Latar belakang



Yüklə 193,38 Kb.
tarix26.03.2018
ölçüsü193,38 Kb.
#33568

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. LATAR BELAKANG

Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. (Manuaba.2002). Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian perinatal pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi dinegara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat. (Depkes RI. 2003).Di negara ASEAN Indonesia mempunyai angka kematian ibu tertinggi 330/100.000 dan angka kematian perinatal 420/100.000 persalinan hidup. Penyebab terbanyak kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%,

prematuritas/BBLR 15-20%, trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan 1-3% (Manuaba. 2008). Menurut data Susenas 2001 menunjukkan bahwa di antara anak umur 0-4 tahun ditemukan prevalensi angka kesakitan anak seperti panas sebesar 33,4 persen, batuk 28,7 persen, batuk dan nafas cepat 17,0 persen dan diare 11,4 persen. Penyakit yang paling sering terjadi adalah anemia, penyakit periodontal, infeksi akut saluran nafas atas, gangguan telinga luar, dan tonsilitis kronik (SKRT 1995). Sedangkan untuk kecacatan, secara keseluruhan 29,9 persen bayi umur kurang dari 1 tahun, 32,8 persen anak umur 1-4 tahun dan 30,1 persen anak umur 5-14 tahun menderita satu jenis kecacatan atau lebih (Susenas 2001). Dan Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% Bayi kurang bulan (Risa.2006). Insidens di RSCM tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%. RS. Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin diatas 5mg/dl dan 23,8% memiliki kadar bilirubin diatas 13mg/dl (DEPKES RI.2008). Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering dihadapi tenaga kesehatan. Ikterus(jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah,sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2 (pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat. Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran sensorial (iz world of doctor .2010). oleh sebab itu Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.


Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat. Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya (refrensi artikel kedokteran.2011).

Dengan melihat dampak yang diakibatkan dari ikterus neonatorum,kami tertarik untuk mengkaji lebih lanjut pasien bayi “SU” usia 4 hari dengan ikterus neonatorum fisiologi di RSUD BANGLI.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus adalah sebagai berikut:



1.2.1 Tujuan umum

1.2.1.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar ikterus neonatorum dan mampu

Memberikan serta melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi dengan ikterus

Neonatorum sesuai dengan manajement kebidanan dan mendokumentasikan

Dalam bentuk SOAP.



1.2.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :



        1. Melakukan pengkajian data subyektif dan objektif pada bayi dengan ikterus neonatorum

        2. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis actual potensial yang timbul pada bayi dengan ikterus neonatorum

        3. Merancanakan, melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan diagnose dan masalah pada bayi dengan ikterus neonatorum.

        4. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.


BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR IKTERUS NEONATORUM

2.1.1 Pengertian Ikterus

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. (Mansjoer Arif, 2000:503). Ikterus Neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi di banding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritrosit pada neonatus lebih lebih banyak dan usianya lebih pendek



2.1.1.1 Ikterus fisiologis adalah :

  1. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.

  2. Tidak mempunyai dasar patologis

  3. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan

  4. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus

  5. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

  6. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

        1. Ikterus patologis adalah :

  1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama

  2. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kerang bulan

  3. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.(Sarwono, 2008)

2.1.2 Etiologi

2.1.2.1 Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:



  1. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.

  2. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

  3. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.

2.1.2.2Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktor/keadaan:

  1. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.

  2. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

  3. Polisitemia.

  4. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

  5. Ibu diabetes.

  6. Asidosis.

  7. Hipoksia/asfiksia.

  8. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

2.1.3 Faktor Resiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:



        1. Faktor Maternal

  1. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

  2. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

  3. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

  4. ASI

        1. Faktor Perinatal

  1. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

  2. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

2.1.3.3 Faktor Neonatus

  1. Prematuritas

  2. Faktor genetik

  3. Polisitemia

  4. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

  5. Rendahnya asupan ASI

  6. Hipoglikemia

  7. Hipoalbuminemia

2.1.4 Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.




2.1.4.1 Ikterus fisiologis

Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin.






2.1.4.2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.  

Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.

2.1.5 Gejala Dan Tanda Klinis

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:



        1. Dehidrasi

      1. Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)

2.1.5.2 Pucat

      1. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.

2.1.5.3 Trauma lahir

      1. Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.

        1. Pletorik (penumpukan darah)

      1. Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK

        1. Letargik dan gejala sepsis lainnya

2.1.5.6 Petekiae (bintik merah di kulit)

      1. Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis

        1. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)

      1. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati

        1. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)

        2. Omfalitis (peradangan umbilikus)

        3. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

        4. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)

        5. Feses dempul disertai urin warna coklat

  1. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

(:http// /medlinux.blogspot.com/2007/09/ikterus-pada-anak.html)

2.1.6 Batasan-Batasan Ikterus

2.1.6.1 Ikterus Fisiologis

Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut :



      1. Timbul pada hari kedua-ketiga

      2. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.

      3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari

      4. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %

      5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama

      6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu.

2.1.6.2 Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia

Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.



2.1.6.3 Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah, dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

(:http// www.smallcrab.com/anak-anak/535-mengenal-ikterus-neonatorum)

2.1.7 Jenis-Jenis Ikterus Menurut Waktu Timbulnya

2.1.7.1 Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama sebagian besar disebabkan oleh :



  1. Inkompatibilitas darah Rh, ABO, atau golongan lain

  2. Infeksiintra uterine

  3. Kadang-kadang karena defisiensi enzim G-6-PD

2.1.7.2 Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir

  1. Biasanya ikterus fisiologis

  2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain

  3. Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain juga masih mungkin.

  4. Policitemi

  5. Hemolisis perdarahan tertutup* (perdarahan subaponerosis, perdarahan hepar, sub capsula dll)



2.1.7.3 Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama

  1. Sepsis

  2. Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD

  3. Pegaruh obat-obatan

  4. Sindroma Criggler-Najjar, sindroma Gilbert

2.1.7.4 Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya

  1. Ikterus obtruktive

  2. Hipotiroidisme

  3. Breast milk jaundice

  4. Infeksi

  5. Hepatitis neonatal

  6. Galaktosemia

(Rustam, 2000)

2.1.8 Penilaian

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan dibawah sinar biasa (day light).



Penilaian Ikterus menurut Kramer

Daerah

Luas Ikterus

Kadar Bilirubin

1

Kepala dan leher

5 mg%

2

Daerah 1 + badan bagian atas

9 mg%

3

Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan tungkai

11 mg%

4

Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki di bawah dengkul

12 mg%

5

Daerah 1, 2, 3, 4 + tangan dan kaki

16 mg%

(Sarwono,2008)

2.1.9 Penanganan

2.1.9.1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:



  1. Minum ASI dini dan sering

  2. Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO

  3. Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).

Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

2.1.9.2 Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)

  1. Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.

  2. Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis

  3. Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:

  1. Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.

  2. Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar

  3. Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.

  1. Tentukan diagnosis banding



        1. Mencegah terjadinya kern-ikterus

  1. Dalam hal ini yang penting adalah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis

  1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama

  2. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kerang bulan

  3. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.

2.1.9.4 Mengatasi hiperbilirubinemia

        1. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fitoterapi

        2. Tranfusi darah tukar, dengan indikasi :

  1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg%.

  2. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 – 1 mg% per jam.

  3. Anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

  4. Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan Uji Coomb direk positif.

(Sarwono, 2008)

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin (modifikasi dari Maisels 1972)

Bilirubin

< 24 jam

    1. jam

    1. jam

>72 jam

< 5 mg%

Pemberian makanan dini

5-9 mg%

Terapi sinar bila hemolisis

Kalori cukup







10-14 mg%

Transfusi tukar* bila hemolisis

Terapi sinar







15-19 mg%

Transfusi tukar*

Transfusi tukar* bila hemolisis

Terapi sinar+

+

>20 mg%

Transfusi tukar+

*Sebelum dan sesudah transfusi tukar  beri terapi sinar

+ Bila tidak berhasil ­ transfusi tukar

Bilirubin < 5 mg% selalu observasi

Bilirubin > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki

(Sarwono, 2008)



2.1.10 Bagan Penanganan Ikterus Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda

Warna kuning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang.

Kategori

Normal

Fisiologik

Patologik

Penilaian

  • Daerah ikterus (rumus Kramer)

  • Kuning hari ke:

  • Kadar bilirubin

1

1-2



≤ 5 mg%

1 + 2


>3

5-9 mg%

1 sampai 4

>3

11-15 mg%


1 sampai 5

>3

>15-20 mg%


1 sampai 5

>3

>20 mg%


Penanganan




Bidan atau puskesmas

Terus diberi ASI

  • Jemur di matahari pagi jam 7-9 selama 10 menit

  • Badan bayi telanjang, mata ditutup.

  • Terus beri ASI

  • Banyak minum

  • Rujuk ke rumah sakit

  • Banyak minum

Rumah sakit

Sama dengan di atas

Sama dengan di atas

Terapi sinar

Terapi sinar










  • Periksa golongan darah ibu dan bayi

  • Periksa kadar bilirubin




Nasehat bila semakin kuning, kembali




Waspadai bila kadar bilirubin naik >0,5mg/jam Coomb’s test




(Sarwono, 2008)

2.2. KONSEP DASAR MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

2.2.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah: Proses pemecahan masalah yang digunakansebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teoriilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yanglogis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Menurut HellenVarney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan membentuk kerangka yanglengkap dan bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Setiap langkah berisi tugas-tugas tertentu dan bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Secara berurutan langkah-langkah tersebut adalah:



2.2.2 Langkah pertama (Pengumpulan Data)

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat danlengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yangdikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif.



2.2.2.1 Data subjektif terdiri dari:

A . Biodata

Berisikan identitas bayi dan orang tua meliputi nama, umur, jenis kelamin,tanggal lahir, jenis persalinan, nama orang tua (ayah dan ibu), umur ibu, agama,suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, tujuannya untuk mengetahui secara lengkap dan luas sasaran asuhan kebidanan.



B . Riwayat AnteNatal

Kemungkinan gravida empat atau lebih.HPHT tidak sesuai dengan umur kehamilan saat persalinan. Tidak pernah periksakehamilan atau periksa tidak teratur serta periksa pada petugas yang tidak berwenang, tidak pernah mendapat imunisasi. Sewaktu hamil menderita penyakitpembuluh darah misalnya hipertensi, hipotensi, menderita penyakit jantung, paru-paru, diabetes serta pengobatan yang didapat.



C . Riwayat Neonatus

Meliputi beberapa APGAR score pada 1 menit dan 5 menit pertama. Bagaimanaketubannya keruh atau jernih, dengan cara apa bayi dilahirkan: SC, VE, FE, spontandan lain-lain. Berapa usia kehamilan, adanya bayi kembar.



D . Riwayat Maternal dan Perinatal

Berapa usia ibu saat hamil ini, taksiran persalinan kapan. Bagaimana kondisi dankebiasaan selama hamil. Berapa kali memeriksakan kehamilannya, adakah penyakityang diderita selama hamil.



E . Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi,asma, DM, penyakit menular dan penyakit lainnya selain itu juga perlu ditanyakanapa ada keturunan kembar.



F . Riwayat Sosial Budaya

Untuk mengetahui keadaan psikologi dan emosional ibu pada kehamilan,persalinan, bagaimana hubungan suami istri serta keluarga, harapan kehamilan sertakepercayaan yang dianut juga perlu ditanyakan bagaimana status ekonominya.Kebiasaan merokok, alkoholik, pemberian ASI.



G . Nutrisi

Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segerasetelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Bayi aspiksia sedang yang mengalamigangguan pernapasan ASI dapat diberikan personde dengan memperhatikan jumlahkebutuhan dan retensinya. Kebutuhan cairan neonatus yaitu:

Hari I : 60cc/kgBB/hari

Hari II : 90cc/kgBB/hari

Hari III : 120cc/kgBB/hari

Hari IV : 150cc/kgBB/hariSelanjutnya ditambah sedikit-sedikit sampai hari ke 14 mencapai 200 cc/kgBB/hari. Jumlah cairan ini dikonsumsi dari ASI atau PASI, juga cairan perinfus sesuaikondisi bayi.

Frekuensi pemberiannya tergantung dari berat badannya, yaitu:

BB < 1250 gr : 24 x/hari tiap jam

BB 1250-<2000 gr : 12 x/hari tiap jam

BB >2000 gr : 8 x/hari tiap jam



H . Pola Eliminasi

Neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkankemungkinan mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluranpencernaan.



I . Hubungan Psikologi

Bayi baru lahir bila kondisi memungkinkan di rawat gabung dengan ibunyadengan tujuan bayi mendapat kasih sayang, perhatian, mempererat hubungan psikologi ibu dan bayi. Bayi aspiksia memerlukan perawatan intensif sehinggaharus berpisah dengan ibunya.



2.2.2.2 Data objektif

Yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaanmenggunakan standar yang diakui atau berlaku

Pada bayi premature aspiksia sedang didapatkan data objektif sebagai berikut:


    1. Keadaan Umum

    2. Tanda-tanda vital

    3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

1. Posisi:

2. Kulit:

3. Kepala:

4. Mata:


5. Hidung:

6. Mulut:

7. Telinga:

8. Leher:

9.Thoraq:

10.Paru-paru:

11.Jantung:

12. Abdomen:

13. Umbilikus:

14. Genetalia:

15. Anus:

16. Kstremiras :

17. Refleks

18. Pemeriksaan penunjang

19.Gas darah Arteri

20. Darah Lengkap



“Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dngan criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila criteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum dicapai” ( Allen Carol Vestal, 1998: 123 ).

Dalam melakukan evaluasi, sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan. Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan pasien menunjukkan perilaku sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan rencana keperawatan.

Ada tiga alternatif yang dapat dipakai oleh bidan dalam memutuskan atau menilai, sejauh mana tujuan yang tekah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan sebagian tercapai, tujuan tidak tercapai. Tujuan tercapai jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan,sesuai dengan pernyataan tujuan. Tujuan sebagian tercapai jika pasien mampu menunjukkan perilaku tapi tidak seluruhnya sesuai pernyataan tujuan yang telah ditentukan. Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan. Secara umum evaluasi dikatakan berhasil, bila:

1. Asfiksia tidak terjadi lagi

2. Tidak terjadi hipotermi

3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

4. Tidak terjadi infeksi

5. Tidak terjadi hypoglikemia



BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI “SU” UMUR 4 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM

DI RUANG PERAWATAN PERINATAL RESIKO TINGGI RSUD BANGLI

TANGGAL 4 – 5 MEI 2011

Nama Rumah Sakit : RSUD BANGLI

Dokter yang merawat :

Bidan :

Nomor RM : 136224-11

Tanggal masuk dirawat : 30 April 2011

Tanggal Pengkajian : 4 mei 2011

Pukul : 20.00 wita




  1. DATA SUBYEKTIF

  1. Identitas

  1. BAYI

Nama : bayi “SU”

Umur/tgl/jam lahir : 4 hari / 30 April 2011 / 08.50 wita

Jenis kelamin : Perempuan


  1. ORANG TUA IBU AYAH

NAma : “SU” “AR”

Umur : 27 tahun 32 tahun

Pendidikan : SMP SMP

Pekerjaan : Petani Petani

Agama : Hindu Hindu

Status Perkawinan: Sah Sah

Alamat Lengkap : Br.Dinas Belancan,Desa Belancan,Kec.Kintamani-Bangli

No. Telp : - -



  1. Keluhan Utama

Pada tanggal 4 Mei 2011 Pukul 08.30 wita bayi terlihat kuning pada badan bagian atas, kepala dan leher.

  1. Riwayat Prenatal

Ibu mengatakan ini anak kedua, masa gestasi 37 minggu 6 hari. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali di bidan. HPHT : 8-8-2010 , TP (15-5-2011). Kehamilan memang direncanakan dan tidak ada penyulit selama masa kehamilan. Konsumsi obat dan suplemen yang didapatkan pada TW I ibu periksa sebanyak 2 kali dengan keluhan mual dan pusing ibu mendapatkan therapy B6 dan asam folat. Pada TW II ibu periksa sebanyak 2 kali dan tidak ada keluhan,ibu mendapatkan therapy SF dan kalk. Pada TW III ibu periksa sebanyak 2 kali dan tidak ada keluhan , ibu mendapat therapy SF,kalk, dan Vit C. Ibu mengatakan tidak ada perilaku atau kebiasaan ibu yang memperburuk kesejahteraan janin. Tidak ada riwayat penyakit ibu seperti kencing manis, hepatitis, sesak nafas, sakit jantung, tekanan darah tinggi, PMS maupun alergi.

  1. Riwayat Intranatal

Dari data dokumentasi dan pengakuan ibu, ibu melahirkan tanggal 30 April 2011 pukul 08.50 wita dengan persalinan spontan belakang kepala, diagnose ibu saat persalinan G2P1001 UK 37 minggu 6 hari (dilihat dari HPHT) tunggal hidup intrauteri. Ibu melahirkan di RSUD BANGLI ditolong oleh dokter. Bayi lahir tidak langsung menangis, 5 menit kemudian tangis merintih, warna kulit kemerahan, gerak aktif, reflek hisap baik dan terdapat cepalhematoma dan caput sucsedanium. BB Lahir 3000 gram, PB 49 cm, LK/LD 36/34cm, Jenis Kelamin : Perempuan, anus (+), kelainan (-). Kala I selama 12 jam, penyulit atau komplikasi tidak ada. Kala II selama 50 menit, penyulit atau komplikasi ibu tidak kuat untuk meneran sehingga terjadi kala II lama. Kala III selama 30 menit, penyulit atau komplikasi tidak ada. Ketuban pecah spontan jam 19.30 wita,tanggal 29 April 2011. Keadaan cairan jernih. Tidak dilakukakn inisiasi menyusui dini karena kepala terdapat cepal hematoma dan caput sucsedanium. Keadaan tali pusat segar, plasenta komplit, tidak ada kelainan lain.

  1. Faktor resiko infeksi

  1. Mayor

KPD >12 jam

  1. Minor

Asfiksia sedang

  1. DATA OBYEKTIF

  1. Keadaan saat ini

  1. Gerak : Aktif

  2. Tangis : Kuat

  3. Warna Kulit : Ikterus

  1. Apgar Score (kalau ada indikasi)



  1. Pemeriksaan Umum

BB : 3000 gram PB : 49 cm

LK : 36 cm LD : 34 cm

HR : 140 x/mnt RR : 38x/mnt

Suhu : 37,1oC



  1. Pemeriksaan Fisik

  1. Kepala : terdapat cepal hematoma,terdapat kaput

Sucsedanium.rambut hitam

  1. UUB/UUK: Datar

  2. Mata : Simetris,tidak ada pengeluaran secret,skela terlihat .

kuning

  1. Hidung : Paten , tidak ada pengeluaran secret.

  2. Mulut/ : Mukosa lembab , warna bibir merah muda,

Bibir tidak ada labiopalatoskisis.

  1. Telinga : Simetris , tidak ada pengeluaran secret, 2/3 pina kembali

Cepat , tidak ada kelainan

  1. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada

Pembesaran Kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis dan leher terlihat kuning.

  1. Dada : Simetris , Tidak ada retraksi , tidak ada kelainan.

  2. Abdomen : Tidak ada distensi , ada bising usus , kondisi tali pusat

kering

  1. Punggung : Tidak ada spina bifida , tidak ada gibus.

  2. Genetalia : Perempuan , labia mayora menutupi labia minora.

  3. Anus : ada (+)

  4. Ektremitas : Tangan : simetris,jumlah jari 10 (lengkap),tidak sianosis.

Kaki : simetris,jumlah jari 10 (lengkap),tidak sianosis.

  1. Kulit : Turgor baik , kulit kekuningan (ikterus).

  2. Eleminasi : BAB (+) warna coklat kekuningan ,konsistensi lembek.

Miksi (+) warna jernih kekuningan.

  1. Reflek

Glabela : (+),terlihat mata bayi menutup dengan rapat saat

Glabela disentuh.

Tonik neck : (+),saat kepala bayi dimiringkan kesalah satu sisi, lengan

Dan kaki berekstensi

Babinski : (+),jari-jari kaki membuka saat telapak kaki bayi diraba.

Rooting : (+),bayi dapat mencari putting susu ibunya.

Moro : (+),terlihat pada saat bayi tiba-tiba diletakkan.

Swallowing : (+),bayi dapat menelan ASI.

Sucking : (+),bayi dapat menghisap putting susu ibunya.

Grasping : (+),bayi dapat menggenggam saat telapak tangannya

disentuh

Steping : (+),bayi dapat menggerakkan kakinya seperti melangkah.



  1. Pemeriksaan Penunjang

Cek darah lengkap dilakukan pada tanggal 4 mei 2011.

WBC : 6,4 lt x 10,3 /uL Hct : 35,2%

RBC : 3,30 x 10,6 /uL Plt : 279* x 10,3 /uL

Hgb : 12,4 g /dL

Bilirubin total 8.13 ml/dL . referensi rentang nilai 0 – 1.1 . keterangan : high


  1. ASESSMENT

Diagnosa : Bayi “SU” umur 4 hari dengan ikterus neonatorum.

Dasar : Lahir dengan partus normal belakang kepala

Tanggal 30 April 2011 , pukul 08.50 wita dengan umur

Kehamilan 37 minggu 6 hari (dilihat dari HPHT) BB : 3000

Gram.

PB : 49 cm, LK/LD : 36/34 cm , anus (+).



Kelainan : riwayat asfiksia sedang dan cepal hematoma

Serta Kaput sucsedanium, bilirubin 8.13mg/dL.

Masalah actual : Bayi Kuning

Dasar : Ikterus Kramer II.

Masalah Potensial :


  • Resiko terjadi hipertermi/hipotermi

  • Resiko terjadi dehidrasi

  • Resiko terjadi infeksi



  1. PLANNING

  1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada orang tua

  2. Kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tidakan yang diberikan.

  3. Berika ASI atau PASI on demand.

  4. Rawat bayi dalam incubator.

  5. Observasi KU dan TTV setiap 4 jam dan jika dirasakan KU bayi berubah.

  6. Lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi,basah terkena muntahan,kotor. Ganti popok bila BAK/BAB.

  7. Terapi : fototerapi 1 x 24 jam , cefotakxime 2 x 150 mg (im), Rob 1 x 0,3 mL, ASI on demand, rawat dalam incubator suhu 30oC.

CATATAN TINDAKAN / IMPLEMENTASI NOTE

Nama : By. “SU” Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 4 hari Alamat : Br.Dinas Balancan,Desa Belancan

Kec.Kintamani-Bangli.





Hari/tgl/jam

Implmentasi

Hari/tgl/jam

Evaluasi

Paraf/

nama

Rabu, 04-05-2011

(20.00 WITA)



Menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi saat ini dan asuhan yang akan diberikan selanjutnya

Rabu, 04-05-2011

(20.20 WITA)



Orang tua tampak mengerti dengan penjelasa yang diberikan.




Rabu, 04-05-2011

(20.25 WITA)



Menjaga kehangatan bayi di dalam incubator denga suhu yang disesuaikan dengan suhu tubuh bayi.

Rabu, 04-05-2011

(20.30 WITA)



Bayi sudah terjaga kehangatannya dan bayi tampak nyaman.




Rabu, 04-05-2011

(20.35 WITA)



Melakukan fototherapy 1 x 24 jam

Rabu, 04-05-2011

(20.40 WITA)



Bayi sedang menjalani fototherapy




Rabu, 04-05-2011

(20.45 WITA)



Menyarankan ibu untuk memberikan ASI

Rabu, 04-05-2011

(20.55 WITA)



Reflek hisap (+) kuat. Reflek menelan baik. Bayi sudah minum ASI ± 10 menit. Muntah (-)




Rabu, 04-05-2011

(22.00 WITA)



Mengobservasi BAB/BAK bayi.

Rabu, 04-05-2011

(22.10 WITA)



BAB (+), warna coklat kekuningan, konsistensi lembek.

BAK (+) warna kuning jernih






Rabu, 04-05-2011

(22.15 WITA)



Mengobservasi KU dan Vital sign

Rabu, 04-05-2011

(22.25 WITA)



KU baik, suhu 38,3oC. RR: 40x/menit.

HR: 140x/menit.







Rabu, 04-05-2011

(22.30 WITA)



Menghentikan fototherapy sampai suhu tubuh bayi normal

Rabu, 04-05-2011

(22.35 WITA)



Bayi tidur di incubator tanpa menjalani fototherapy.





Rabu, 04-05-2011

(22.50 WITA)



Memerikan PASI pada bayi

Rabu, 04-05-2011

(23.10 WITA)



Reflek hisap (+) kuat. Reflek menelan baik. Bayi sudah minum PASI persendok ± 20 CC. Muntah (-)




Rabu, 04-05-2011

(00.00 WITA)



Mengobservasi BAB/BAK bayi

Kamis, 05-05-2011

(00.15 WITA)



BAB (+), warna coklat kekuningan

Konsistensi lembek

BAK (+) warna kuning jernih





Kamis, 05-05-2011

(00.20 WITA)



Mengobservasi KU dan Vital sign

Kamis, 05-05-2011

(00.25 WITA)



KU baik, suhu 37,1oC , RR 40x/mnt ,

HR 140x/mnt.






Kamis, 05-05-2011

(00.30 WITA)



Melkukan fototherapy

1 x 24 jam



Kamis, 05-05-2011

(00.35 WITA)



Bayi sedang menjalani fototherapy




Kamis, 05-05-2011

(01.00 WITA)



Memberikan PASI pada bayi

Kamis, 05-05-2011

(01.20 WITA)



Reflek hisap (+) kuat, bayi minum PASI (pesendok) ±15cc , muntah (-).




Kamis, 05-05-2011

(01.30 WITA)



Bayi tidur

Kamis, 05-05-2011

(03.25 WITA)



Bayi tidur di dalam incubator sambil tetap menjalani fototherapy, dan bayi tampak tidur dengan nyaman.




Kamis, 05-05-2011

(03.30 WITA)



Mengobservasi BAB/BAK

Kamis, 05-05-2011

(03.45 WITA)



BAB (+), warna coklat kekuningan, konsistensi lembek. BAK (+), warna kuning jernih.




Kamis, 05-05-2011

(04.00 WITA)



Mengobservasi KU dan Vital sign

Kamis, 05-05-2011

(04.45 WITA)



KU baik, suhu 37.3oC, RR : 42x/mnt,

HR : 138x/mnt.






Kamis, 05-05-2011

(04.30 WITA)



Memberikan bayi minum PASI

Kamis, 05-05-2011

(04.50 WITA)



Reflek hisap (+) kuat, bayi minum PASI (persendok) ±20cc, muntah (-).




Kamis, 05-05-2011

(00.15 WITA)



Bayi tidur

Kamis, 05-05-2011

(06.25 WITA)



Bayi tidur dalam incubator smabil menjalani fototherapy.




Kamis, 05-05-2011

(06.30 WITA)



Mengobservasi BAB/BAK bayi

Kamis, 05-05-2011

(06.45 WITA)



BAB (-), BAK (+), warna kuning jernih.




Kamis, 05-05-2011

(06.50 WITA)



Mengobservasi KU dan vital sign bayi

Kamis, 05-05-2011

(07.00 WITA)



KU baik, suhu 37,1oC , RR : 40xmnt,

HR : 140x/mnt.







Kamis, 05-05-2011

(07.05 WITA)



Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya.

Kamis, 05-05-2011

(07.20 WITA)



Ibu mau menyusui bayinya.

Reflek hisap bayi (+) kuat, reflek menelan baik, bayi menetek ±15 mnt. Muntah (-)
































































































































Kamis, 05-05-2011

(07.25 WITA)



Bayi tidur

Kamis, 05-05-2011

(08.00 WITA)



Bayi tidut di dalam incubator dan sambil menjalani fototherapy.




Kamis, 05-05-2011

(08.00 WITA)



Mendampingi visite dokter Sp.A

Kamis, 05-05-2011

(08.15 WITA)



Hasil visite:

  • Fototherapy dihentikan.

  • Melanjutkan pemberian visebad 1 x 0.3ml.

  • Bayi diperbolehkan pulang




Kamis, 05-05-2011

(08.30 WITA)



Fototherapy dihentikan atas anjuran dokter.

Kamis, 05-05-2011

(08.35 WITA)



Fototherapy sudah dihentikan karena kulit bayi sudah berwarna kemerahan .




Kamis, 05-05-2011

(09.00 WITA)



Memberitahu kepada orang tua bayi bahwa hari ini bayinya sudah diperbolehkan untuk pulang .

Kamis, 05-05-2011

(09.15 WITA)



Orang tua bayi tampak senang dengan informasi yang disampaikan tentang kondisi bayinya.




Kamis, 05-05-2011

(09.20 WITA)



Menyarankan orang tua bayi agar mengurus masalah administrasinya.

Kamis, 05-05-2011

(11.00 WITA)



Orang tua bayi sudah menyelesaikan masalah administrasinya.




Kamis, 05-05-2011

(11.30 WITA)



Memberi KIE kepada orang tua bayi mengenai cara merawat bayinya di rumah,seperti :

  • Pemberian ASI eksklusif.

  • Pencegahan ikterus.

  • Pencegahan hipotermi.

  • Tanda-tanda bayi sakit.

  • Personal hygene.

  • Imunisasi.

Kamis, 05-05-2011

(11.15 WITA)



Ibu mengerti dn akan mengikuti saran yang diberikan oleh bidan.




5-5-2011

(11.45 WITA)



Bayi Pulang


























BAB 4

PEMBAHASAN

    1. KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN TINJAUAN KASUS

      1. berdasarkan data subjektif keluhan bayi yaitu Pada tanggal 4 Mei 2011 Pukul 08.30 wita bayi terlihat kuning pada badan bagian atas, kepala dan leher. Berdasarkan keluhan bayi,memang penilaian awal dari ikterus neonatorum adalah kulit,kepala,dan wajah terlihat kuning dan bila sudah mencapai kremer 4 maka sudah seluruh badan menjadi kuning. ( sarwono,2008 )

      2. berdasarkan data objektif ditemukan bahwa pada bagian mata yaitu sclera mata sudah kuning,kulit badan juga menjadi kuning.

      3. berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif dapat di ketahui pada assessment yaitu bayi “SU” umur 4 hari dengan ikterus neonatorum.

      4. planning yang diberikan pada bayi ‘SU’ sudah sesuai dengan tinjauan teori.


BAB 5

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada By. Ny. “SU”, dapat ditarik beberapa kesimpulan :



      1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan peranan dari pasien sehingga diperoleh data yang menunjang untuk mengangkat diagnosa kebidanan.

      2. Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan pada dasarnya mengacu pada tinjauan pustaka dan adanya perubahan serta keseimbangan dengan tinjauan pustaka tergantung pada kondisi pasien.

      3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah yang ada pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada tinjauan kasus nyata.

      4. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dari perencanaan akan tetapitidak dilaksanakan seperti perawatan payudara dalam kasus nyata hanya dilakukan penyuluhan saja sehingga klaien melakukan sendiri dirumah sesuai petunjuk.

      5. Setelah penulis mengadakan evaluasi pada By. Ny. “SU”, maka sebagian dari semua masalah dapat diatasi. Keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien didukungoleh beberapa faktor diantaranya sarana yang memadai, adanya tindakan yang komprehensif serta adanya kesadaran pasien dan keluarga.

5.2. SARAN

5.2.1 Bagi petugas Kesehatan

Petugas kesehatan agar terus meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan kepribadian

Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat .

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit terus mempertahankan pelayanan yang selama ini sudah diberikan pada masyarakat dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik





Yüklə 193,38 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə