Latar Belakang Penelitian



Yüklə 29,64 Kb.
tarix07.11.2018
ölçüsü29,64 Kb.
#78189


BAB I



    1. Latar Belakang Penelitian

Belakangan semakin banyak fenomena dan peristiwa muncul yang dilatarbelakangi oleh fanatisme. Manusia memang punya kecenderungan untuk menyukai sesuatu, menyepakati suatu ide, meyakini ‘kebenaran’, dan akhirnya terdorong untuk membela mati-matian terhadap apa yang ia yakini benar atau membela sesuatu yang ia sukai. Berangkat dari hal itu, akhirnya muncul pula kecenderungan untuk menutup diri terhadap pandangan ‘kebenaran’ dari pihak lain entah itu ada di sebelah kanan atau kirinya, di muka atau di belakangnya. Fanatisme semacam perasaan suatu kelompok sosial yang lantas menimbulkan ikatan sosial.


1
Ini memang bukan fenomena baru, fanatisme sudah berlangsung cukup lama, bahkan pada zaman nabi dan setelahnya fanatisme ini hadir dengan istilah ashabiyah. Fanatisme dapat terjadi di beberapa aktivitas. Entah itu kesenian, olah raga, budaya, politik hingga agama. Sehingga akhirnya fanatisme memang dapat terjadi dalam lingkup yang sangat luas tidak hanya dibatasi di area politis ataupun agama saja. Hal-hal berbau fanatis yang dekat dengan kehidupan masyarakat saat ini misalnya dengan semakin kentara posisi pendukung dan anti terhadap sesuatu. Solidaritas antar sesama pendukung versus yang kontra atau berbeda dari kelompok mereka.

Fanatik berasal dari bahasa Latin “fanaticus”, lantas dalam bahasa Inggris diartikan sebagai frantic atau frenzeid, yang mengandung arti ‘gila-gilaan, kalut, mabuk atau hingar bingar’. Berdasarkan kamus, fanatik berarti ‘teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dsb)’. Sedangkan fanatisme adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dsb). Berdasarkan pengertian yang ada sebenarnya cukup jelas tergambarkan bahwa fanatisme sudah menunjukkan gejala ‘berlebih’ dari sekadar yakin dan percaya.

Banyak aspek yang bisa dijadikan alasan utama seseorang menjadi fanatik lantas bertemu dengan orang yang sama hingga akhirnya membentuk kelompok yang sama-sama fanatik terhadap satu hal. Secara sosiologis misalnya, fanatisme bisa lahir karena faktor bentukan lingkungan, orang tua, penanaman suatu nilai yang diturunkan terus menerus ke setiap generasi. Misalnya sehingga muncul pemitosan di kalangan pendukung tim Persib bahwa The Jak adalah musuh mereka, begitupun sebaliknya. Untuk contoh yang satu ini sehingga jelas ada faktor penurunan dendam dari satu kelompok terhadap kelompok lain untuk mengawetkan kebencian yang pada akhirnya sudah tidak lagi mendasar.

Contoh lain saat ada sekelompok masyarakat yang menganggap bahwa PKI adalah sebenar-benarnya penjahat lewat ingatan kolektif terhadap peristiwa G30/S. Ada sekelompok yang benar-benar membenci karena memang jadi saksi dan korban, adapula yang membenci karena kisah-kisah yang diturunkan. Tidak dipungkiri kejahatan PKI di negeri ini memang menjadi salah satu yang dimitoskan. Meski memasuki fase-fase selanjutnya muncul pula pihak yang mencoba untuk menggali kembali kebenaran atau kebohongan dari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi.

Secara psikologis kita dapat lihat dari bagaimana naluri yang dimiliki manusia itu sendiri. Manusia punya naluri untuk menyukai atau membenci sesuatu. Memilih lebih percaya pada konsep A dibanding konsep B. memilih untuk yakin dan suka pada X dibanding pada Z. Selintas tidak ada yang salah, namun akan menjadi hal yang menyeramkan jika keyakinan yang timbul dari naluri tersebut diperdalami dengan cara yang ekstrim, yakin pada satu hal lantas menutup diri pada kemungkinan ‘kebeneran’ yang lain.

Ada banyak peristiwa yang terjadi didasari oleh adanya fanatisme. Di lingkup seni, di sini contohnya lebih pada seni musik. Ada kelompok musik tertentu yang kuat memiliki citra sehingga menghasilkan loyalitas berlebih dari seorang fans. Jika di Indonesia bisa dikatakan fans yang dimiliki oleh Slank yang bernama Slankers, saking banyaknya pemuja kelompok musik gang Potlot ini, sempat ada klaim bahwa 20% penduduk Indonesia adalah Slankers. Belum lagi adanya OI, sebutan untuk pemuja Iwan Fals yang juga tak kalah banyaknya. Belum lagi kini semakin menjamur munculnya fans vs haters di kalangan pecinta boyband dan girlband.

Kehadiran para suporter seperti Viking, The Jak, dan Bonek lebih dari sekadar meramaikan setiap pertandingan. Namun kerap kali akhirnya menimbulkan kekhawatiran di masyarakat saat tim-tim pujaan mereka bertanding dengan tim yang mereka benci. Ulah para suporter fanatik ini kerap menimbulkan kerusuhan, kerusakan fisik fasilitas umum, dsb.

Fenomena di lingkup fans kelompok musik dan klub bola, keduanya memang bukan pembanding yang sama. Ada yang berbeda. Ada yang timbul dan lahir karena selera. Ada yang muncul karena menimbulkan kebanggaan tersendiri, bahkan seseorang bisa menjadi fanatik karena sengaja dibangun rasa sejak ia kecil. Salah satu anggota diskusi, memaparkan sebuah contoh kasus untuk hal ini. Ada pecinta salah satu klub sepakbola di Inggris yang fanatik karena sedari kecil karena orang tuanya yang membentuk pola pikir dari kecil. Ia dibelikan jersey klub bola itu, mengajak anaknya itu nonton pertandingan, hingga yang tertanam dalam benak si anak hingga ia dewasa ‘klub bola itu idolanya’. Ia jadi sangat mengetahui seluk beluk mengenai klub tersebut.

Selain di ruang seni dan olah raga, fanatisme juga erat dalam kaitan keyakinan terhadap agama dan juga keyakinan politik. Ada yang mengingatkan mengenai peristiwa perang salib; peristiwa pembantaian terhadap umat muslim di Spanyol yang dipicu oleh fanatiknya kepercayaan terhadap agama.

Bisa dibilang pihak yang fanatik terhadap sesuatu adalah orang atau kelompok yang memang tidak bisa menjaga jarak dengan objek yang ia sukai, kagumi, dan yakini benar. Sehingga segala sesuatu yang ditunjukkan oleh objek yang mereka sukai/kagumi menjadi selalu benar. Fanatisme yang bertujuan besar seperti keyakinan akan ras yang agung sehingga perlu dipertahankan, bisa mendorong sekelompok orang untuk melakukan pembunuhan massal, pembantaian besar-besaran demi menjaga rasnya dan menganggap kelompok di luar mereka adalah ras yang kotor. Tindakan Nazi merupakan salah satu contoh fanatisme yang sudah sangat merugikan orang lain. Namun demikian dalam sisi yang lain, fanatisme memberikan dampak positif yaitu loyalitas, solidaritas, kemampuan untuk ingin berbagi.

Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang digemari di seluruh dunia termasuk indonesia. Perkembangan sepakbola di Indonesia berkembang dengan pesat, terutama dengan populernya olahraga ini di setiap daerah di Tanah Air. Tidak hanya klub klub sepakbola nasional yang mereka sukai, bahkan sampai klub-klub internasional pun masyarakat Indonesia menyukai, bahkan sampai rela meluangkan waktu disela-sela waktu istirahat mereka hanya untuk menonton klub-klub Internasional.

Berbicara mengenai sepakbola berarti mengenai banyak orang yang terlibat didalamnya, termasuk supporter sepakbola itu sendiri. Sepakbola tanpa penonton layaknya sebuah masakan tanpa garam, hambar tak berasa. Begitulah sebuah ungkapan betapa pentingnya peran supporter di dalam suatu pertandingan, oleh karena itu jangan heran mengapa mereka sering disebut pemain ke-12 sebuah tim. Supporter tidak bisa dilepaskan dari sepakbola, kompetisi kecil sampai pada kompteisi tingkat dunia dan dari level klub sampai dengan tim nasional peran supporter selalu diharapkan dapat membuat pertandingan semakin meriah. Supporter sendiri merupakan bentuk eksistensi

dari masyarakat, yang mempunyai sebuah bentuk kebanggaan serta kecintaan terhadap tim sepakbola.

Pendukung sepakbola hampir diseluruh tanah air bisa dikatakan luar biasa termasuk dikota Bandung. Walaupun hanya bisa mendapatkan suasana yang loyalitasnya tinggi hanya saat diadakannya nonton bareng, tetapi mereka sangat tinggi rasa solidaritasnya, walau pada dini hari diadkannya nobar mereka tetap meluangkan waktunya, ditengah yang lain beristirahat mereka dengan semangat mengadakan nonton bareng. Hal seperti diatas merupakan sebuah fenomena menakjubkan yang sulit ditemui dinegara-negara lain, bahkan dinegara dengan tradisi sepakbola yang sudah maju seperti Italia dan Inggris misalnya. Antusiasme penonton yang luar biasa itu sering diwujudkan dalam berbagai macam bentuk. Ada yang diwujudkan dengan spanduk-spanduk dan poster-poster, tarian-tarian, cat muka, sorak sorai dan pemakaian kaus tim. Semuanya dilakukan untuk mendukung tim kesayangan.

Tim sepakbola selalu memiliki kelompok supporter sendiri-sendiri, misalnya Chelsea yang berasal dari Inggris khususnya wilayah London mempunyai supporter yang biasa disebut Chelsea Supporter Club.

Berbagai komunitas didirikan sebagai ajang perkumpulan para supporter, sebut saja Chelsea Indonesia Supporter Club (CISC) & CISC UNPAS. Tujuan dari terbentuknya CISC ini hanya satu, yaitu mendukung tim kesayangan mereka. Untuk menunjukan loyalitas terhadap tim yang didukungnya berbagai hal dilakukan mereka, dari membeli atribut-atribut yang berhubungan dengan timnya sampai Nonton Bareng dimanapun tempatnya. Mereka, berusaha selalu mendukung dengan menjaga kehormatan timnya dengan segala cara. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".

Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

Berdasarkan Lokasi atau Tempat

Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi lingkungannya.
Berdasarkan Minat

Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contoh komunitas pecinta animasi dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan animasi, seperti menggambar, mengkoleksi action figure maupun film.
Berdasarkan Komuni

Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.
Fanatisme yang dmiliki oleh seseorang, yang seringkali berpengaruh pula pada tingkah lakunya dalam menunjukan sikap fanatiknya tersebut, tak terkecuali tingkah laku yang konstruktif maupun tingkah laku yang destruktif. Dengan alasan memiliki rasa fanatik yang tinggi, seorang lantas berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukan sikapnya tersebut dengan berbagai cara. Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga merupakan olahraga prestasi yang terpengaruhi faktor teknis dan non teknis. Kedua faktor tersebut perlu diperhatikan karena dapat mencapai keberhasilan, tidak dapat hanya menggantungkan pada faktor teknis aja tetapi juga faktor non teknis.

Dukungan dari suporter merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu tim pada sebuah pertandingan, bahkan dalam sepakbola dikenal istilah dukungan dari suporter dapat dikatakan sebagai pemain kedua belas yang mampu memberi tenaga dan semangat yang lebih kepada para pemain dilapangan. Oleh sebab itu, peranan suporter cukup berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu tim sepakbola.

Diadakan Nonton Bareng dimanapun tempatnya khususnya daerah Bandung Gor atau Cafe pun selalu membludak. Tidak hanya jumlahnya yang sangat banyak, CISC juga memiliki fanatisme yang luar biasa, seperti memberi dukungan kepada tim kesayangan yang tengah berlaga, tetapi masyarakat masih ada yang beranggapan kalau supporter bola itu pasti akan membuat kerusuhan, CISC ingin membuktikan kalau supporter bola tidak selalu membuat kerusuhan tapi bisa juga bersikap positif. CISC tetap kompak dalam mendukung kelangsungan hidup Chelsea dengan damai.

Arti Chelsea Indonesia Supporter Club bagi mereka dapat diibaratkan sebagai pejuang dari Indonesia yang gagah berani dan mau berjuang sampai mati demi harga dirinya. CISC tak pernah letih, lelah dan selalu mendukung Chelsea ketika bermain dimanapun, karena bagi mereka Chelsea jiwa raga yang menyatu dan tidak bisa dipisahkan oleh waktu. Hal ini yang menjadikan CISC selalu bersemangat dan selalu memadati setiap sudut Gor atau Cafe dimana Nonton Bareng dilakukan.

Para CISC pun kini mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai peningkatan pengkoordiran masa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah khususnya di Bandung, penjualan merchandise.

Fenomena ini menjadi tambahan kekuatan bagi Chelsea sebagai organisasi sepak bola, dengan mempunyai pendukung loyal dan fanatik. Fenomena ini juga merupakan sebuah realitas yang terjadi di tengah masyarakat. Realitas tersebut merupakan sesuatu hal yang tadinya tidak ada. Alasan peneliti mengenai fenomena CISC di Bandung karena keberadaan CISC sangat mencolok dengan kekompakan dalam mendukung Chelsea di Bandung.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Oleh karena itu, komunikasi sangat berperan penting di dalam sebuah perkumpulan atau sebuah komunitas untuk berinteraksi satu sama lain. Berdasarakan latar belakang yang peneliti kemukakan diatas, peneliti berusaha mengangkat fenomena ini dengan mengambil judul “FENOMENA FANATISME CISC DALAM MENDUKUNG CHELSEA DI BANDUNG”.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :



  1. Bagaimana CISC memaknai fanatisme?

  2. Bagaimana motif CISC menjunjung fanatisme tersebut?

  3. Bagaimana interaksi diantara sesama CISC?


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai fanatisme CISC dalam mendukung Chelsea di Bandung, dimana peneliti tertarik untuk mengetahui hal-hal berikut :



  1. Pemaknaan CISC mengenai fanatisme.

  2. Motif CISC dalam menjunjung fanatisme tersebut.

  3. Interaksi diantara sesama CISC.


1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yang terbagi atas kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang dapat diperoleh. Diantaranya sebagai berikut ini:


1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan manfaat bagi penggunaan pendekatan dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, sehingga dalam bidang ilmu komunikasi pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat kegunaannya. Bagi penelitian-penelitian yang relevan selanjutnya dapat dijadikan sebagai studi pertandingan dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian mengenai fenomenologi.




      1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dan indikator CISC dalam mengaktualisasikan fanatisme dalam mendukung Chelsea.
Yüklə 29,64 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə