Microsoft Word 10 A5-julaeha-edit doc



Yüklə 127,59 Kb.
Pdf görüntüsü
tarix29.03.2018
ölçüsü127,59 Kb.
#35485


 

 

149



PENDIDIKAN TINGGI 

(MODUS TUNGGAL, GANDA, DAN KONSORSIUM) 

 

Siti Julaeha & Atwi Suparman 

 

 

Salah satu masalah utama pendidikan tinggi adalah 



pemerataan pendidikan.  Hal ini ditunjukkan dengan terbatasnya 

kapasitas perguruan tinggi dalam memberikan kesempatan kepada 

kelompok penduduk yang berusia 19-24 tahun untuk memperoleh 

pendidikan.  Setiap tahun ajaran baru, hanya sebagian kecil dari 

lulusan SLTA yang tertampung di perguruan tinggi.  Tentu saja, 

jumlah lulusan SLTA yang tidak tertampung ini akan terus 

bertambah, jika tidak ditangani lebih lanjut.  Hal ini terbukti dengan 

masih rendahnya angka partisipasi kasar untuk pendidikan tinggi di 

Indonesia pada tahun 1995, yaitu kurang lebih 10% (Soehendro, 

1996). 


Selain itu, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi 

menuntut orang untuk terus belajar.  Baik karena tuntutan pekerjaan 

maupun untuk perluasan wawasan, orang mencari lembaga 

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk 

melanjutkan studi tanpa harus meninggalkan tempat kerjanya.  

Sistem pendidikan yang cocok untuk mereka adalah sistem 

pendidikan jarak jauh (distance education). 

Penerapan sistem PJJ menuntut sebagian besar pembelajaran 

tidak dilakukan secara tatap muka.  Pembelajaran berlangsung 

melalui perantaraan media, baik dalam bentuk media cetak, audio, 

video, siaran radio dan televisi, maupun media berbasis jaringan. 

Bahan belajar dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat 

belajar secara mandiri.  Kebiasaan belajar mandiri yang dilandasi 

dengan disiplin belajar yang tinggi memungkinkan tumbuhnya 

masyarakat belajar (learning society), yaitu masyarakat yang 

memiliki budaya belajar secara terus menerus (Achir, 1997). 

Dua ciri penting PJJ adalah  pertama, bahwa PJJ dirancang 

untuk melayani kebutuhan orang dewasa yang tidak mampu atau 




 

 

150



tidak memiliki pilihan untuk mengikuti pendidikan di kampus, dan 

bagi mereka yang karena kondisi pribadi seperti pekerja, yang hanya 

dapat mengikuti pendidikan paruh waktu.  Yang kedua, sebagai 

konsekuensi dari peserta didik yang tidak dapat datang ke kampus 

untuk mengikuti pembelajaran, materi pembelajaran harus tersedia 

bagi mereka di mana pun mereka berada atau paling tidak dekat 

dengan mereka (Rumble, 1981 dalam Tau, 2006).  Untuk alasan ini  

lembaga PJJ  merancang, mengembangkan, memproduksi, dan  

mendistribusikan bahan belajar kepada peserta didik. 

Dalam sistem pendidikan Indonesia, PJJ sudah bukan menjadi 

pendidikan alternatif lagi, tetapi telah menjadi sub-sistem pendidikan 

nasional di Indonesia.  Hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang RI 

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 

Ayat (2) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka 

melalui tatap muka dan/atau jarak jauh.  Lebih lanjut Pasal 31 Ayat 

(2) menyatakan bahwa PJJ berfungsi memberikan layanan 

pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat 

mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. 

Mengingat betapa pentingnya PJJ dalam upaya mengatasi 

masalah pemerataan pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan 

Tinggi mengajukan program PJJ sebagai salah satu strategi 

implementasi pada bidang pemerataan dan tanggung jawab sosial 

untuk menekankan peranan pendidikan tinggi dalam peningkatan 

daya saing bangsa dalam Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 

(Higer Education Long Term Strategy) 2003 - 2010.  Dalam 

penyelenggaraannya, PJJ dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, 

modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar 

serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan yang sesuai 

dengan standar nasional.  

Dalam pelaksanaannya PJJ mengalami perkembangan yang 

sangat pesat sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan 

komunikasi.  Taylor (2001) menyatakan bahwa  pelaksanaan PJJ 

telah memasuki generasi kelima, yaitu The Correspondence Model 

(generasi pertama), The Multi-Media Model (generasi kedua), The 



Telelearning Model (generasi ketiga), The Flexible Learning Model 


 

 

151



(generasi keempat), dan The Intelligent Flexible Learning Model 

(generasi kelima).  Sementara itu, Connolly & Stansfield (2006) 

menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi dan komunikasi 

dalam pendidikan (tidak hanya PJJ) telah memasuki generasi 

keenam, yang merupakan generasi ketiga dari e-learning. 

Selain itu, model-model organisasi lembaga pendidikan tinggi 

jarak jauh (PTJJ) juga terus berkembang.  Secara umum, ada tiga 

kategori lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakn PJJ, 

yaitu PTJJ modus tunggal (single mode), modus ganda (dual mode), 

dan konsorsium.  Dalam artikel ini akan dikaji tentang ketiga jenis 

organisasi PJJ tersebut. 

 

PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH MODUS TUNGGAL 

Moore & Kearsley (1996) mengemukakan bahwa PJJ adalah 

pendidikan yang  hanya bertujuan menyelenggarakan PJJ; segala 

kegiatan diarahkan atau ditujukan pada PJJ.  Pengertian ini sesuai 

dengan pendapat Abrioux (2006) yang menyatakan bahwa lembaga 

PJJ dengan modus tunggal adalah lembaga pendidikan di mana 

sistem pembelajaran dan administratifnya dirancang dan diarahkan 

pada penyediaan PJJ.  

Keegan (1991) menyebut  PJJ modus tunggal dengan istilah 



autonomous distance-teaching institutions.  Lebih lanjut Keegan 

(1991) dan Garrison (1990) membagi lembaga jenis ini ke dalam dua 

kategori yaitu  public and private correspondence schools and 

colleges dan distance teaching universities atau open universities. 

Perbedaan kedua jenis ini terletak pada kompleksitas struktur dan 

ketentuan belajar. 

Public and private correspondence schools and colleges 

menyelenggarakan pendidikan dengan bahan belajar dan proses 

pembelajaran yang cenderung tidak begitu kompleks, khususnya 

dalam penggunaan big media dan pertemuan tatap muka.  Selain itu, 

lembaga ini biasanya menawarkan program kepada anak-anak atau 

orang dewasa pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pendidikan 

tinggi.  The National Extention College, Cambridge; Leidse 

Onderweijsinstellingen, Leiden; the New South Wales College of 



 

 

152



External Studies, Sidney; dan the Alberta Correspondence School, 

Kanada  merupakan contoh dari public and private correspondence 



schools and colleges. 

Distance teaching universities atau open universities bertujuan 

memberikan layanan dukungan sebanyak mungkin bagi peserta PJJ. 



Distance teaching universities lebih memusatkan perhatiannya pada 

penyediaan program untuk tingkat pendidikan tinggi, meskipun ada 

beberapa lembaga pendidikan jenis ini yang menawarkan program di 

luar tingkat pendidikan tinggi.  Selain itu, jenis lembaga pendidikan 

ini menggunakan media secara lebih komprehensif dalam kegiatan 

pembelajarannya.  Contoh PTJJ dengan modus tunggal adalah 

Universitas Terbuka di Indonesia, the British Open University atau 

The United Kingdom Open University (UKOU) di Inggris, the 

FernUniversitat di Jerman, Sukhothai Thammathirat Open 

University di Thailand, dan UNED di Spanyol.  Semula Kanada 

memiliki tiga universitas jarak jauh dengan modus tunggal, yaitu the 

British Columbia Open University (BCOU), Tele-universite de 

I’Universite du Quebec (TELUQ), dan Athabasca Universty.   

Setelah 30 tahun Kanada hanya memiliki Athabasca University 

sebagai satu-satunya PTJJ dengan modus tunggal (Abrioux, 2006). 

Universitas Terbuka (UT) merupakan contoh PTJJ dengan 

modus tunggal di Indonesia.  Pada saat berdirinya, UT merupakan 

satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan PJJ 

secara utuh (single mode).  UT didirikan pada tanggal 4 September 

1984.  UT didirikan Pemerintah Indonesia dengan tujuan: (1) 

memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan 

warga negara asing, di mana pun tempat tinggalnya untuk 

memperoleh pendidikan tinggi; (2) memberikan layanan pendidikan 

tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, 

tidak dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi tatap muka; dan 

(3) mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional 

yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata pembangunan, yang 

belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain (UT, 2004). 

UT, sebagai lembaga pendidikan tinggi yang hanya 

menyelenggarakan PJJ, tidak menuntut mahasiswa untuk datang ke 




 

 

153



kampus.  Untuk menjadi mahasiswa UT, calon mahasiswa dapat 

membeli berkas registrasi di kantor perwakilan UT di daerah yang 

disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ), yang merupakan 

unit pelaksana di daerah, di samping sebagai pusat sumber belajar.  

UPBJJ tersebar di 37 kota di Indonesia, yang memiliki perguruan 

tinggi negeri (PTN).  Bahan belajar utama yang digunakan di UT 

adalah berbentuk media cetak.  Namun demikian, secara bertahap 

UT mengembangkan bahan belajar non-cetak yang mengarah pada 

paket bahan belajar multimedia.  Untuk membantu mahasiswa dalam 

belajar, UT menyediakan berbagai bentuk layanan bantuan belajar di 

antaranya tutorial dengan berbagai modus (tutorial tatap muka, 

elektronik, radio, dan tertulis), konseling, dan bimbingan akademik. 

The British Open University (BOU) atau The United Kingdom 

Open University (UKOU) adalah PTJJ dengan modus tunggal di 

Inggris dengan misi utama membuka akses terhadap pendidikan 

tinggi dan membuat pendidikan tinggi tersedia bagi semua orang 

tidak hanya melalui penawaran program melalui PJJ tetapi juga 

menghapus berbagai rintangan atau hambatan (Moore & Kearsley, 

1996).  UKOU digagas pada tahun 1966 dan mulai beroperasi pada 

tahun 1969 dengan menerapkan enam konsep berikut: (1) 

memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengikuti 

pendidikan tinggi dengan menggunakan media komunikasi massa; 

(2) menerima mahasiswa tanpa batas umur dan latar belakang 

pendidikan; (3) biaya yang dapat dijangkau banyak orang; (4) tidak 

banyak pertemuan tatap muka; (5) membuat pendidikan tinggi lebih 

relevan; serta (6) tidak rumit dan fleksibel untuk dipilih mahasiswa 

(Suparman & Zuhairi, 2004: 96).  

Sukhothai Thammathirat Open University  (STOU)  

merupakan PTJJ dengan modus tunggal di Thailand yang didirikan 

pada tahun 1978, tetapi baru menerima mahasiswa baru pada tahun 

1980.  STOU tidak hanya menawarkan program-program gelar, 

tetapi juga program pendidikan berkelanjutan.  

Athabasca Universty (AU) didirikan oleh Pemerintah Alberta 

pada tahun 1970.  AU memungkinkan semua orang memperoleh 

pendidikan pada tingkat perguruan tinggi tanpa memperhatikan 



 

 

154



tempat tinggal atau tempat kerja dan komitmen karir atau keluarga. 

AU berusaha menghilangkan kendala waktu, ruang, pengalaman 

pendidikan sebelumnya, dan tingkat penghasilan atau pendapatan 

(Athabasca University, 2005). 

Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat dinyatakan 

bahwa PTJJ modus tunggal adalah pendidikan tinggi yang hanya 

menyelenggarakan PJJ.  Sebagian besar kegiatan pembelajaran dan 

administratif pada PTJJ modus tunggal dilaksanakan dengan bantuan 

media. 

Bates (2000) mengemukakan bahwa jumlah target kelompok 



merupakan salah satu faktor yang menyebabkan PTJJ menerapkan 

modus tunggal. Seperti yang dikemukakan oleh Daniel (1998 dalam 

Bates, 2000) bahwa hampir semua the mega universities dengan 

jumlah mahasiswa lebih dari 100.000 merupakan PTJJ dengan 

modus tunggal.  Hal ini terjadi karena PTJJ dengan modus tunggal 

tergantung pada skala ekonomi.  Pendidikan tinggi dengan jumlah 

mahasiswa yang banyak, antara 9.000 sampai 22.000, lebih efektif 

dan efisien apabila menerapkan modus tunggal daripada modus 

ganda (Keegan & Rumble, 1982 dalam Abrioux, 2006). 

Berkenaan dengan kelebihan PTJJ modus tunggal, Abrioux 

(2006) mengemukakan bahwa lembaga pendidikan memiliki 

komitmen yang kuat dalam  menyelenggarakan PJJ dengan sistem 

belajar terbuka dan jarak jauh serta untuk mencapai standar kualitas 

dan profesional.  Selain itu, PTJJ dengan modus tunggal memiliki 

kemampuan untuk menyediakan registrasi terbuka, pendaftaran 

terbuka dan fleksibel, serta menyelenggarakan pendidikan dengan 

sistem belajar individualisasi.  Namun demikian, PTJJ dengan 

modus tunggal menuntut infrastruktur yang mahal.  Efektivitas biaya 

pendidikan hanya dapat dipenuhi melalui jumlah mahasiswa yang 

tinggi.  Di samping itu, untuk meningkatkan kualitas layanan 

pendidikan, lembaga PTJJ modus tunggal hendaknya tetap 

memelihara dan meningkatkan kualitas yang telah dilakukannya, 

mengembangkan jaringan dukungan lokal, merekrut mahasiswa 

dalam lingkup internasional, memperluas pengembangan produk, 

serta meningkatkan kerja sama. 



 

 

155



 

PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH MODUS GANDA 

Sejalan dengan banyaknya permintaan dari masyarakat 

terhadap PTJJ serta perkembangan teknologi komunikasi dalam 

dunia pendidikan, bermunculanlah perguruan tinggi lain yang 

menyelenggarakan PTJJ, di samping mereka masih tetap melayani 

masyarakat untuk mengikuti pendidikan konvensional.  Banyak 

lembaga pendidikan tinggi menyelenggarakan program pendidikan 

tatap muka dan jarak jauh sekaligus dengan memanfaatkan berbagai 

teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa yang 

beragam.  Pendidikan tinggi seperti ini disebut pendidikan tinggi 

modus ganda (dual mode).  Secara umum, Abrioux (2006) 

mengemukakan bahwa lembaga pendidikan dengan modus ganda 

adalah lembaga yang sistem pembelajaran dan administratifnya 

mendukung PTJJ dan berbasis kampus (campus-based). 

Keegan (1991) menggunakan istilah mixed institutions untuk 

lembaga pendidikan biasa yang menyelenggarakan PJJ. Ada tiga 

jenis lembaga pendidikan yang termasuk pada kategori ini. 

Pertama adalah "independent study divisions of conventional 



colleges and universities".  Pengembangan program pada lembaga 

jenis ini tergantung pada fakultas dari universitas induknya.  Pada 

lembaga jenis ini, mahasiswa PJJ mempelajari materi dan mengikuti 

ujian yang sama dengan mahasiswa pendidikan biasa sehingga 

sertifikat atau ijazah yang diterima oleh mahasiswa PJJ sama dengan 

sertifikat atau ijazah yang diberikan kepada mahasiswa pendidikan 

tinggi biasa.  Salah satu jenis program pendidikan yang merupakan 

contoh jenis ini adalah program Extension  pada beberapa 

universitas atau institut, misalnya Independent Study Divisions of the 

University of Nebraska dan University of Wisconsin Extension di 

Amerika serta Ramkhamhaeng University dan Chulalongkorn 



University di Thailand. 

Kedua adalah consultation model. Kegiatan belajar pada 

lembaga pendidikan jenis ini dimulai dengan seminar yang harus 

diikuti oleh mahasiswa PJJ di kampus setelah mahasiswa 

mempelajari bahan belajar yang disediakan di rumah.  Setelah 



 

 

156



mengikuti seminar, mahasiswa melakukan kegiatan belajar mandiri 

di rumah masing-masing.  Kegiatan belajar mandiri ini diselingi 

dengan kegiatan konsultasi yang seringkali merupakan kegiatan 

yang wajib diikuti oleh mahasiswa.  Kegiatan konsultasi ini 

berlangsung di kampus selama satu hari kerja. Dalam kegiatan ini 

mahasiswa memperoleh bimbingan langsung dari dosen masing-

masing mata kuliah atau mata pelajaran yang diikutinya.  Lembaga 

pendidikan tinggi jenis ini banyak dijumpai di universitas dan 

institut di Rusia dan Jerman. 

Ketiga adalah the Australian integrated mode.  Menurut jenis 

ini, pengajar mempunyai tugas ganda, yaitu merancang dan 

melaksanakan pertemuan tatap muka wajib bagi mahasiswa yang 

mengikuti PJJ dan mahasiswa yang mengikuti pendidikan biasa.  

Baik mahasiswa pendidikan tinggi biasa di kampus maupun 

mahasiswa jarak jauh memperoleh pembinaan dan bimbingan 

akademik dari staf pengajar yang sama dan diuji dengan instrumen 

evaluasi yang sama pula.  Pada lembaga yang menerapkan jenis 

pendidikan ini, mahasiswa yang mengikuti PJJ mempunyai hak dan 

kewajiban yang sama dengan mahasiswa yang mengikuti pendidikan 

biasa.  Perbedaan di antara kedua kelompok mahasiswa tersebut 

terletak pada modus atau metode pembelajaran.  Mereka 

meregistrasi mata kuliah dan mengikuti ujian yang sama serta 

memperoleh ijazah atau diploma yang sama dengan mahasiswa yang 

mengikuti pendidikan biasa pada lembaga pendidikan tersebut.  Di 

samping di Australia, jenis ini juga diterapkan di Zambia, Fiji, Papua 

Nugini, dan Jamaika.  

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa PTJJ modus 

ganda   adalah PJJ yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan 

tinggi biasa.

  

Namun demikian, suatu lembaga pendidikan tinggi 



biasa yang menyelenggarakan PTJJ tidak disebut sebagai lembaga 

pendidikan tinggi jarak jauh tetapi tetap sebagai lembaga pendidikan 

tinggi biasa (Suparman & Zuhairi, 2004).  

Hal utama yang menyebabkan berkembangnya PJJ adalah 

pentingnya belajar sepanjang hayat, perkembangan ekonomi yang 

berbasis pengetahuan yang global, serta kompetisi yang tergantung 




 

 

157



pada perbaikan dan perubahan terus-menerus.  Keadaan ini 

menuntut lembaga pendidikan, khususnya pendidikan tinggi untuk 

merespons terhadap tuntutan tersebut dengan menyediakan program-

program, kualifikasi, dan cara penyampaian baru.  Lebih lanjut, 

Bates (2000) mengemukakan bahwa sistem pendidikan tinggi perlu 

merespons tuntutan yang berkenaan dengan asesmen kemampuan 

awal (prior learning), penyampaian pembelajaran secara luwes, 

tuntutan meningkatkan atau memperbaharui profesionalisme, 

sertifikasi non-kredit dan resertifikasi, serta pengukuran hasil 

belajar.  

Faktor lain yang mendorong tumbuhnya PTJJ adalah 

teknologi.   Teknologi berpengaruh terhadap seluruh aspek 

kehidupan.  Teknologi juga memiliki potensi untuk memperbaiki 

efektivitas pembelajaran.  Akses terhadap sumber belajar melalui 

Internet memberikan kesempatan kepada peserta didik yang semula 

di luar jangkauan untuk memperoleh informasi lebih luas.  

Teknologi yang dimanfaatkan secara bijaksana dapat memfasilitasi 

penguasaan tingkat tinggi dari belajar sesuai dengan karakteristik 

masyarakat berbasis pengetahuan.  Hal ini menunjukkan tekanan 

ideologis dan komersial pada sistem pendidikan untuk 

memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. 

Selain itu, kecenderungan yang berpengaruh terhadap 

pendidikan adalah bisnis.  Para pebisnis melihat pasar belajar 

sepanjang hayat sebagai sesuatu yang menunjukkan bahwa setiap 

orang siap dan berkeinginan untuk membayar.   

Dengan memperhatikan uraian tersebut, tampak bahwa 

pendidikan tinggi biasa menawarkan berbagai program PJJ dapat 

disebabkan oleh keinginan program yang ada untuk berubah menjadi 

program PJJ atau karena permintaan dari salah satu stakeholders.  

Dengan modus ganda ini, pendidikan tinggi dapat meningkatkan 

akses masyarakat untuk mengikuti pendidikan di tingkat perguruan 

tinggi.   

Croft (Tau, 2006) mengidentifikasi empat kondisi yang 

menjamin keberhasilan implementasi PJJ yang menerapkan modus 

ganda, yaitu: adanya unit administratif dengan beberapa tingkat 



 

 

158



otoritas, memiliki kerja sama dengan unit yang lain, memiliki staf 

yang terlatih, dan dana yang memadai.  Sehubungan dengan itu, 

diperlukan pandangan dan pendekatan sistem yang akan mencakup 

keempat kondisi tersebut.  Pelaksanaan pendidikan tinggi modus 

ganda menuntut pemahaman sistem (sistem universitas) dan 

penataan hubungan subsistem termasuk peran masing-masing dalam 

menginformasikan rancangan sistem PJJ yang sesuai dengan 

konteks. 

Struktur dasar pendidikan tinggi modus ganda menuntut 

adanya unit atau bagian yang bertanggung jawab untuk 

mengkoordinasikan penyediaan atau pengembangan program-

program PJJ (Tau,  2006).   Fungsi unit atau bagian tersebut 

memfasiltasi proses PJJ yang mencakup pengembangan bahan 

belajar, pendistribusian bahan belajar, tutorial dan konseling, laporan 

peserta didik, serta penilaian atau akreditasi.  

Powar (Tau, 2006) mengemukakan bahwa pengaturan yang 

berhasil dalam lembaga akademik pada tingkat tertentu tergantung 

pada struktur organisasinya.  Lebih jauh Nnazor (1994 dalam Tau, 

2006) mengemukakan bahwa struktur organisasi dari unit PJJ 

menyediakan atau mengembangkan kerangka kerja bagi semua 

orang yang terlibat bekerja dan juga membentuk sikap anggota 

organisasi melalui proses sosialisasi organisasi.  Penelitian yang 

dilakukan The Tau (2002 dalam Tau, 2006) menemukan bahwa 

kekurangan strategi implementasi untuk mengarahkan pekerjaan PJJ 

sebagai salah satu kekurangan utama yang berpengaruh negatif 

terhadap kualitas pekerjaan.  Masalah pengintegrasian struktur PJJ 

ke dalam pendidikan biasa ini dihadapi oleh beberapa PTJJ modus 

ganda, seperti University of Zambia dan the Corespondence and 



Open Studies Institute di University of Lagos

Berkenaan dengan berbedanya struktur organisasi PJJ dari 

pendidikan biasa, Ntloedibe-Kuswani & Tau (2006 dalam Tau, 

2006) mengemukakan pentingnya institusi memikirkan pengenalan 

PJJ secara pelan-pelan (mid-stream) kepada seluruh unit atau staf 

pendidikan tinggi.  Untuk itu, perlu dilakukan analisis front-end 

sebelum program PJJ dirancang, dikembangkan, dan 



 

 

159



diimplementasikan.  Analisis front-end ini mempersiapkan institusi 

untuk mengarahkan tantangan potensial yang mungkin berpengaruh 

negatif terhadap kualitas PJJ. 

Selain perbedaan struktur organisasi, proses pengembangan 

bahan belajar pada PTJJ juga berbeda dengan pengembangan bahan 

belajar pada pendidikan tinggi biasa.  Pada PTJJ, proses 

pengembangan bahan belajar bersifat industri semu (quasi 

industrial) (Tau, 2006).  Proses industri semu tersebut membawa 

suatu dimensi yang hampir asing dalam pengaturan dan pengelolaan 

pendidikan tinggi biasa.  Perbedaan proses pengembangan bahan 

belajar ini menimbulkan situasi konflik antara kebebasan akademik 

dan kepentingan mempertahankan efektivitas mekanisme produksi.   

Hal ini menuntut perhatian PTJJ untuk menjamin kualitas 

penyediaan atau pengembangan bahan belajar.   

Banyak universitas biasa di Indonesia dan dunia yang telah 

memperkenalkan PJJ untuk berjalan bersama-sama dengan 

pendidikan biasa dalam satu lembaga yang memuculkan pendidiikan 

tinggi dengan modus ganda.  Unversity of Wisconsin dan University 

of Houston di Amerika, University of New England di Australia, 

Universiti Sains Malaysia di Malaysia, The Universite du Quebec a 

Montreal (UQAM) dan Thompson Rivers University (TRU)  di 

Kanada, Indira Gandhi National Open University (IGNOU) di India, 



Ramkhamhaeng University di Thailand, The University of Mindanao 

On-the Air (UM Air) di Filipina, serta Universitas Gajah Mada 

(UGM) dan Institut Bank Indonesia (IBI) di Indonesia.  



The Universiti Sains Malaysia (USM) merupakan pendidikan 

tinggi yang menerapkan modus ganda.  USM telah berhasil 

mengintegrasikan penyampaian program on-and-off campus yang 

sama dalam hal kurikulum dan silabus.  Strategi unik yang dilakukan 

adalah dengan membawa mahasiswa PJJ ke dalam pendidikan on-

campus untuk menjadi mahasiswa penuh pada tahun terakhir studi.   

Strategi ini tidak hanya memperkaya pengalaman mahasiswa dewasa 

tetapi juga menguntungkan lingkungan kelas perkuliahan di mana 

debat yang sehat dan perluasan perspektif dapat digunakan sebagai 

sarana berbagi dengan mahasiswa lain yang lebih muda.  Selain itu, 



 

 

160



memasukkan mahasiswa program jarak jauh senior dapat 

meningkatkan pendaftaran mata kuliah spesialis pada tingkat yang 

lebih tinggi yang membuat mereka lebih efektif dalam belajar dan 

efisiensi dalam dana (Dhanarajan, 1992).   



The Universite du Quebec a Montreal (UQAM) dan 

Thompson Rivers University (TRU)  merupakan pendidikan tinggi 

modus ganda di Kanada.  UQAM merupakan universitas tempat 

bergabungnya the Tele-universite de I’Universite du Quebec 

(TELUQ) yang semula sebagai PTJJ modus tunggal.  Sementara itu, 

Thompson Rivers University (TRU) merupakan tempat 

bergabungnya the British Columbia Open University (BCOU) yang 

semula merupakan PTJJ dengan modus tunggal. 

Indira Gandhi National Open University yang didirikan tahun 

1985 memiliki dua tugas, yaitu sebagai universitas biasa serta 

mengkoordinasikan dan menentukan standar untuk lembaga PJJ lain 

di India.  IGNOU didirikan dengan tujuan menyediakan pendidikan 

tinggi yang efektif dari segi biaya dan berkualitas bagi sebagian 

besar warga masyarakat.  Dalam penyelenggaraan pendidikannya, 

IGNOU menerapkan prinsip kualitas dan pemerataan kesempatan 

dalam pendidikan tinggi. 



Ramkhamhaeng University di Thailand didirikan pada tahun 

1971.  Universitas ini diselenggarakan dengan tujuan: (1) untuk 

memperluas daya jangkau pendidikan tinggi bagi mahasiswa yang 

mengarah pada kualitas kehidupan yang tinggi dan 

perhatian/kepedulian terhadap lingkungan; (2) mengembangkan 

lulusan yang berkualitas tinggi dengan pengetahuan profesional 

yang signifikan; (3) menghasilkan lulusan dengan etika tinggi, ide-

ide kreatif, kepemimpinan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk 

membantu pengembangan masyarakat dan negara; (4) 

mengembangkan sistem manajemen universitas yang lebih efektif, 

dengan penekanan pada efisiensi dan kualitas, serta hubungan staf 

yang efektif dengan universitas lain, lembaga pendidikan, dan 

masyarakat; (5) memajukan perkembangan budaya, adat-istiadat, 

dan seni Thailand; serta (6) mengembangkan dan mentransfer 

teknologi, mendukung dan menerapkan teknologi baru melalui cara 



 

 

161



yang sesuai dengan pengetahuan asli (Ramkamhaeng University, 

1998).  


The University of Mindanao on-the Air (UM Air) adalah 

bagian dari University of Mindanao (universitas biasa) yang 

menawarkan program untuk para guru.  Program ini diselenggarakan 

dengan menggunakan radio dan forum pertemuan sehingga guru-

guru yang berada di pelosok dapat melanjutkan studi mereka untuk 

mencapai gelar magister (Suparman & Zuhairi, 2004). 

Salah satu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang 

menyelenggarakan pendidikan tinggi modus ganda adalah 

Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta.  Program PJJ yang 

ditawarkan oleh UGM adalah Program Magister Manajemen Rumah 

Sakit dan Program Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan pada 

Fakultas Kedokteran.  Kedua program tersebut mulai dibuka pada 

tahun 1996.  Salah satu persyaratan untuk mengikuti program ini 

adalah bahwa calon mahasiswa harus memiliki komputer atau 



laptop/notebook.  Komputer ini akan digunakan pada waktu 

orientasi dan ujian di kampus serta pada saat kegiatan belajar 

mandiri berlangsung. 

Dalam mengikuti program ini, kegiatan pembelajaran dimulai 

dengan kegiatan on-campus selama dua minggu.  Kegiatan ini 

merupakan kegiatan orientasi, yang dilakukan pada setiap awal 

semester.  Dalam kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh 

informasi tentang materi yang berkaitan dengan program pendidikan 

tetapi juga teknik pengoperasian Internet.  Setelah kegiatan orientasi 

berakhir, mahasiswa melakukan kegiatan belajar mandiri dengan 

menggunakan modul sebagai bahan belajarnya.  Belajar mandiri ini 

berlangsung selama lima bulan.  Dalam kurun waktu lima bulan ini, 

mahasiswa tidak hanya melakukan belajar mandiri, tetapi juga 

mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen yang dikirim melalui 



electronic mail.  Hasil tugas yang dikerjakan mahasiswa 

berpengaruh terhadap keikutsertaannya dalam ujian akhir semester.    

Di samping mengerjakan tugas yang diberikan dosen, selama belajar 

mandiri mahasiswa juga dapat berkonsultasi dengan dosen 

pembimbingnya.  Kegiatan konsultasi ini dilakukan melalui surat 



 

 

162



elektronik.  Pada akhir kegiatan pembelajaran, mahasiswa mengikuti 

ujian akhir semester di kampus. 

Di samping UGM,  Institut Bankir Indonesia di Jakarta juga 

menyelenggarakan program PJJ.  Adapaun program yang ditawarkan 

adalah Program Pejabat Pemberian Kredit dan Program Manajemen 

Bank Perkreditan Rakyat (Suparman & Zuhairi, 2004). 

Dari uraian tersebut tampak bahwa karakteristik umum jenis 

pendidikan tinggi modus ganda adalah mahasiswa yang mengikuti 

PJJ tidak hanya melakukan belajar mandiri tetapi juga ada 

pertemuan terstruktur di kampus.  Pertemuan tersebut wajib diikuti 

oleh mahasiswa.  Selain itu, bahan belajar yang digunakan dan soal 

ujian dikembangkan oleh staf pengajar pada lembaga pendidikan itu 

sendiri.  Hak dan kewajiban mahasiswa PJJ sama dengan hak dan 

kewajiban mahasiswa pendidikan biasa.  Mata kuliah yang harus 

diambil dan ujian yang harus diikuti, serta ijazah atau sertifikat yang 

diperoleh mahasiswa PJJ sama dengan yang diperoleh mahasiswa 

pendidikan biasa. 

Gambaran di atas menunjukkan bahwa pendidikan tinggi 

modus ganda memiliki beberapa keunggulan.  Pertama, kombinasi 

antara bahan belajar yang dikembangkan dalam bentuk bahan belajar 

tercetak dengan kegiatan tatap muka lebih memungkinkan 

mahasiswa untuk memperoleh bahan belajar yang terstruktur dan up 



to date.  Kedua, dengan adanya pertemuan tatap muka yang 

terjadwal, dosen dapat mengontrol atau mengawasi penguasaan 

mahasiswa terhadap materi yang bersifat aplikasi dan keterampilan.  

Penemuan the World Wide Web di awal tahun 1990-an telah 

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai 

perguruan tinggi, khususnya bagi lembaga yang sebelumnya belum 

memiliki program PJJ.  Pengembangan perangkat lunak telah 

mempermudah para dosen dalam mengembangkan sendiri 

komponen-komponen mengajar melalui online.  Penelitian yang 

dilakukan oleh Dziuban, dkk. (1999 dalam Bates, 2000) 

menunjukkan bahwa nilai tinggi diperoleh ketika pembelajaran tatap 

muka dikombinasikan dengan belajar online daripada pembelajaran 

yang hanya dilakukan melalui tatap muka atau hanya melalui online



 

 

163



Namun demikian, karena mahasiswa harus mengikuti kegiatan 

tatap muka di kampus, pendidikan tinggi dengan modus ganda tidak 

mungkin menjangkau mahasiswa dalam wilayah yang cukup luas. 

Selain itu, Abrioux (2006) mengemukakan bahwa pengajar pada PJJ 

dengan modus ganda menghadapi hambatan yang berat, khususnya 

pengajar yang tidak tertarik dengan PJJ serta yang menilai lebih 

rendah dan kurang efektif bentuk PJJ dibandingkan dengan 

pembelajaran tatap muka.  Bates (2000) menambahkan bahwa 

pendidikan tinggi modus ganda tidak dapat memenuhi biaya 

pengembangan mata kuliah yang banyak secara terpusat. 

Lebih jauh, Bates (2000) mengemukakan beberapa tantangan 

yang PJJ modus ganda, yaitu perubahan pangsa pasar, 

perkembangan dalam bidang teknologi, penurunan dana dari 

pemerintah, privatisasi pendidikan tinggi, globalisasi, dan kompetisi 

yang meningkat.  Berkenaan degan tingkat kompetisi yang 

meningkat, Bates (2000) mengemukakan bahwa pendidikan biasa 

yang beralih pada PJJ harus meyakinkan atau menjamin kualitas 

yang tinggi pembelajaran jarak jauh untuk mahasiswa off-campus 

(jarak jauh).  Hal ini tidak berarti bahwa tugas pengajar hanya 

memasukkan materi ke dalam jaringan tetapi lebih dari itu.  Pengajar 

juga harus mengembangkan pembelajaran dan dukungan terhadap 

mahasiswa secara online untuk penawaran mata kuliah secara utuh.  

Lebih jauh Jones (2005) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian 

tentang penambahan tugas dari lembaga pendidikan biasa (tatap 

muka) menjadi PJJ menuntut adanya asesmen ulang atau 

restrukturisasi peran pengajar.  Hal ini berkenaan dengan  peran 

akademis yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki 

oleh pengajar jarak jauh, layanan lembaga, dan pengembangan 

profesinal. 

Dalam beberapa lembaga pendidikan modus ganda, PJJ 

didesentralisasi pada setiap fakultas.  Ketika PJJ didesentralisasi di 

fakultas, kegiatan cenderung menurun dibandingkan dengan sistem 

sentralisasi, kecuali dalam bidang kegiatan yang memungkinkan 

fakultas akan memperoleh dana atau masukan. 

 



 

 

164



PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH DENGAN 

KONSORSIUM 

Model  organisasi PJJ yang ketiga adalah konsorsium.  Model 

ini diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan tinggi yang 

bergabung untuk menyelenggarakan PTJJ.  Moore & Kearsley 

(1996) mengemukakan bahwa PTJJ konsorsium beranggotakan dua 

atau lebih lembaga atau unit PJJ yang berbagi tugas dalam 

perancangan dan/atau penyampaian program.  Lebih khusus Feasley 

(2003) menyatakan bahwa PTJJ model konsorsium adalah asosiasi 

atau perkumpulan yang bekerja sama dalam penyediaan PJJ serta 

memiliki minimal persetujuan untuk menyusun informasi program 

dan mata kuliah yang disajikan melalui jarak jauh pada web site 

yang umum. PJJ dengan modus konsorsium dianggap model yang 

paling bermanfaat dalam prinsip, tetapi jarang dapat dilaksanakan 

(seldom workable).  

Alasan dibentuknya konsorsium adalah keterbatasan sumber 

baik dana maupun manusia, menurunnya pendaftaran, ledakan 

informasi, dan perubahan fundamental dalam komunikasi 

masyarakat, serta pengembangan program yang dibagi ke dalam 

kelompok selain menurunkan biaya juga melayani banyak orang.   

Keuntungan utama yang diperoleh melalui model pendidikan 

tinggi konsorsium adalah adanya jaringan yang memungkinkan 

untuk merekrut mahasiswa lebih luas.  Keberhasilan konsorsium 

juga disebabkan oleh fleksibilitas dan otonomi lokal yang 

disediakan.  Lebih luas, Lewis (1983, dalam Feasley, 2003) 

mengemukakan bahwa setiap anggota konsorsium akan memperoleh 

beberapa keuntungan dalam berbagai aspek sebagai berikut. 

 

Penyewaan atau pembelian materi pembelajaran cetak dan 



elektronik. 

 



Pembuatan materi pembelajaran cetak dan elektronik. 

 



Penggunaan fasilitas telekomunikasi dan air time. 

 



Promosi dan pemasaran program pendidikan. 

 



Pengumpulan dana dan berbagi sumber. 

 



Pengembangan persiapan registrasi timbal balik anggota 

konsorsium. 




 

 

165



 

Pelaksanaan kegiatan pengembangan staf dan pengajar. 



Beberapa lembaga pendidikan yang menerapkan model 

konsorsium di antaranya adalah The National University 



Teleconference Network (NUTN) dan The University of Mid-

America (UMA) di Amerika,  The Deutsches Institut fur Fernstudien 

(DIFF)  di Jerman, The Federation Interuniversitaire de 



L’Enseignement a Distance (FIED) di Perancis, Italy’s Consorzio 

Per L’Universita  a Distanza (CUD) di Italia, The Irish National 

Distance Education Center di Dublin, dan The Northern Ontario 

Education Access Network di Kanada (Moore & Kearsley, 1996).  

Baru-baru ini sepuluh perguruan tinggi di Indonesia bergabung 

dalam konsorsium untuk menyelenggarakan PJJ bagi guru SD. 

NUTN  didirikan tahun 1982 dalam pertemuan National 



University Continuing Education Association (NUCEA)  di 

Washington DC.  NUTN beranggotakan 66 universitas dan The 



Smithsonian Institute, dengan basis di Oklahoma State University

yang kemudian pindah ke Old Dominion University pada tahun 

1994.  Model NUTN berhasil di Amerika karena cara kerja NUTN 

sesuai dengan perusahaan bebas dan filsafat perusahaan di banyak 

universitas di Amerika.  

The University of Mid-America (UMA) merupakan 

konsorsium yang didirikan pada tahun 1975.  UMA beranggotakan 

sembilan medwestern universities yang didasarkan pada program 

berbasis video yang berhasil pada University of Nebraska.  Idenya 

bahwa setiap universitas menghasilkan mata kuliah yang disediakan 

bagi semua mahasiswa pada universitas anggota konsorsium.  UMA 

berhenti pada tahun 1982 karena rendahnya pendaftaran, tingginya 

biaya produksi video, dan hilangnya dukungan biaya.  Namun 

demikian, mata kuliah untuk belajar mandiri yang menekankan pada 

penggunaan video masih tetap digunakan oleh sebagai besar 

perguruan tinggi yang membentuk konsorsium. 

The Deutsches Institut fur Fernstudien (DIFF) adalah lembaga 

penelitian dan pengembangan yang tidak memiliki mahasiswa 

sendiri, tetapi mengembangkan bahan belajar dan model-model 

pembelajaran untuk digunakan oleh universitas yang bekerja sama.  




 

 

166



Lembaga ini memiliki tujuan: menguji dan mengembangkan 

kemungkinan kajian akademik di mana kehadiran terus-menerus dari 

mahasiswa pada suatu lembaga tidak penting.   

Di Perancis, PJJ tersedia pada tingkat regional yang terbentuk 

dari 22 universitas yang tergabung dalam the Federation 

Interuniversitaire de L’Enseignement a Distance (FIED).  Lembaga 

ini dikembangkan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pusat 

PJJ serta pengajar yang mempersiapkan PJJ dan juga mengajar pada 

kelas tatap muka. 



Italy’s Consorzio Per L’Universita  a Distanza (CUD) 

didirikan pada tahun 1984.  Lembaga ini merupakan konsorsium 

yang merancang bahan belajar dan layanan dukungan mahasiswa 

untuk digunakan oleh mahasiswa yang mendaftar kepada perguruan 

tinggi yang merupakan anggota konsorsium. 

The Irish National Distance Education Center didirikan tahun 

1982.  Lembaga ini merupakan salah satu fakultas di The National 



Institute for Higher Education di Dublin dan bekerja sama dengan  

berbagai perguruan tinggi dalam pengembangan dan penyediaan 

program PJJ secara nasional. 

Di Kanada, the Northern Ontario Education Access Network 

melayani 27 komunitas melalui pusat-pusat koordinasi pada 

beberapa perguruan tinggi.  Berbagai kelompok dapat menggunakan 

jaringan ini untuk menyelenggarakan program-program PJJ. 

Di Indonesia sedang dikembangkan konsorsium dari sepuluh 

perguruan tinggi dalam menyelenggarakan program pendidikan guru 

SD melalui sistem PJJ.  Kesepuluh perguruan tinggi tersebut adalah 

Universitas Sriwijaya, Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, 

Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, 

Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 

Universitas Nusa Cendana, Universitas Tanjung Pura, Universitas 

Cendrawasih, dan Universitas Negeri Makassar.  Program yang 

ditawarkan ini menggunakan kurikulum yang sama untuk semua 

anggota konsorsium.  Bahan belajar yang digunakan dalam program 

PJJ ini dikembangkan oleh kesepuluh perguruan tinggi tersebut.  

Masing-masing perguruan tinggi menggembangkan bahan belajar 



 

 

167



secara utuh (cetak, audio/video, web-based, dan naskah tutorial 

online) untuk dua atau tiga mata kuliah (Departemen Pendidikan 

Nasional, 2006). 

 

KESIMPULAN  

Ketiga  model organisasi PTJJ (modus tunggal, ganda, dan 

konsorsium) dapat diterapkan untuk mengatasi masalah pemerataan 

pendidikan tinggi.  Setiap jenis memiliki keunggulan dan 

kelemahan.  Kita tidak perlu mempertentangkan mana yang lebih 

baik di antara ketiganya.  Yang lebih penting dan yang merupakan 

tantangan bagi kita adalah bagaimana memanfaatkan ketiga model 

organisasi pendidikan tinggi tersebut tidak hanya dalam upaya 

meningkatkan akses penduduk usia 19-24 tahun ke dalam 

pendidikan tinggi tetapi juga dalam memberikan jaminan dan bukti 

bahwa kualitas lulusan PTJJ sama dengan lulusan pendidikan tinggi 

biasa. Ukurannya bukan sekedar nilai yang dicapai mahasiswa 

selama perkuliahan tetapi juga kemampuan lulusan dalam bekerja di 

bidang yang relevan dengan program studi yang diambilnya.  

Dengan demikian, kita tidak hanya mengatasi masalah pemerataan 

pendidikan tetapi juga meningkatkan mutu pendidikan. 

 

 

DAFTAR PUSTAKA 



Abrioux, D. A.M.X. 2006. Strategic issues in single and dual mode 

distance education: The organizational blending of two 

Canadian distance universities. [Online]. Tersedia: 

http://www.col.org/colweb/webdav/site/ 

myjahiasite/shared/docs/06singleDualDE_Canada.pdf  [8 

Maret 2007]. 

Achir, Y.C.A. 1997. Reformasi pendidikan sebagai upaya 

memaksimalkan hasil pendidikan. Dalam M. Dawan Rahardjo 

(Ed.), Keluar dari kemelut pendidikan nasional: Menjawab 

tantangan kualitas sumberdaya manusia abad 21 . Jakarta: 

Internusa.    

Athabasca University. 2005.  About Athabasca University. [Online]. 



 

 

168



Tersedia: http://www.athabascau.ca/aboutAU.php  [1 April 

2007].


 

 

Bates, A. W. 2000. Distance education in dual mode higher 



education institutions: Challenges and changes. [Online]. 

Tersedia:  http://bates.cstudies.ubc.ca   [19 Maret 2007]. 

Connolly, T. & Stansfield, M. 2006. Using games-based e-learning 

technologies in overcoming difficulties in teaching 

information systems. Journal of Information Technology 

Education, 5, 459-476. [Online]Tersedia: 

http://www.jite.orgdocument/vol5/v5p459-

476.Connolly170.pdf   [5 Desember 2006]. 

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman operasional 



penyelenggaraan konsorsium Program PJJ S1 PGSD.  

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 

Dhanarajan, G. 1992. Dual mode institutions: The off-campus centre 

of Universities Sains Malaysia. [Online]. Tersedia: 

http://www.worldbankorg/ disted/Policy/Program/uni-02.html  

[19 Maret 2007]. 

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2003.  Higher education long 



term strategy 2003-2010. Jakarta: Direktorat Jenderal 

Pendidikan Tinggi. 

Feasley, C. E. 2003. Evolution of national and regional organization. 

Dalam Moore & Anderson (Eds.),  Handbook of Distance 



Education. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum 

Associates, hal. 37 – 48. 

Garrison, D. R. I990. Understanding distance education: A 

framework for the future. London: Routledge. 

Jones, T. 2005. Dual mode academics: A comparison of 

conventional and distance education experiences. Turkish 

Online Journal of Distance Education, 6 (2). [Online]. 

Tersedia: http://tojde.anadolu.ed.tr/tojde18/ 

articles/asticle7.htm  [19 Maret 2007]. 

Keegan, D. 1991. Foundations of distance education (2



nd

 ed.).  

London: Routledge. 

Moore, M. G. & Kearsley, G. 1996. Distance education: A system 



 

 

169



vew. Belmont: Wadsworth. 

Ramkhamhaeng University. 1998. The university: Objectives, 



Vision, and Mission. [Online]. Tersedia: 

http://www.ru.ac.th/english/english2005/ university/about.htm 

[1 April 2007] 

Soehendro. B. 1996. Kerangka pengembangan pendidikan tinggi 



jangka panjang 1996-2005. Jakarta: Proyek Pengembangan 

Staf dan Sarana PerguruanTinggi. 

Suparman, A. & Zuhairi, A. 2004. Pendidikan jarak jauh: Teori dan 

praktek. Jakarta: Universitas Terbuka. 

Tau, O. 2006. Structure and process in dual model institution: 



Implication for development. [Online]. Tersedia:  

http://pcf4.dec.uwi.edu/viewpaper.htm  [19 Maret 2007]. 

Tylor, J. C. 2001. Fifth generation distance education. Makalah 

dalam 20



th

 ICDE World Conference on Open Learning and 

Distance Education: The Future of Learning – Learning for 

the Future, Shaping the Transition. Jerman: 01-05 April 2001. 

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang 



Sistem Pendidikan Nasional

Universitas Terbuka. 2004. Mengenal Universitas Terbuka.  

[Online]. Tersedia: 

http://public.ut.ac.id/index.php?module=pagemaster&PAGE_ 

user_op=view_page&PAGE_id=41&MMN_position+4:2  [1 

April 2007]. 



Yüklə 127,59 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə