan tubuh supaya tetap dalam keadaan sehat. Sel yang tak memiliki tempat tertentu atau berada di tempat yang tidak semestinya akhirnya akan bunuh diri. Namun demikian, dengan adanya sistem penanda ini, proses bunuh diri sepenuhnya dihilangkan, karena sel tak diizinkan untuk tidak memiliki tempat atau menempati tempat yang tak sesuai. Proses ini tidaklah sesederhana dugaan kita. Supaya sistem tetap berfungsi efektif, setiap sel harus mengenali posisi dirinya sendiri selain menghormati posisi sel lain, dan berhati-hati untuk tidak menduduki tempat sel lain. Prosedur ini diajarkan kepada mereka melalui berbagai molekul mediator yang memungkinkan sel menjaga tempat mereka masing-masing. Akan tetapi, terkadang ada juga kejadian saat molekul mediator ini absen atau tak dapat memenuhi tugasnya. Keadaan ini menguntungkan sel kanker. Saat molekul penghalang tidak ada di sekitarnya, sel kanker menyebar lebih cepat. Di samping itu, sel kanker tak perlu menancapkan dirinya pada satu tempat tertentu. Mereka merusak aturan dengan hidup bebas tanpa menetap di suatu tempat.

Sel yang mendapat pengecualian untuk tidak memiliki tempat tetap adalah eritrosit. Mereka menembus membran sel dan jaringan lain serta merobek rintangan dengan bantuan enzim khusus yang disebut “metallo-proteinase”. Jadi mereka dapat sekehendaknya mengunjungi bagian ma-na saja dalam tubuh manusia. Sel pertahanan menggunakan enzim ini untuk menggapai sel musuh, sementara sel kanker menggunakannya untuk tujuan berbeda sama sekali. Tujuan utama sel kanker adalah untuk menyerang sel-sel yang sehat dan mendudukinya.

Keahlian sel kanker tak dibatasi oleh tujuan penyerangan saja; mere-ka juga mampu memainkan “permainan” lain melawan sel-sel pertahan-an. Mungkin kedengarannya ganjil, kita bukan sedang mem-bicarakan aktor berbakat melainkan tentang sel kanker, yang bermain-main mela-wan musuhnya. Sebelum mencoba menjelaskan permainan yang benar-benar cerdas ini, mari kita meninjau ulang apa yang sudah dijelaskan sejauh ini.

Bukankah luar biasa bahwa pasukan pertahanan kita membuat peng-halang progresif untuk melawan musuh? Organisasi yang kita sebut se-bagai “pasukan” ini, terdiri atas sel-sel yang hanya dapat dilihat di bawah mikroskop elektron canggih. Kemampuan mereka untuk melindungi dan menjaga tempatnya, kesediaan mereka untuk mempertaruhkan hidup-nya sendiri demi menyelamatkan kehidupan tubuh manusia yang memi-likinya, komitmen mereka yang kuat dalam meneruskan usahanya, bukanlah merupakan hasil dari suatu kebetulan. Tak dapat diragukan lagi, pada sel pertahanan kita bisa melihat suatu bentuk fungsi yang sangat sadar dan terorganisasi dengan baik.

Apakah yang akan terjadi jika misi sulit ini diserahkan kepada satu triliun manusia berpendidikan tinggi? Akankah tingkat keberhasilan-nya sama-sama mengesankan? Apakah mungkin mereka membuat khalayak ramai mengikuti keinginan mereka meskipun ada kewajiban serta aturan disiplin yang ketat? Jika sebagian anggotanya lupa rumus antibodi yang harus dibuatnya, atau enggan memproduksinya, atau menolak bunuh diri saat diperlukan, akankah semua tahapan ini berfungsi dengan ter-atur? Akankah perjuangannya berbuahkan kemenangan? Dapatkah pa-sukan yang beranggotakan miliaran orang melanjutkan usaha tanpa kesalahan? Adakah komandan atau manajer terampil yang mau melak-sanakan tanggung jawab mengendalikan miliaran orang ini? Betapapun, sel pertahanan kita tak memerlukan komandan atau manajer. Sistem mereka beroperasi dengan cara yang sangat teratur, tanpa suatu pengha-lang atau kesulitan. Tak ada anarki atau kerancuan selama proses. Hanya ada satu penyebab di balik kesempurnaan dan fungsi yang sangat efektif ini: Allah. Dia-lah yang membangun sistem ini sampai ke rincian terkecil, dan mengilhami unsur-unsur sistem ini untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Pada ayat ke-5 surat As-Sajadah dinyatakan: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi.” Sesuai dengan aturan ini, sel pertahanan meneruskan usahanya tanpa istirahat ataupun merasa terpaksa dengan wahyu yang diberikan oleh Allah kepada mereka ini.



Permainan Sel Kanker
Jangan lupa, sel kanker awalnya adalah sel tubuh yang membawa karakter molekuler manusia. Akibatnya, sel pertahanan sulit mengenali sel kanker. Lebih jauh lagi, sel kanker berhasil menang dari sebagian anti-bodi dengan suatu cara yang sampai saat ini belum diketahui.

Seperti telah kita sebutkan, antibodi merupakan sejenis protein yang menghentikan aktivitas sel musuh. Akan tetapi, entah kenapa, pada sel kanker efek yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya berhenti, aktivitas sel kanker malah meningkat, penyebaran tumor semakin cepat dan kuat.

Antibodi, yang mengikatkan diri ke permukaan sel kanker, dapat dikatakan “bekerja sama” dengan sel kanker. Antibodi lainnya tidak akan menyentuh sel kanker yang telah ditempeli antibodi. Jadi sel kanker tersamar sempurna.

Kolaborasi antara antibodi dengan sel kanker bahkan dapat men-capai dimensi yang lebih luas. Ada juga kejadian sel kanker bergabung dengan antibodi untuk membentuk ”sel T penekan palsu”. Sel T penekan palsu ini memberi informasi yang salah kepada antibodi dengan meman-carkan pesan “tak ada bahaya”. Situasi yang lebih mengancam terjadi apabila sel kanker berkembang menjadi “sel T penolong palsu”, bukan sel T penekan palsu. Dalam keadaan seperti ini, pesannya dikirimkan ke lebih banyak antibodi. Lingkungan seperti inilah yang paling nyaman bagi sel kanker.

Selain itu, sel kanker kadang dapat menyebar-kan “perangkap anti-gen” untuk melindungi diri mereka dari kemung-kinan diserang sistem pertahanan. Tumor ini me-nyebarkan sejumlah besar antigen dari permuka-anya sehingga aliran darah terbanjiri olehnya. Betapapun, antigen ini palsu dan tak membahaya-kan tubuh manusia. Namun demikian, antibodi tak mengetahui hal ini dan mereka tanpa penundaan merespon dengan memeranginya. Selama hiruk-pikuk ini, sel kanker yang sebenarnya dan berbahaya terus bekerja, tanpa gangguan dan tanpa diketahui oleh musuhnya.
Musuh yang Cerdas: AIDS

Pada bab-bab sebelumnya kita mendiskusikan virus, dan menjelaskan peranan pentingnya dalam kehidupan manusia. Di antara virus-virus ini, yang paling berbahaya adalah “virus HIV” yang telah menyibukkan para peneliti untuk waktu yang lama dan mungkin akan terus begitu sampai beberapa waktu yang akan datang. Tak seperti virus lainnya, mikroorganisme ini benar-benar menonaktifkan sistem pertahanan. Mustahil bagi manusia untuk hidup dengan sistem pertahanan yang tak berfungsi.

Virus HIV menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada tubuh manusia dengan menyebabkan runtuhnya sistem pertahanan. Keadaan ini membuat manusia sangat mudah diserang oleh segala jenis penyakit, yang akhirnya menyebabkan berbagai kondisi fatal. Virus ini telah menyibukkan para peneliti selama bertahun-tahun, menimbulkan keputusasaan dan ketidakberdayaan. Jurnal Bilim ve Teknik (Sains dan Teknik), yang diterbitkan pada Agustus 1993 menyatakan:

Semakin banyak yang kita pelajari, semakin kita tak yakin.” Pernyataan ini merupakan jawaban yang paling sering diberikan terhadap survei publik yang dilakukan pada 150 peneliti paling terkemuka di dunia, yang mempelajari AIDS. Ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah mingguan Science. Tak seorang pun yang dapat memberikan penilaian pasti berdasarkan tesis yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Pandangan yang tadinya dianggap mutlak benar sekarang disingkirkan setelah diketahui bahwa semuanya didasarkan pada alasan yang goyah. Tak dapat disangkal, hasil akhirnya adalah bahwa meskipun telah cukup lama dikembangkan teori tentang AIDS dan penyebab efektifnya, virus HIV sekali lagi dikaji ulang dan validitasnya masih dipertanyakan.11

Dengan berlalunya waktu, permasalahan bukannya mereda, malah menjadi lebih intensif. Sampai saat ini masih terdapat pertanyaan yang tak dapat dijawab, dan adanya penemuan baru hanya menambah jumlah pertanyaan yang tak terjawab ini. AIDS masih tetap merupakan misteri bagi umat manusia.

Salah satu fakta terpenting mengenai virus HIV adalah bahwa ia hanya memasuki sebagian, tidak seluruh, sel tubuh manusia. Target utamanya adalah sel T penolong, yang merupakan elemen paling efektif pada sistem pertahanan. Ini penting sekali. Di antara berbagai jenis sel, virus memilih sel sistem pertahanan yang paling menguntungkan baginya dan hal ini menyebabkan perusakan tubuh manusia.

Ketika sel T, elemen vital dari sistem pertahanan tertangkap, sistem pertahanan kekurangan tim pemikirnya, dan tak lagi mampu mengenali musuh. Ini umpama taktik peperangan yang cerdas. Pasukan tanpa komunikasi yang efektif dan tanpa sistem inteligensia dapat dikatakan telah kehilangan kekuatan utamanya.

Lebih jauh dari itu, antibodi yang diproduksi oleh tubuh manusia tak membahayakan virus AIDS. Memang pasien AIDS terus memproduksi antibodi, tetapi tak lagi efektif tanpa adanya sel T.

Satu pertanyaan yang tak terjawab adalah: Bagaimanakah virus HIV tahu persis target mana yang harus difokuskan? Begitu memasuki tubuh manusia, menjelang ia bisa paham bahwa sel T merupakan “otak” sistem pertahanan, virus AIDS akan segera dimusnahkan oleh sistem yang ada. Bagaimananpun, tidaklah mungkin bagi virus AIDS untuk melakukan penyelidikan intelijen sebelum memasuki tubuh manusia. Lalu bagai-manakah virus AIDS mengembangkan strategi-nya?

Ini baru salah satu dari keterampilan me-nakjubkan yang dikuasai oleh virus AIDS.

Pada tahap kedua, virus harus mengikat-kan dirinya kepada sel lain yang sudah ditetap-kannya menjadi target. Prosedur ini sama seka-li tak sulit bagi virus AIDS. Nyatanya dia ber-ikatan dengan sel ini seperti kunci dengan lubangnya.

Pada tahap ketiga, virus HIV melakukan se-rangkaian proses menakjubkan yang akan men-jaminnya berumur panjang.

Virus HIV adalah retrovirus. Artinya, gen-nya hanya mengandung RNA, tanpa DNA. Tetapi sebuah retrovirus memerlukan DNA supaya tetap hidup. Untuk menyediakan DNA, dia membuat jalan lain dengan metode yang sangat menarik: Ia menggunakan asam nukleat dari sel tuan rumah dan mengon-versikan RNA-nya menjadi DNA dengan bantuan sebuah enzim yang disebut “reverse transcriptase”, yang berarti ia akan membalik prosesnya. Lalu ia menempatkan DNA ini pada DNA yang ditemukan di inti sel tuan rumahnya. Bahan warisan virus sekarang menjadi bahan warisan sel T. Ketika sel ini membelah diri, demikian pula virus HIV. Sel mulai bekerja sebagai pabrik bagi virus. Tetapi menduduki satu sel saja tidak memuaskan bagi virus HIV. Ia akhirnya akan mencoba untuk mengalahkan seluruh tubuh.

Lalu datanglah tahap keempat. Virus HIV awal dan replikanya ingin meninggalkan sel tuan rumah mereka dan menduduki sel lain serta memfasilitasi proses proliferasi. Mereka tidak perlu bekerja keras dalam melakukan hal ini. Segalanya berjalan dengan kecepatan alamiah. Mem-bran sel T yang telah diduduki tidak kuat menanggung tekanan dari proses multiplikasi sehingga ia bolong-bolong, memungkinkan virus HIV untuk keluar dari sel untuk mencari sel tuan rumah lainnya. Setelah virus HIV bertambah jumlahnya, dia juga membunuh sel T tuan rumahnya.

Virus HIV yang sukses sekarang telah sepenuhnya mengalahkan tubuh manusia. Kecuali manusia berhasil menemukan obat yang efektif untuk mengalahkan virus ini, ia akan tetap di sana. Semuanya bergantung kepada kemauan virus HIV, akan terus tidur selama bertahun-tahun atau segera menyerang tubuh manusia.
Mengapa Belum Ditemukan Solusinya?

Setelah memasuki tubuh manusia, virus HIV dapat memproduksi sepuluh miliar virus sehari. Jumlah virus yang sangat banyak ini tak dapat diatasi, meskipun dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang. Virus HIV tak dapat dianggap sebagai struktur sederhana. Apa yang kita hadapi ini adalah sebuah mikroorganisme yang demikian maju dan cerdas, sehingga ia dapat menggandakan jutaan dirinya, dan berencana mengalahkan sel tuan rumahnya, dan mampu menyebabkan kematian pada tubuh manusia yang besar.

Selain kemampuan di atas, virus HIV juga mampu mengubah diri-nya ke berbagai bentuk dalam upaya mencegah dirinya tertangkap oleh sistem pertahanan. Hal ini membuat virus HIV sampai saat ini kebal terhadap efek pengobatan yang ditujukan padanya. Obat modern telah menyerang virus dengan berbagai variasi pengobatan pada saat yang sama dan jarang berhasil dalam menangani resistansi virus. Meskipun sebagian virus telah dibasmi, hasil positifnya hanyalah berupa perpan-jangan hidup pasien dengan waktu yang terbatas.

Merupakan hal yang sangat menarik bagaimana virus HIV dapat meregenerasi dirinya ketika dihadapkan pada bahaya pembasmian. Para ilmuwan dibuat tak berdaya dengan adanya taktik yang begitu lihai.

Bukan hanya itu taktik rumit yang dipakai virus HIV. Sel T penolong yang berenang bersama dalam aliran darah, saling mengunci satu sama lain seperti retsleting. HIV melompat dari satu sel T ke sel T lainnya untuk menghindari kontak dengan antibodi dalam aliran darah. Semua ini dilakukan oleh sebuah virus, yang hanya berukuran satu mikron, tak memiliki DNA, dan bahkan tak dapat dikelompokkan sebagai makhluk hidup. Kehebatan virus HIV untuk mengenali tubuh manusia dengan baik, mengembangkan sistem maju untuk mengatasi tubuh manusia, melaksanakan strategi tertentu yang dibutuhkan tanpa ada kesalahan, dan terus-menerus memperbaiki dirinya agar terlindung dari segala jenis senjata yang dipakai oleh tubuh, benar-benar menakjubkan. Hal ini merupakan contoh yang sangat baik mengenai betapa tak berdayanya manusia dalam kehadiran virus yang sangat kecil, yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Picture Text
Peperangan antara sel kanker (merah jambu) dan limfosit (kuning).
Jika diperlukan, dengan penuh disiplin sel akan bunuh diri.
Proses sel sehat berubah menjadi sel kanker. Sel normal seperti yang tampak di sebelah kiri me-lakukan bunuh diri atau berubah menjadi sel kanker karena mengalami berbagai mutasi genetis.
Sel T-pembunuh sedang menyerang sel kanker.
Sel kanker tidak bertindak sendiri. Ada banyak sel yang berkomunikasi dan bekerja sama dengannya. (Bawah kanan: sel kanker payudara, atas: sel kanker kulit)
Gambar di atas adalah sel nodus limfa yang sehat.

Gambar di bawah memperlihatkan nodus limfa yang rusak oleh virus AIDS.


Virus AIDS (jingga) berusaha memasuki sel T dengan merobek membrannya.
Sebelum berpindah menginfeksi sel lain, sepotong kecil virus HIV (biru) menggandakan diri dalam sel pertahanan. Meskipun pada awalnya sel pertahanan mampu menangai virus HIV, si virus akhirnya mengambil alih. Penyebab munculnya fenomena ini masih tidak jelas.
Sel T sehat. (kiri)

Sel T yang telah dirusak oleh musuh (virus AIDS) dan kini memiliki profil

bundar dan lumah (kanan). Citra ini diperbesar lebih dari 3.000 kali.
Kendati tidak terinfeksi, sel T pada pasien AIDS mati setelah melalui semua tahapan apoptosis. Menyiapkan respon kekebalan melawan virus penyerang, sel T-penolong memperbanyak diri. Sel T ini akan mati dalam beberapa hari setelah menjalankan fungsinya. Akan tetapi, banyak sel T sehat pada pasien AIDS melakukan bunuh diri sebelum berusaha melawan infeksi. Pertama-tama sel itu mengerut dan menjauh dari tetangganya (kanan atas). Lalu muncul gelembung di permukaan (membuat sel itu seakan-akan mendidih), dan kromatin (kompleks DNA inti sel dengan protein) memadat di ujung nukleus (inti sel). Tidak lama, nukleus lalu sel itu sendiri pecah, dan fragmen pecahan sel segera ditelan oleh sel lain di sekitarnya.


Bab 8

Sistem Pertahanan Tak Mungkin Terbentuk Secara Evolusi

Menurut pernyataan para ilmuwan, sistem pertahanan memiliki “kekompleksan yang tak tereduksi”. Istilah ini merujuk kepa-da sistem utuh yang terdiri atas beberapa bagian yang berin-teraksi dan berpadanan, dan berkontribusi kepada fungsi dasar. Peng-hilangan salah satu bagian akan menghentikan fungsi efektif. Sebagai perumpamaan, kita tengok peralatan yang diperlukan untuk mengirim selembar faks:

- Alat faksimili

- Saluran telepon

- Kabel

- Kertas


Jika salah satu dari bagian ini tidak ada, kita tak bisa mengirim faks. Tak satu pun dari daftar di atas yang boleh hilang. Di samping itu semuanya harus memenuhi spesifikasi yang tepat. Misalnya panjang kabel harus cukup agar steker mencapai stopkontak, kalau tidak, kabel ini jadi tidak berguna. Demikian pula, meskipun semua elemen sistem pertahanan memenuhi fungsinya dengan sempurna, jika ada beberapa komponen yang tak berfungsi, tubuh akan kalah perang. Andai glanular kecil yang ada di dalam sel T tidak berfungsi dengan baik, mereka tidak akan dapat menyimpan zat racun, sehingga tak ada racun untuk disuntikkan kepada musuh, dan tubuh lagi-lagi akan kalah perang. Jadi, kalau dalam satu sistem musuh akhirnya tak dapat dibunuh, fungsi-fungsi penting seperti pembentukan sel prajurit, pelatihannya, pemancaran sinyal yang diperlukan ke lokasi yang sesuai pada waktu yang tepat oleh sel, dan ribuan kombinasi yang dibutuhkan oleh gen untuk memproduksi antibodi, atau penyimpanan jutaan informasi dalam sel pengingat, kesemuanya tiada guna. Sistem itu tidak akan berjalan. Serupa dengan itu, walau banyak dan berbagai fungsi tubuh dengan kompleksitas yang tak tereduksi, juga tidak akan berguna kalau sistem pertahanan tiada. Jika sistem pertahanan tidak ada atau gagal beroperasi semestinya, tak ada manusia yang dapat bertahan hidup.

Lalu bagaimana penjelasan para evolusionis mengenai pembentuk-an sistem yang demikian kompleks dan vital ini? Sebenarnya mereka tidak punya jawaban yang dapat menjelaskan hal ini. Satu-satunya pernyataan mereka didasarkan pada pandangan bahwa sistem pertahan-an telah berkembang melalui proses evolusioner yang bertahap. Mereka bersikukuh bahwa mekanisme yang menyebabkan pengembangan yang bertahap ini adalah “seleksi alam” dan “mutasi”.

Akan tetapi mustahil modifikasi ringan, berurutan, dan secara tak sengaja, seperti yang disarankan oleh teori evolusi, akan menghasilkan sistem yang begitu kompleks. Seperti ditekankan sebelumnya, sistem ke-kebalan akan tak bermanfaat kecuali semua elemennya yang utuh. Sekali lagi, sistem pertahanan yang tak berfungsi akan menyebabkan manusia mati dalam waktu singkat.

Poin kedua dalam argumen evolusionis adalah proses “seleksi alam”. Proses “seleksi alam” merujuk kepada transfer kualitas yang meng-untungkan pada generasi berikutnya.

Ada suatu konsensus di antara ilmuwan bahwa konsep mengenai mekanisme seperti ini jauh dari memuaskan dalam menjelaskan sistem yang kompleks. Seorang ahli biokimia Amerika yang terkenal, Michael J. Behe, mengeluarkan pernyataan mengenai seleksi alam dalam bukunya “Darwin's Black Box”:

Suatu sistem biologis kompleks yang tak dapat direduksi, kalau memang ada, akan menjadi tantangan besar bagi evolusi Darwin. Karena seleksi alam hanya dapat memilih sistem yang sudah berjalan, maka jika suatu sistem biologis tidak dapat diproduksi secara bertahap berarti pastilah ia muncul langsung sekaligus sebagai satuan yang terintegrasi. Itulah yang menjadi landasan reaksi seleksi alam.12

Pencetus teori evolusi, Charles Darwin, serta banyak ilmuwan kon-temporer lainnya, mengakui bahwa mekanisme yang diumpamakan dalam seleksi alam tak memiliki kekuatan evolusioner. Charles Darwin mengatakan:

Semua kesulitan dan sanggahan ini dapat dikelompokkan ke dalam: ... Percayakah kita bahwa seleksi alam, pada satu sisi, dapat menghasilkan organ yang kurang penting seperti ekor jerapah yang berfungsi sebagai pengusir lalat, dan di sisi lain, organ yang begitu hebat seperti mata?13

Salah satu evolusionis terkemuka masa kini, profesor di bidang geologi dan paleoantroplogi, Dr. Stephan Jay Gould menyatakan bahwa seleksi alam tidak memiliki kekuatan evolusioner:

Bagaimana kita mendapatkan sesuatu yang begitu rumit dari ketiadaan, padahal evolusi harus melalui urutan tahapan antara yang panjang, dan masing-masingnya disokong oleh seleksi alam? Kita tak dapat terbang dengan 2% sayap atau memperoleh perlindungan dari bagian tumbuhan yang berpotensi menyembunyikan hanya dengan sangat sedikit kemiripan. Dengan kata lain, bagaimana seleksi alam dapat menjelaskan tentang tahapan struktur yang baru terbentuk ini, yang hanya dapat digunakan (seperti yang kita amati sekarang) dalam bentuk yang jauh lebih rumit? Mivart mengidentifikasi masalah ini sebagai masalah utama dan hingga kini masih demikian..14

Dapatkah keberadaan sistem yang begitu kompleks dijelaskan, seba-gaimana disarankan oleh Neo-Darwinis, dalam istilah “mutasi”? Apa memang mungkin, suatu sistem yang luar biasa hebat terbentuk dari mutasi berurutan?

Seperti kita ketahui, mutasi adalah dekomposisi dan kerusakan yang terjadi pada kode genetik makhluk hidup yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Semua mutasi merusak informasi genetik yang terpro-gram pada DNA makhluk hidup, tanpa menambahkan informasi genetik baru padanya. Jadi mutasi tak memiliki tugas pengembangan atau evolu-sioner apa pun. Sekarang banyak evolusionis yang menerima kenyataan ini, meskipun dengan enggan.

Salah satu evolusionis, John Endler, seorang ahli genetika dari Universitas California, berkomentar:

Meskipun telah banyak yang diketahui tentang mutasi, hal ini masih merupakan “kotak hitam” berkenaan dengan evolusi. Fungsi biokimia baru nampaknya jarang dalam evolusi, dan dasar dari permulaannya sebenarnya tidak diketahui.15

Seorang ahli biologi Prancis terkenal, Pierre P. Grassé, juga menya-takan bahwa jumlah mutasi tidak akan mengubah hasil:

Sebanyak apa pun, mutasi tak akan menghasilkan evolusi.16

Jelaslah bahwa sifat luar biasa dan kemampuan yang sangat rumit dari sel yang sangat kecil ini tidak dapat dijelaskan sebagai hanya kebe-tulan atau mutasi. Di sinilah kekeliruan evolusionis. Dan pemikiran ini sepenuhnya bertentangan dengan sains dan logika. Inteligensia manusia yang paling tinggi memudar menjadi sesuatu yang tidak berarti jika dibandingkan dengan inteligensia yang ditunjukkan oleh sel-sel.

Ada ribuan penampakan inteligensia yang luar biasa semacam ini pada makhluk hidup, yang tak dapat dijelaskan oleh teori evolusi. Berhadapan dengan hal demikian, banyak ilmuwan yang tadinya sudah bimbang, semakin hari semakin kehilangan keyakinannya terhadap teori evolusi. Dalam setiap kesempatan mereka menyatakan ketidak-puasannya.

Kebanyakan peneliti sangat menyadari bahwa pernyataan evolusi-onis tak lebih dari sekadar penghibur dan penghias etalase. Klaus Dose, seorang peneliti terkemuka di bidang biologi molekuler menyatakan:

Percobaan selama lebih dari 30 tahun di bidang kimia dan evolusi molekuler mengenai asal mula kehidupan telah membawa pada persepsi yang lebih baik mengenai besarnya masalah asal mula kehidupan di bumi, bukan mengenai pemecahannya. Dewasa ini semua diskusi mengenai teori dasar dan eks-perimen dalam bidang ini hanya berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan akan ketaktahuan.17

Bahkan Darwin, pencetus teori evolusi, mengalami ketidakyakinan yang sama sekitar 150 tahun yang lalu:

Kalau saya pikirkan tentang orang-orang yang mempelajari suatu bidang selama bertahun-tahun, lalu meyakinkan dirinya sendiri mengenai kebe-naran dari doktrinnya yang terbodoh, kadang-kadang saya merasa sedikit takut, jangan-jangan saya termasuk salah satu monomaniak ini.18

Jelaslah bahwa semua sistem ini, seperti juga segala sesuatu yang lain di alam semesta, berada di bawah pengendalian Allah Yang Mahabesar, Yang Mahakuasa, dan Maha Mengetahui. Ketakmampuan manusia un-tuk memecahkan semua misteri ini merupakan pertanda pasti bahwa ma-salah ini berada di luar jangkauan manusia dan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang sangat agung, yaitu kebijaksanaan Allah.

Jawaban akan pertanyaan yang telah diperdebatkan dan di-rundingkan oleh umat manusia selama berabad-abad, tanpa mampu mencapai kesimpulan logis, ternyata sangat sederhana. Jawabannya bukan pada kebetulan, bukan pula pada seleksi alam atau mutasi. Tak satu pun dari semua ini mampu membentuk kehidupan atau memelihara keberlangsungannya.

Al Quran memberi jawaban kepada semua pertanyaan ini 1400 tahun yang lalu. Sel tubuh kita, begitu juga semua yang ada di alam semesta, tunduk kepada kehendak Allah, Penguasa alam semesta:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan la-ngit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raaf, 7: 54) !



Yüklə 474,55 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə