Risalah lokakarya



Yüklə 154,44 Kb.
səhifə3/4
tarix20.09.2017
ölçüsü154,44 Kb.
#788
1   2   3   4

Pak Turmudi :

  • Saya salah satu user produk instansi bapak, data ini, kalau dari debit banyak, untuk ngitung neraca air, neraca SDA spasial jadi tidak lengkap, ada beberapa sumber data, ada dari Pusair, dari kabupaten, yg paling ok, yg dimana? Kalau diminta ada surat langsung dikirim, unt Pusair

  • Untuk BMKG tadi kami ada kerjasama dengan BMKG pembuatan peta banjir, termasuk dengan PU dengan pak Leo, masing-masing berperan saling komplemen, dikelola kemesraan dlm bentuk MOU, jadi dg SIH3 ini ada kekuatan unt memulihkan hal tsb, shg jaringan ini bisa terjalin

  • Unt pak peter bisa berlaku unt semua,




    1. Pak Yoesron :

      • Saya kira begini, kita blm ada data... pengertian,

      • Saya ada pertanyaan, antara pusair dg BMKG dlm UU SDA pengelolaan data hujan yg terkait dg pengelola SDA, kewenangan mengenai data hujan di PU, UU 7 kewenangan mengelola air hujan yang terkait SDA,..... konfensi WMO blm UU, kedepan perlu anu (dikembalikan kejalan yang benar)

      • Jaknas perlu digrs bawahi, UU Meterorologi hanya 3 komponen, temperatur udara, kelembabab dan tidak termasuk curah hujan.

      • Yg kedua khsusu BMKG, pos kerjsama 136 pos, itu kerjasama dengan siapa saja? BMKG seluruhnya memakai dana APBN, terlalu banyak, apa perlu dijawab satu-satu

      • Pusair, kalibrasi peralatan butuh dana, apa user bayar atau gratis, perlu dituangkan dalam kebijakan ini.




    1. Pak Irfan :

      • Yg mengenai data tadi, kalau dana hanya unt copy, atau sbg maintain data, pusair bukan data tapi informasi

      • Kalibrasi pasti memerlukan biaya, sedang diarahkan ke BNBP, biaya kalibrasi, instansi PU




    1. Pak Dodo :

      • Kita sedang mengarah ke BNBP pak, kalau pihak luar mengarah BNBP, perusahaan, perkebunan dsb

      • Stasiun meteorology pertanian khusus, pos penguapan, pos iklim itu lengkap, pos-pos kerjasama.

      • Kemudian ttg UU SDA saya tidak memahami hal ini, seperti pos hujan, jaman colonial daftar pos hujan msh berlanjut, data terkiumpul di BMKG, kita hidupnya kalau misalnya kita mengarah …aimana mekanismenya UU tsb

      • Kmeudian selama ini seluruhnya kita enggunakan APBN, APBD belum pak,… membuka stasiun yang blm ada seperti stasiun klimatologi, Pemda memberi dukungan untuk membuka lokasi baru.




    1. Pak Yoesron :

      • Prakiraan data hujan pakai apa




    1. Pak Dodo :

      • Pos hujan biasa, prakiraan cuaca harian menggunakan satelit, data dari foto satelit, diambil unt membantu prakiraan , disamping model, cuaca harian … dinasmis, dg metode statistis, dalam sklala bulanan… kita gung by stelit, pos hujan




    1. Pak Irfan :

      • Data hujan, buku




    1. Pak Sasmito :

      • Masing-masing stasiun itu mengolah pak, tapi belum dipublikasikan, maksudnya sekarang data itu tidak seperti apa yang disampaikann oleh pak Pawitan dulu, namun kita dulu membuat buku data gitu, jamannya pak Heri itu terus dipublikasikan, sekarang itu tidak pak, jadi masih dikumpulkan di pusat gitu aja, terus diapain masih disimpen kayaknya jadi belum dipublikasikan secara resmi untuk umum gitu kayaknya, iya terutama yang mengolah itu adalah stasiun klimatologi pak, karena stasiun klimatologi itu selalu mengolah ada yang 10 menitan, ada yang 20 menitan, ada yang jam-jaman itu, itu ada form1A, 1B namanya itu ada, itu diolah, sebetulnya stasiun meteorologi yg lain itu berkewajiban melakukan hal itu, namun masih malas-malasan pak, ada yang sebagian ngerjakan, sebagian tidak, itu yang menjadi permasalahan kita, itu memang sangat penting sekali pak untuk mengidentifikasi dari pada karakter sifat hujan di suatu wilayah, contohnya Jakarta kalau menurut kajian yang saya dulu tahun-tahun sekitar 80 itu lebih konsentrasi pagi hari, seberapa besar, jam berapa, itu kelihatan, sekarang itu mencari datanya yang kesulitan pak, itu menjadi permasalahan kita, mudah-mudahan dengan adanya forum-forum seperti ini, kita bisa keluar lagi gitu pak, karena ini forumnya diskusi saya juga ingin menyampaikan ke forum ini apa yang seperti yang disampaikan oleh bapak ustad tadi, bahwa memang kayaknya di UU 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pada pasal 68 ayat 3 disebutkan seperti ini pak, pengelolaan Sistim Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengelola SDA sesuai dengan kewenangannya, penjelasannya cukup jelas, katanya seperti itu, kalau saya menafsir, pemerintah, pemerintah Daerah, yang pemerintah itu artinya ya BMG, ya PU, ya LIPI, ya macem-macem gitu lho, tapi kalau referensinya ada lagi yang 2007 saya kurang tahu, saya ga punya, tapi yang 2008 eh 2004, no. 7 ini punya, bunyinya seperti itu termasuk informasinya seperti itu, ya kalau PP. 110 eh pasal 110 PP.42/2007, pengelolaan sistim informasi SDA mengenai kondisi hidrometeorologis diselenggarakan oleh instansi yang membidangi meterorologi dan geofisika, jadi kayaknya bertentangan dengan pak ustad ini kayaknya, apa yang dibacakan ini, kayaknya, tapi, ya sistim informasinya, kalau yang dipasal 68 UU No.7 SDA tadi, pengelolaannya masing-masing instansi,




    1. Pak Budi suhardi :

      • Kalau melihat yang tadi




    1. Pak Sasmito :

      • Data PU dan kita BMKG beda, AWS ada di bawah pohon, kira-kira seperti itu.




    1. Pak Danaryanto :

      • Mungkin saya menabhkan, data onformasi saya galau masalah kontinuitas penguimpulan data, contoh ... inventarisasi, tapi ada keterbatasan jadi data itu dari sumber lain, instansi yg lain yg membidangi SDA, terkait data lain kita rancu, rancunya... canggih atau sengaja, titik pengukuran 5 biji yang muncul 10 biji, data banyak tapi keandalannya tidak menjamin, maslaah kontinuitas,kewenangan dilimpahkan ke daerah, sumur pantau dilimpahkan ke daerah, tapi daerah blm mampu, 90% rusak bahkan ada yg tergusur, data-data itu tidak kontinu, tadinya kontinu, tapi diberlakukan otoda jadi tidak kontinu, yg ingin saya tanyakan, Pusair, BMKG bisa seperti itu .... skrang jadi sulit, krn tidk diukur atau pindah saya ga tau, sblm kita berbicara mengenai sistemnya sendiri kita ... data yg kita kumpulkan bisa akurat, mis data ... pengembanagn dari 10 titik, wah mati aku, data ap ini, kita rasakan itu, terjadi kita ahrapkan tidak terjadi pd yg lain, saya kira kita diminta unt menyusun kebijaakn atau merumuskan kebijakan ini menjadi kewenangan Dewan SDAN ... ini sgt penting ini nanti arahnya unt mendujkung peneglolaan SDA, tdk hanya dari perencanaan, juga ...shg ketersediaan data yg andal sgt penting, kalau datanya tidak kontinu, data curah hujan itu penting untu kita peroleh, beberaa tahun mjungkin panajng

      • Demikian juga mengenai data hidrologi, atau debit sungai, ini kalau tdk kontinu, curah hujan atau melalui debit .... sulit paka shg unt nanti membuat perencanaan jadi bias, data tidak andal atau kontinu.




    1. Pak Yoesron :

      • Yang mengelola di daerah siapa?

      • Bapak punya akses ke Dinas apa?




    1. Pak Danaryanto :

      • Dinas Pertambangan, (Dinas Energi dan pertambangan suara pak Irfan), tapi dananya tidak ada..... kesulitan kita permaslaahn itu dialami temen-temen dari Puslitair dan BMKG,.... takut saya di just saja.




    1. Pak Heri :

      • Saya klarifikasi dulu ........... memang di dalam, namanya presipitation, ditangkap bagian-bagian ini yg namanya hidrometeorologi, kalau di PP ga jelas, kalau di UU misalnya kok jadi baku, .....




    1. Pak Leo :

      • Tulisan saya ini betul pak, lembaga yang menjadi tulisan saya itu betul pak.




    1. Pak Yoesron :

      • Kita kedepan




    1. Pak Eddy :

      • Apa yg ada didalam UU harus dicerna betul, kalau kita melihat tadi sampai jam 3 itu, sdh bnyk pointer yang ... tidak ada kerancuan data, ... dijadwalkan diikutkan dalam sidang ke dua,




  • Ekspose V : Ditjen PLA Dep. Pertanian ( Budi Kartiwa)

(Tayangan – Lampiran)


  • Ekspose VI : LIPI (Fakhrudin)

(Tayangan – Lampiran)

Diskusi III :


    1. Pak Hidayat :

      • Saya ingin menambahkan S2 yg lain supaya dimasukkan, beberapa data perubahan sgt drastis, teluk kendari, papua, ... ini supaya dimonitor, apakah dia dimasukkan di kelal.




    1. Pak Yoesron :

      • Ini danau alam atau buatan, mengenai letak geografis ya, koordinatnya, itu dimana? Ga karena saya sering bermasalah di GIS gitu.



    1. Pak Turmudi :

      • ..... Itu yang paling besar disana 50.000 yang ada cuman bisa di dengan penambahan mapping sendiri bisa lebih detail lagi, tapi yang, eit karena danau yang ada di Indonesia itu umumnya luasannya itu tidak lebih dari satu Kabupatenlah ya, yaitu hendaknya pakai peta-peta dengan skala yang besar, tentu saja ya, kalau yang selama ini dipakai ga tau untuk skala berapa, hanya kritik gitu.




    1. Pak Fakhrudin :

      • Jadi misalkan ini data tadi yang pertama tadi khan umber datanya dari Bakorsurtanal tho,sebetulnya itu disana agak simetri, kalu belum ada kita lakukan... (kayak sounding biasanya, ada suara menyela), sebagai misalnya ini elemen hijau sampai 175 m kedalamannya, kalau didaerah hasil penelitian itu di daerah Matano pak ya itu 500 an meter, (580, ada suara menyela), dan 300 m dibawah air laut, danau matano sulawesi selatan.




    1. Pak Irfan :

      • Yang diamati khan ada yang, informasinya ada yang tetap tetapi ada juga yang bergerak-gerak berdasarkan waktu ya, nah ini tinggi muka air ada terus ya pak sepanjang masa atau sepanjang pengamatan. Nanti dijawabnya pak satu-satu, itu satu.

      • Yang nomor dua, kalau ini pemerumannya itu, seperti vacum exhost dll, itu ada pengukuran tahun sekian2, sehingga effect sedimentasinya ketahuan, kelihatan, nah kemudian ada ga pola operasinya pak, karena biasa kalau di PU itu standar waduk itu harus ada pola operasi, nah lalu instansi mana yang bertanggung jawab, karena seperti di citarum itu yang mengoperasikan Sistim satu group, nah kemudian nanti pelaksananya untuk waduk Saguling, PLN, Jatiluhur, ini dan lain sebagainya. Terima kasih pak.




    1. Pak Fakhrudin :

      • Terima kasih pak, tadi misalnya tinggi muka air gitu pak, kami ada yang menggunakan data dari kami ada yang menggunakan dari data bapak gitu, dari PU, jadi kadang-kadang khan ada dari apa dari PLN, dalam hal ini diusahakan di Maninjau ini data-data PLN cukup komplit itu disana, karena disana ada PLTA gitu.

      • Nah kalau mengenai pola operasi gitu ya, nah kalau di danau itu memang agak lain pak, jadi stakeholder itu banyak sekali gitu, sehingga semuanya ada disana gitu, bukan seperti di waduk gitu ya, kalau di waduk khan 1 gitu, jadi bisa ini kalau disana itu semuanya bisa ini gitu lho, bisa terlibat gitu lho, ya misalkan, kalau tergantung ininya pak, lokasi, misalkan kalau di Maninjau ini datanya sangat komplit sekali, karena disana ada PLN, sehingga berapa airnya dikeluarkan, kapan segala macem itu ada polanya memang ada polanya, dan kita juga kaitkan dengan kita dengan apa terhadap ekologi juga kita masukkan disana, kita harus ini jangan terlalu gratis misalkan.

      • Kita belum melakukan secara periodik gitu, karena apa tergantung kasuistis gitu ya, jadi kalau di Maninjau ini, itu sedimentasinya sangat kecil sekali itu, karena disana luas catchmentnya itu kira-kira 2x dari luas danaunya gitu, dan disana sumber air danau itu 80-90 sekian % gitu, itu berasal dari air tanah bukan dari air hujan gitu, ini sangat menarik yang disana itu yang di Maninjau itu, iya dari air tanah ya, mungkin sepage atau apa itu istilahnya itu, bukan yang tadi Matano pak, kalau ini yang Maninjau gitu, dan ini ga ada, Maninjau itu ga ada inletnya yang kontinu, sungai-sungainya agak intermeten gitu, karena ini sungai eh danau-danau tektonik gabungan tektonik-vulkanik itu kebetulan didaerah sini pendek-pendek gitu ya, jadi sungainya itu ga ada airnya, cuma kalau waktu hujan aja gitu, bukan sebagai inflow, sehingga mangkanya air tanahnya cukup besar untuk kasus ini gitu 80-90%, sedikit sekali anunya dan mungkin pak Peter mau itu.




    1. Pak peter :

      • Mau provokasi ini pak, khan biasanya yang sudah kenal saya, saya khan ganteng gitu ya, sekarang tambah item ini karena baru pulang dari lapangan pak, dari danau Matano, tadi timbul pertanyaan mengenai danau Matano ini, danau Matano itu permukaan airnya terletak pada 382 m diatas permukaan laut, danau Matano pak, jadi air dari danau Matano mengalir ke danau Mahalona mengalir ke danau Tohuti, mengalir ke sungai Larona, lalu membangkitkan 300 megawatt dibawah oleh Inco pak, Larona, iya, nah danau ini, tadi sudah dibilang 382 diatas permukaan laut, tapi kedalamannya 588 pak limaratus delapan puluh delapan, berarti dasar danau 200 m dibawah laut, tapi airnya tawar pak, bahkan yang terbiasa meneliti mengenai danau, itu seksi desk yaitu cakram untuk mengukur kecerahan air, itu 23-24 m pak, itu berarti termasuk salah satu terdalam di dunia gitu pak, iya dan danau ini terdalam ke 11 di dunia, terdalam di Asia Tenggara gitu. Input air yang terukur itu hanya sekitar 5 - 5,3 m³/detik, tapi air yang keluar itu 28 – 33 m³/detik, jadi sama dengan cerita tadi ada air yang masuk dari tepian, memang ada gua-gua disana air masuk pak, jadi mari silahkan datang ke danau Toba, eh danau Matano.




    1. Pak Fakhrudin :

      • Ini sedikit yang dari pak Hidayat tadi, yang mengenai teluk Segara Anakan, sama kendali, sama rajaempat, nah ini mungkin anu pak, ini lebih cenderung itu yang kita anukan bukan di kami gitu, jadi karena di interface itu mungkin di bagian oceanografi, yang tadi indomarin information system itu gitu.



    1. Pak Hidayat :

      • Seperti segara anakan, kalau tahun ..... itu 6000 ha pak, sekarang 800 ha, kendari 20 tahunan itu, sekarang ini sedimentasinya besar sekali, saya ingin menambahkan tadi mengenai Matano, itu khan .... dan sekarang itu air mengalir ke hulu dari matano, dan saya khawatir ga 300 m dibawah permukaan laut lagi dasarnya itu, ga akan didengar kalau pak peter yang ngomong itu, pak peter sudah dianggap Godfather disitu, tapi memang perlu ada pengelolaan tambang-tambang yang mengancam Sumber Daya alam, jadi total volume air di danau yang dikatakan pak Peter itu sama dg intruse air hujan di p.Jawa 39 milyar, seperti yang dikatakan pak Peter itu, volume tiga itu, besar sekali airnya.




    1. Pak Irfan :

      • Dari data ini bisa dikelurkan danau yang kritis ga pak, seperti danau tondano?




    1. Pak Turmudi :

      • Danau Matano ini sampai pak Kartiwa ga kelirik, ada informasi menarik tadi dari pak Kartiwa ya, jadi tadi tentang daerah-daerah yang disitu ada cukup ga ada masalah dengan air, ada yang pas-pasan dan defisit, tadi ada warna merah, hijau dan grey tadi ya, lha itu mapping unitnya atau unit kotaknya itu apa itu? Ya itu, tadi irigasi, atau pemukiman atau apa mapping unitnya terus bisa menentukan itu bagaimana anu caranya pak, terima kasih.




    1. Pak Budi Kartiwa :

      • Terima kasih pak Turmudi, jadi yang apa tadi informasi data daerah irigasi Itu pak ya, kita tampilkan dari studi yang terpisah, jadi tidak otomatik di sistim informasi itu, itu kita gunakan basisnya blok Irigasi pak, jadi ada program namanya Kormas itu, jadi dari sana kita membuat spasialisasi pak, DI itu menjadi pixel-pixel karena kemudian dengan membuat neraca air, program neraca air kita bisa membuat (yang nomer 16 itu), jadi kita bisa membuat beberapa skenario tetapi sekali lagi tidak di bagian secara otomatik, tidak interaktif pak disini, tapi itu terpisah studinya, simulasinya bisa pak, jadi kalau debitnya skenarionya 300 ltr/dtk, pola tanamnya misalnya padi-padi-jagung, kemudian effisiensi penyaluran irigasinya katakan 70% kita bisa mensimulasi daerah mana yang krisis air, jadi terus apabila kita skenariokan effisiensinya ditingkatkan, kemudian pola tanamnya jadi padi-jagung-jagung, itu nanti berubah ininya apa eh warnanya itu, tapi itu tergantung, ya pak, debit dari bandung, itu khan ada data pengamatan dan itu blok tadi pak, blok irigasi, ini dari peta PU khan ada yg skala 10.000, jadi itu bisa kita petakan, dari peta PU ya, betul ya, ya itu saluran irigasi, ada sekunder, primer, tersier dan ini pak dengan kita sosialisasikan dengan petani, petani paham, jadi kita ada fokus Diklat dan itu forum apa namanya untuk workshop gitu ya, iya, jadi mereka perlu, ternyata kalau yang di hulu begini, pengaruhnya seperti ini begitu.




    1. Pak Peter :

      • Ini menarik seperti virtual work, saya kira anda sudah mengenal virtual work, nah apakah dengan yang anda lakukan ini bisa dilakukan simulasi pak? Katakanlah kita bisa menyediakan air dari tanaman 110 hari pak, jadi kita bisa menghemat air, apakah bisa disimulasi, kita harap kita bisa merubah pola pikir itu, bahwa menurut biasa gitu lanjutkan gitu dengan perubahan, yaitu kita mempengaruhi pemerintah agar dilakukan penelitian mengenai tanaman yang hemat air, bukan hanya datang dari pertanian, sehingga kita bisa melakukan perubahan, debit kecil, barangkali anda yang merubah bukan padi-palawija-padi, tapi mungkin padi-jagung-jagung, simulasi ini akan membantu pola pikir kita jadi lebih baik dari pada .....(pola pikir petani juga, suara pak Leo menyela).




    1. Pak Budi Kartiwa :

      • Jadi memang ini kita buat sebagai alat bantu sebetulnya pak untuk mengilustrasikan kepada para petani pengguna air, karena mereka khan ada yang di bagian hulu, hilir dan, tengah dan hilir, sementara ini khan mereka setelah jaman reformasi pak, karena itu ada perubahan yang sangat signifikan di petani di Klaten itu, mereka menggunakan air seenaknya begitu tidak seperti dulu lagi, apalagi dengan, ini hasil dari studi ini pak dari UGM, dari apa dari Jurusan kebudayaannya, dari UGM, itu semenjak reformasi pak, ada perubahan yang sangat drastis dari pola penggunaan air, sehingga yang di hulu itu lebih apa mementingkan bagian hulunya, ini untuk skala DI pak, tidak skala DAS, jadi skala kecil, itupun sudah terjadi begitu, nah ini alat ini sebetulnya kita memberikan dengan masukan dari petani, dalam acara workshop, jadi kalau kondisinya seperti ini, pola tanamnya tadi, misalnya kalau padi-padi-padi terus yang diatas banyak, misalnya ada corongan pak ya istilah disana itu, ada apa pencurian air, itu bisa kita simulasikan daerah mana saja defisit, terus kalau dengan pola seperti ini ada perbaikan, misalnya perbaikan saluran, kemudian polanya dirubah itu yang kebagian air bisa makin banyak, karena kondisi diatas khan memang sudah terjadi degradasi pak, jadi debit yang tersedia tidak seperti dulu, itu yang pertama, yang kedua itu tadi, setelah adanya perubahan pola sikap dari petani. Ini satu inlet pak ya satu bendung, bendungnya yang diatasnya, itu saluran primer pak, itu sekunder, itu sungai, itu ada jalan sebagian ya, itu sekunder pak yang zona bercabang sekunder, itu blok-blok irigasi, tadi ada yang hitam itu primer itu diatas, itu sungai kalau di Klaten sungai Pusur pak, ini sumbernya kebetulan dari mata air pak, jadi di PU klaten itu ada yang sumbernya dari mata air, ada yang dari sungai, itu ada 400 bendungan. Ini yang hijau ini pak artinya surplus air, air tercukupi kebutuhan tanaman ya.

      • Itu bisa dianggap seperti itu pak, karena ini kita memasukkan juga model apa kebutuhan tanaman kita simulasi kalau dari pola tanam tadi jagung-padi sesuai waktu juga ya, sehingga ada keluar dan masuk. Jadi memang dilanjut pak penelitian di Klaten ini, jadi nanti kita akan memberikan informasi ke petani, dia mendapat jatah air sesuai luasan bloknya, jadi tidak sama pemberian irigasinya, karena mereka khan sudah punya aturan, blok kanan misalkan 3 hari, blok kiri 3 hari, nah itu akan kita rubah sesuai luasan masing-masing blok eh petak, petak irigasi ya, jadi jatahnya itu tidak ada yang satu berlebih yang satu kurang tapi sesuai luasan tanam, kalau kesana kita bisa lebih ke langsung praktikum di lapangan pak, ini secara umum berbasis DI.




    1. Pak Peter :

      • Ini contoh knowledge




    1. Pak Irfan :

      • Kalau di PU Supply plus Demand,

      • Untuk menghitung water demandnya itu, baru setelah itu yang lain-lainnya, baru kita tambahkan




    1. Pak Turmudi :

      • Kalau melihat model sungainya dari sana ya, kalau dari aquifer itu punya kecenderungan kalau melihat, semakin jauh dari asalnya semakin sedikit, jadi merah.

      • Yg kedua itu yg dekat dengan asal air justru, tapi logika saya, tapi justru yg hijau ditengah




    1. Pak Tommy :

      • Saya sela sedikit pak Ketua, dari pemaparan LIPI dan dari Pertanian, saya belum mengidentifikasi dalam konteks penyusunan kebijakan pengelolaan SIH3 ini, kira-kira permasalahan apa yg dialami oleh LIPI selaku yang juga mengelola sistim informasi, juga temen-temen dari Pertanian gitu pak, menyangkut tadi aspek dari pembiayaannya, terus mekanisme dari pada data colectionnya gitu sama harapannya ke depan, sama kelembagaannya bagaimana gitu, apakah Pertanian melakukan input data sendiri, tanpa melibatkan apa namanya Dinas atau instansi di daerah gitu ya, kemudian LIPI, kalau LIPI saya lihat lebih kearah user saja ya, tidak punya anu pak ya, tidak punya stasiun pengamatan atau ada, ada juga ya, sisi monitoring aja ya, kira-kira itu mungkin pak, pak Ketua.




    1. Pak Budi Suhardi :

      • Ini menarik pak karena kami juga di BMKG khan sering memberikan kondisi sekian air tanah gitu, kadar air tanah segala macem, hah kalau ini simulasi kemudian model berarti khan baru satu kabupaten Klaten saja khan, penelitian ini data yang digunakan berapa, model yang digunakan itu apakah berdasarkan software, ataukan beberapa metode yang seperti tonewhite atau yang lain gitu pak, jadi kalau misalnya sharing kayaknya dengan BMKG menarik untuk diadakan kajian seperti ini, ada pola tanam, ada water balance segala macem seperti ini, karena kebetulan kami hanya mengeluarkan output misalnya kurang gitu, kemudian misalnya ada tinggi, kemudian ada rendah kayak gitu, tapi kalau outputnya ketahuan misalnya bisa milimeter atau berapa untuk sekian hektarnya itu menarik sekali, apakah nanti kajian dari pihak bapak .... seterusnya ketempat lain dengan lokasi tidak di Jawa tetapi tempat lain itu juga sangat penting, terima kasih.



1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə