Program studi sekolah dasar stkip islam bumiayu



Yüklə 26,92 Kb.
tarix22.11.2017
ölçüsü26,92 Kb.
#11451


ARTIKEL

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SINTAKSIS”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dosen Kiswo, S.Pd M.Pd

Nama kelompok :



  1. Emi anifah (40213147)

  2. Reza Anggraeni (40213167)

  3. Rizky Meilynda (40213171)

PROGRAM STUDI SEKOLAH DASAR

STKIP ISLAM BUMIAYU

2014 / 2015

Abstrak

Emi Anifah, Reza Anggraeni, Rizky Meilynda



Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata,frase,klausa,dan kalimat.istilah sintaksis itu sendiri berasal dari bahasa yunani ,yaitu sun yang berarti ‘dengan dan tattein yang berarti ‘menempatkan’.jadi, yang dimaksud dengan sintaksis,yaitu menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.

Struktur – struktur sintaksis meliputi istilah subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K) sebagai fungsi kata. Istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat(adjektifal), kata depan, dan kata bilangan (numeralia) sebagai kategori atau kelas kata. Isilah pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses sebagai peran.

Dan satuan – satuan sintaksis meliputi : kata, frase, klausa, dan kalimat.
Sintaksis

Menurut Verhaar dalam Rosdiana (2009:3.3) Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata,frase,klausa,dan kalimat.istilah sintaksis itu sendiri berasal dari bahasa yunani ,yaitu sun yang berarti ‘dengan dan tattein yang berarti ‘menempatkan’.jadi, yang dimaksud dengan sintaksis,yaitu menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat. Menurut Ramlan dalam Rosdiana (2009:3.3) Sintaksis mempelajari struktur frase dan kalimat. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa satuan sintaksis terkecil adalah kata.Hal ini berbeda dengan morfologi yang menempatkan kata sebagai satuan besar, sedangkan dalam sintaksis satuan terbesar adalah kalimat Rosdiana, (2009:3.3)

Sintaksis membicarakan berbagai seluk beluk frase dan kalimat ( Asfandi, 1990:41). Sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang bearti menempatkan jadi secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Tarigan, 1984:5).
Struktur Sintaksis

Istilah subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K) sebagai fungsi kata. Istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat(adjektifal), kata depan, dan kata bilangan (numeralia) sebagai kategori atau kelas kata. Isilah pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses sebagai peran. Contohnya yaitu Ayah berangkat ke kantor. Dalam fungsi kata Ayah sebagai subjek, berangkat sebagai pedikat, ke kantor sebagai keterangan. Dalam kategori Ayah sebagai kata benda, berangkat sebagai kata kerja, ke kantor sebagai keterangan tempat. Dalam peran Ayah sebagai pelaku, berangkat sebagai aktif, ke kantor sebagai lokasi.

Didalam struktur sintaksis terdapat alat sintaksis berupa urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan konjungsi. Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna. Misalnya susunan makan ayam yang berarti makan dengan daging ayam berbeda maknanya dengan susunan ayam makan yang berarti ayam sedang makan. Bentuk kata juga mempengaruhi makna kata. Misalnya kata melihat pada kalimat Anita melihat Rudi yang berarti Anita yang melihat Rudi, berbeda bila diganti dengan bentuk Anita dilihat Rudi yang berarti Rudi yang melihat Anita. Intonasi sebuah kalimat mempengaruhi makna sebuah kalimat, misalnya kalimat Guru baru datang akan berbeda maknanya bila diberikan tekanan sebagai batas subjek dan predikat. Misalnya Guru / baru datang artinya Guru baru saja datang dan Guru baru / datang artinya Guru baru sudah datang. Alat sintaksis yang terakhir adalah konjungsi atau konektor. Konjungsi berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau klausa dengan klausa pada kalimat. Contohnya yaitu Saya atau dia yang kamu cintai? Konjungsi atau menghubungkan kata saya dengan kata dia. Dia memang baik tetapi dia menyebalkan. Konjungsi tetapi menghubungkan antara frase dia memang baik dengan frase dia menyebalkan. Rosdiana (2009 : 3.3 - 3.6)
Satuan-Satuan Sintaksis

Kata

Sebagai satuan terkecil sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. Jenis kata ada dua macam, yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran, misalnya kata manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, merah, putih, kacang, pergi, tari, dan sebagainya. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna dan didalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari, walaupun, meskipun, dan sebagainya.



Frase

Frase adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat (Asfandi, 1990:41).

Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari rangkaian kelas kata yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama maupun ke dua. Rangkaian kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan atributif, predikatif, dan posesif (Kailani ,  1983:23).

Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata yang berkonstruksi predikatif atau suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Didalam sebuah klausa minimal harus mengandung subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan hanya bersifat fakultatif atau tidak wajib ada. Contoh konstruksi klausa yaitu Imah menangis Imah sebagai subjek dan menangis sebagai predikat. Imah membeli baju baru imah sebagai subjek membeli sebagai predikat dan baju baru sebagai objek. Di dalam klausa tidak ada intonasi final, baik intonasi deklaratif, interogatif, maupun interjektif.

Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas yaitu klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap atau sekurang-kurangnya memiliki unsure subjek dan predikat. Contohnya seperti Imah menangis, Imah membeli baju baru. Klausa bebas juga bisa diubah menjadi kalimat majemuk, misalnya klausa Ibuku cantik dan kalusa Ibuku pandai memasak, bila kedua klausa tersebut digabungkan menjadi kalimat majemuk yaitu Ibuku cantik dan pandai memasak. Klausa terikat yaitu klausa yang tidak memiliki struktur yang lengkap . di dalam klausa terikat mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja. Misalnya anak itu, kemarin malam, bila sudah sembuh. Klausa terikat biasanya digunakan sebagai kalimat jawaban. Missal untuk menjawab pertanyaan Siapa yang memecahkan piring ini? Jawabannya anak itu.

Berdasarkan kategori unsure segmentalnya klausa dibagi menjadi klausa verbal. Kalusa nominal, klausa adjectival, klausa adverbial Klausa propesisional dan klausa numeralia.

Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal atau kata kerja. Contohnya Dia berlari, Imah menangis, anak-anak berenang disungai.

Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori nomina. Misalnya, Ayahnya pilot, Ibunya dosen UT,Kakeknya petani.

Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektif atau kata sifat. Misalnya Gedung itu tinggi, Hari ini langit cerah, Badan anak itu gemuk.

Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berkategori adverbial. Misalnya Dia benar-benar memperhatikan nasihat ibunya, Dia sangat mencintai ibunya.

Klausa Preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Misalnya Pamannya di Bandung, Ibunya ke Pasar.

Klausa numeralia adalah Klausa yang predikatnya berupa kata atau frasa numeralia. Misalnya Anaknya dua orang, Mobilnya tiga buah.



Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Nababan, 2008:82).

Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan intonasi final (Kailani, 1983:23).  Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa (Asfandi, 1990: 41).

Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat majemuk.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh menurut Hasan Alwi dalam Rosdiana (2012 : 3.9). unsur – unsur pembentuk kalimat, yaitu sebagai berikut : Yang pertama yaitu bentuk (unsur – unsur segmental), yaitu kata, frase, dan klausa. Kedua yaitu intonasi (unsur – unsur suprasegmental), yaitu naik turun suara, jeda, dan kesenyapan. Dalam bahasa tulis, intonasi ditandai dengan tanda baca koma (,),tanda tanya (?), atau tanda seru (!). yang ketiga yaitu situasi yang menimbulkan ujaran itu timbul. Dan yang terakhir adalah makna atau arti yang didukungnya.

Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, jumlah pola kalimat, dan kategori predikatnya.

Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, terdapat jenis kalimat minor dan mayor. Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau pusat, misalnya: “Sedang pergi, sangat lapar, selamat !”

Kalimat minor bisa dipakai sebagai jawaban dari sebuah pernyataan. Sedangkan kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang- kurangnya mengandung dua unsur inti, yaitu subjek dan predikat, misalnya : “ kakaknya mahasiswa UT, kakeknya petani cengkeh yang sukses.”

Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdapat jenis kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat i satu pola kalimat, misalnya : Ibunya (S) sangat marah (P)

Sedang kalimat majemuk adalah terdiri dari dua atau lebih pola kalimat. Berdasarkan sifat hubungan tiap pola kalimat atau disebut juga klausa – klausa yang terdapat dalam sebuah kalimat maka kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk setara (kalimat majemuk koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat. (kalimat majemuk subordinatif). Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa kalimat tunggal dan kalimat-kalimat tunggal tersebut bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi dari kalimat tersebut serta masing-masing kalimat tunggal memiliki kedudukan yang sama, misalnya penggabungan kalimat “ ibunya sangat marah” dan “ayahnya pendiam” menjadi kalimat ibunya sangat ramah dan bapaknya pendiam. Pada kalimat tersebut terdapat dua buah klausa yang memiliki kedudukan yang sama. Klausa – klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi dan. Selain konjungsi dan masih ada beberapa konjungsi yang digunakan untuk membentuk kalimat majemuk setara, yaitu seperti, tetapi, atau, lalu. Akan tetapi tak jarang hubungan antara klausa dengan kalimat majemuk setara tanpa menggunakan konjungsi, misalnya pada kalimat “nenekku pandai bernyanyi, kakekku pandai bermain musik, cucu-cucunya pandai menyanyi.

Sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-pola kalimat tersebut tidak setara atau sederajat. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kata penghubung antar kalimat ( sebelum, sesudah, agar, supaya, sebab, akibat, jika, jikalau, walaupun, bahwa), misalnya kalimat “ akibat hujan yang tidak berhenti selama tiga jam, Jakarta dilanda banjir”, “saya akan tetap datang ke pestanya walaupun tak diundang”. Selain itu, pembentukkan kalimat majemuk bertingkat dilakukan dengan cara memperluas subjek, predikat, objek atau keterangan, misalnya kalimat “ Bu Ratna (S) guru (P) di SLTP Teladan (K.T). perhatikan perluasan fungsi subjek kalimat tersebut sehingga menjadi kalimat dibawah ini :

Bu Ratna (S) guru (P) di SLTP Teladan (Ket. T)

Menjadi : Bu Ratna (S) yang berwibawa itu (P) guru (P) di SLTP Teladan

Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket.Tempat.

Perluasan fungsi Predikat pada kalimat Bu Ratna (S), guru (P), di SLTP Teladan (ket. T) sehingga menjadi kalimat berikut ini :

Bu Ratna (S) guru (P) di SLTP Teladan (Ket. Tempat)

Menjadi : Bu Ratna (S) guru (P) tercantik (P) di SLTP Teladan (Ket. Tempat).

Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket. Tempat

Perluasan fungsi keterangan tempat kalimat Bu Ratna (S), guru (P), di SLTP Teladan (ket.tempat). sehingga menjadi kalimat berikut ini :

Bu Ratna (S) guru (P) di SLTP Teladan (Ket. T)

Menjadi : Bu Ratna (S) guru (P) di SLTP Teladan (Ket. Tempat) yang terletak di Depok (ket. tempat).

Sehingga pola kalimatnya adalah S-P-Ket. T, S-P-Ket. T

Berdasarkan kategori predikatnya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal dan nonverbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal, misalnya kalimat Budi merayu Hapsari.

Kalimat verbal dibedakan atas : kalimat verbal transitif yaitu kalimat yang predikatnya berupa verbal yang biasanya diikuti oleh objek, misalnya pada kalimat Budi merayu Hapsari. Kalimat verbal intransitif yaitu kalimat yang predikatnya tidak memiliki objek, misalnya pada kalimat Anita menangis. Kalimat aktif yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja aktif, misalnya kalimat Kakek membaca Koran setiap pagi. Kalimat pasif yaitu kalimat yang predikatnya berupa verba pasif, misalnya kalimat Bola ditendang Rudi. Kalimat non verba adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal, tetapi dapat berupa : kata atau frase nominal, misalnya pada kalimat Ibunya buruh pabrik. Kata atau frase adjektival, misalnya pada kalimat mukanya memerah. Kata atau frase numeralia, misalnya pada kalimat Anaknya dua orang.


KESIMPULAN

istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tatein yang berarti “menempatkan”. Jadi, yang dimaksud dengan sintaksis yaitu menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat. Satuan terkecil dalam sintaksis adalah kata dan satuan terbesarnya adalah kalimat. Satuan-satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata terbagi dalam dua jenis, yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran. Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna dan di dalam penuturan tidak dapat berdiri sendiri. Frase yaitu gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata yang berkonstruksi predikatif. Sedangkan kalimat adalah satuan bahasa terbesar dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Jenis-jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan kriteria dan sudut pandang pembentukan kalimat. Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, terdapat jenis kalimat minor dan kalimat mayor. Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdapat jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Sedangkan jenis kalimat berdasarkan kategori predikatnya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal dan nonverbal.



DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana, Yusi. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sd. Jakarta: Universitas Terbuka

Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Asfandi, M. Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta :Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Nababan, Diana. 2008. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta : Kawan Pustaka.

Tarigan, Guntur Henry. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa





Yüklə 26,92 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə