Tanggung jawab pendidikan seksual


Isti’faf (Menjaga Kehormatan Diri) bagi Orang yang Belum mampu Menikah



Yüklə 295,9 Kb.
səhifə3/5
tarix20.10.2017
ölçüsü295,9 Kb.
#5696
1   2   3   4   5

Isti’faf (Menjaga Kehormatan Diri) bagi Orang yang Belum mampu Menikah

Tidak ada yang menyangkal, bahwa memang merupakan salah satu faktor terwujudnya kebahagiaan dan kehidupan. Apabila seseorang memilikinya, maka ia mudah untuk menyingkirkan setiap kesulitan. Benar apa yng dikatakan oleh penyair:

Dirham-dirham itu,

Di segala tempat,

Menyelimuti orang-orang

Dengan kewibawaan dan keindahan

Dirham-dirham itu adalh lisan,

Bagi yang ingin (berbicara) fasih,

Dan (bisa menjadi) senjata

Bagi yang ingin berperang.

Mungkin ada seseorang berilmu dan berahklak dalam suatu lingkungan sosial yang angkuh, menganggap harta adalah segala-galanya. Kemudian anda melihat ada orang yang tidak dipedulikan dan tidak dihormati karena miskin, padahal ia adalah seorang pemimpin dan alim. Dengan demikian, seperti kita lihat dalam kenyataan harta harta merupakan tangga untuk mencapai kehidupan dan prasarana untuk mencapai tujuan. Menurut orang-orang bodoh dan sesat harta memegang peranan utama dalam kehidupan. Tetapi apa yang dapat dilakukan oleh para pemuda yang ingin berumah tangga, sementara harta tidak mudah mereka dapatkan? Apa yang dapat mereka perbuat, jika mereka tidak mendapatkan bantuan, santunan dan kasih sayang dari orang-orang yang hidup bersama mereka? Mereka ingin memelihara diri dengan perkawinan, tetapi tidak menemukan jalan untuk itu. Mereka ingin memenuhi tuntutan biologis dengan mengadakan ikatan suci, tetapi beberapa rintangan menghalangi jalan mereka. Sebenarnya mereka ingin menyambut seruan Rasulullah Saw. Yang menyeru pada pemuda untuk kawin, namun mereka tidak memiliki harta dan tidak mendapat santunan atau bantuan dari masyarakat yang hidup bersama mereka. Seruan Al-quran untuk menjaga kehormatan diri itu merupakan pendidikan kejiwaan yang sangat mulia, memberikan kekuatan berkehendak ke dalam jiwa para pemuda, menanamkan tekad dalam hati menjadikan sebagian umat manusia seperti malaikat, dan selalu memberikan ketenangan dan ketentraman.

Di bawah ini adalah berbagai topik yang luas tentang dasar-dasar metode yang pernah penulis uraikan, dengan dua tambahan topik sebagai pelengkap.


  1. Perkawinan pada usia muda

  2. Selalu berpuasa sunat

  3. Menjauhi rangsangan-rangsangan seksual

  4. Mengisi kesenjangan dengan aktivtas yang bermanfaat

  5. Pergaulan yang baik

  6. Mempelajari ilmu-ilmu kesehatan

  7. Menanamkan rasa takut kepada Allah Swt.

Sedangkan dua topik tambahan sebagai pelengkap ialah:

  1. Menahan penglihatan dari hal-hal yang haram

  2. Memperkokoh pertahanan keagamaan



  1. Menahan penglihatan dari hal-hal yang haram

Sudah sama-sama diketahui, bahwa melihat wanita lain merupakan salah satu anak panah iblis. Siapapun yang meninggalkan penglihatan tesebut karena takut kepada Allah, Allah akan membencinya ganti dengan keimanan yang manisnya akan terasa dalam hatinya. Di samping itu penglihatan itu dapat menimbulkan gejolak birahi. Gejolak itu akan di susul dengan senyuman, senyuman disambut ucapan selamat, uacapan selamat di ikuti dengan percakapan, terkadang percakapan dilanjutkan dengan mengadakan perjanjian untuk bertemu, sedang pertemuan tidak mustahil akan menimbulkan akibat-akibat negatif yang tidak terpuji.

Pandangan nakal terhadap wanita bisa dikatakan sangat membahayakan, karena bisa menodai pikiran seseorang, melupakan untuk mengerjakan berbagai kewajiban, menyebabkan perpecahan dan kehancuran umat. Bahkan mereka sangat membahayakan keamanan, ketentraman, keutamaan dan akhlak. Karena itu Al-Quran memerintahkan kaum mukminin dan mukminat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan mereka. Jadi satu-satunya cara untuk mencapai puncak kehormatan dan kesucian diri dan keluhuran adalah menundukkan penglihatan terhadap orang-orang yang bukan muhrim.



  1. Memperkokoh pertahanan keagamaan

Sedangkan topik tentang memperkokoh pertahanan keagamaan, telah penulis paparkan di beberapa tempat dalam buku ini mengenai cara-cara penanaman akidah dalam diri anak, termasuk fase-fase yang menyebabkan tertanamnya pendidikan keimanan pada anak. Sehingga, ketika ia beranjak menuju masa pubertas, mendekati masa adolesen dan memasuki masa remaja, kadaan dan akhlaknya baik. Disamping itu, ia akan sperti malaikat yang berjalan di atas bumi, hamba bunjangan yang berjalan di tengah-tngah umat manusia.

Bila pertahanan keagamaan kuat dalam jiwa pemuda, kerusakan dan penyimpangan akan dijauhi. Ia akan mencapai puncak kehormatan dan keluhuran, jika sejak kecilnya diikat dengan akidah, di didik untuk selalu ingat kepada Allah dalam keadaan sembunyi dan terang-terangan, menghindari majelis ilmu, senantiasa melaksanakan salat fardu dan sunat, rajin membaca Al-Quran, salat tahajud ketika ornag-orang tidur, senantiasa berpuasa sunat, memperhatkan kisah para sahabat dan salaf, mengingat mati dan kehidupan sesudah itu, serta bergaul dengan teman-teman yang baik.

Wahai para pemuda, berikut ini penulis sajikan dua contoh besar dari kehormatan, kesucian, dan keluhuran untuk dijadikan teladan.

Pertama, Yusuf a.s. adalah seorang pemuda tampan dan sempurna kedewasaannya. Seorang wanita cantik yang mempunyai kedudukan, memnggilnya ke alam kamar. Semua pintu tertutup dan kesempatan melakukan kekejian (zina) sangat terbuka, sebagaimana yang diceritakan dalam Al-quran. “dan wanita (zulaikha) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda yusuf untuk menundukan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, marilah kesini. “ (QS.Yusuf : 23)

Satu cobaan dan godaan untuk berbuat dosa telah merasuk kedalm hati sanubari seorang mukmin, lalu berbenturan dengan keimanan dan ketakutannya kepada Tuhan. Akhirnya keimananlah yang menang.



Kedua, pada masa Umar bin Khaththab seoang wanita ditinggal pergi oleh suaminya untuk berjihad.suami itu memang sering meninggalkan nya, sehingga wanita itu pun dicekam kesedihan, kesunyian, dan kesendirian. Bergejoakkah darah perkawinannya yang meluapkan api birahinya, tidak ada yang dapat mencegahnya untuk berbuat kekejian, selain dari keimanan dan selalu ingat kepda Allah. Suatu cobaan telah mendorong wanita mukminah ini untuk melakukan perbuatan dosa dan kekejian. Namun, cobaan itu berbenturan dengan perasaan takut kepada Allah, sehingga hancurlah cobaan dan menaglah iman. Itulah dasar-dasar cara yang harus dipengangi oleh seorang pemuda muslim di dalam mencapai puncak kesucian dan keluhuran. Tidak diragukan lagi, jika pemuda mengikuti dan menerapkan dasar-dasar metose tersebut dengan cermat, bijak, dan gigih, maka di dalam hidupnya ia akan mampu menundukan setiap godaan setan dan nafsu yang meluap, menghalau setiap ajakan birahi yang bergejolak di dalam dirinya. Bahkan ia akan menjadi seperti malaikat dalam akhlak, seperti salaf yang saleh dalam kesuciannya, sampai datang hari ketika Allah melimpahka karunia, rezeki, dan penghidupan. Allah Swt senantiasa menolong orang-orang yang bertakwa, dan memberikan jalan keluar kepada mereka dari kesusahan dan kesempitan.

Menjaga kehormatan diri bukan seperti yang di duga oleh sebagian orang, yaitu dengan pengekangan terhadap sesuatu. Sebab, seperti diketahui oleh para ahli jiwa dan pendidikan, pengekangan adalah penodaan terhadap kerja seksual dan perasaan berdosa bagi orang yang menghilangkannya, walaupun menghingkannya itu dengan jalan perkawinan. Penulis telah mengemukakan suatu bahasan khusus tentang perkawinan dan hubungan seksual. Para pendidik, tentunya telah mengetahui betapa islam sangat mencela kegiatan rabbaniyyah dan kesengajaan meninggalkan perkawinan. Bahkan pendidik juga mengetahui bahwa isam mensyariatkan perkawinan untuk memenuhi tuntutan fitrah dan kebutuhn biologis.dimana letak pengekangan dan pemerosaan dalam islam, sedangkan semua itu bertentangan dengan dasar-dasar dan fakta-fakta islam? Oleh karenanya, manakala pemuda merasakan adanya keinginan biologis, maka menurut pandangan islam ia tidak perlu meminta perlindungan kepada Allah dari perasaan yang wajar ini. Sebab, secara terang-terangan islam telah menetapkan bahwa keinginan itu adalah hal yang wajar, yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Tetapi kita pun mengetahui bahwa islam tidak membolehkan seseorang untuk memenuhi tuntutan biologis hanya karena tuntutan itu saja. Islam telah meletakkan batas-batas syar’i yang membolehkan memenuhi tuntutan itu. Diluar batas-batas itu, islam mengharamkan. Pengharaman itu karena di balik batas-batas itu terdapat suatu penggaris bawahan yang mengatur kegiatan, tetapi tidak memotong dari akarnya dan tidak mengaramkan perasaan ingin terhadap tuntutan itu kapan saja. Diantara hal yang menguatkan, pengekangan atau pemerkosaan itu tidak mempunyai ekstensi dalam naungan pendidikan islam adalah, apabila seseorang dalam keadaan tidak beristri telah dikuasi oleh syahwat dan birahi serta yakni ia kan terjerumus dalam perbutan keji, maka syarak membolehkannya untuk masturbasi (onani) agar dapat meregakan tengangan syahwatnya, dengan berpegang pada kaidah usbuliyyah yang mengatakan “Hendaklah dipilih yang lebih ringan bahayanya dari dua bahaya dan yang lebih rendah keburukannya dari dua keburukan.”

Oleh karena itu, para fukaha mengatakan, “berzina dengan tangan (beronani) itu adalah haram jika dimaksudkan untuk menarik dan membangkitkan syahwat, saat syahwat itu dalam keadaan tenang. Tapi, jika syahwat itu telah menguasai dirinya, sehingga meresahkan pikiran dan perasaannya, bahkan dikhawatirkan bisa menjerumuskannya ke dalam perbuatan keji dan masturbasi (onani) telah terpilih sebagai salah satu jalan untuk meredakan syahwat itu, maka perbuatan itu diperbolehkan. Orang yang melakukannya akan selamat, tanpa mendapatkan pahala dan tiak pula di siksa.” Dalam sebuah risalahnya, ia mengatakan “Wahai, anakku, mengapa engkau mengirim surat kepadaku dengan ragu-ragu dan malu-malu? Apakah engkau merasa hanya sendiri yang mengalami gejolak seksual ini dalam urat syaraf mu, sedangkan orang lain kamu anggap tidak merasakannya?

Tidak wahai anakku, tidak hanya kamu sendiri yang pernah mengadukan gejala itu. Itu adalah gejala yang dialami seluruh remaja. Jika kamu rasakan ini menyebabkan hatimu gelisah sedang ketika itu kamu tengah memasuki usia 17 tahun, maka hal serupa telah membuat gelisah banyak orang bai anak-anak kecil maupun orang-orang dewasa. Sungguh dalam waktu yang cukup lama gejala itu telah menghilangkan nikmatnya kantuk dari mata mereka, menjauhkan perlajar dari pelajarannya, pekerja dari pekerjaannya dan pedagang dari perdangangannya. Tubuh yang paling kuat sekalipun pasti akan roboh. Banyak kaum lelaki yang semula kekuatannya jasmani sangat menakjubkan, yang semula adalah para pahlawan di medan perang, namun setelah mereka selalu memperturutkan ajakan syahwat dan tunduk kepada golongan biologis, mereka menjadi hancur. Diantara keajaiban hikmah yang telah dikaruniakan Allah ialah, dia telah menciptakan pahal bersamaan dengan suatu keutamaan, berupa kesehatan dan semangat, serta menciptakan kutukan bersamaan dengan hinaan, berupa wabah dan kebinasaan. Banyak kaum lelaki yang baru berusia tiga puluh tahunan, karena mengikuti hawa nafsunya, mereka tampak seperti orang tua berusia enam puluh tahu, tidak sedikit orang tua yang berusia enam puluh tahun, namun mereka selalu menjaga kesucian dan kehormatan dirinya, ia menjadi seperti pemuda pada usia enam puluh tahun. Oleh karena itu, tepatlah apa yang diungkapkan daam sebuah perumpamaan perancis ini :”Barang siapa memelihara masa mudanya, niscahya ia terpelihara oleh mas tuanya.”

Obatnya adalah hendaknya ia kembali kepada sunnah Allah dan fitrah yang telah diciptakannya. Allah tidak pernah mengharamkan sesuatu, tanpa menciptakan sesuatu yang halal sebagai penggatinya. Allah telah mengharamkan riba dan menghalalkan perdangan, mengharamkan perzinahan dan menghalalkan perkawinan. Jadi obatnya adalah perkawinan. Jika belum mampu atau sulit untuk melangsungkan perkawinan, hendaklan ia menjaga kehormatan diri. Penulis tidak bemaksud mengulas kembali yang telah dibahas, namun agar persoalan inidapat di pahami secara jelas sesuai dengan istilah-istilah ilmu jiwa, maka penulis, mencoba memberikan satu perumpamaan. Kondisi pertama ialah keadaan orang yang menahan diri dari syahwatnya, memikirkan dan meyakininya. Kondisi kedua adalah keadaan orang yang mengikuti jalan kesesatan dan kenikmatan yang diharamkan. Kondisi ketiga adalah keadaan orang yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Dengan demikian, menjaga kehormatan diri berarti menjaga diri dari nafsu dengan kakuatan rohani, akal, hati, atau fisik dengan menyalurkan kekuatan yang tersimpan dan dengan bersandar kepada Allah tenggelam dalam beribadah, atau dengan menyibukkan diri untuk bekerja. Bisa pula menyalurkannya pada kesenian dan mengungkapkan gambaran perasaan itu lewat syair atau lukisan. Inilah obat. Perkawinan ialah cara penanggulangan paripurna. Jika perkawinan belum memungkinkan, maka menjaga kehormatan diri adalah cara sementara, namun bermanfaat dan tidak akan menyakitkan. Sedangkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang lengah dan suka membikin kerusakan, bahwa untuk menaggulangi kerusakan sosial adalah dengan membiasakan pergaulan antara dua laki-laki dan wanita sehingga dapat memecahkan intensitas syahwat dan dengan membuka tempat-tempat umum, sehingga dapat menghilangkan kegiatan prostitusi terselubung, maka itu hanyalah omomng kosong. Kaum kafir telah mencobanya, tetapi hasilnya hanya menambah liarnya syahwat dan meluasnya kerusakan. Sedang perihal tempat-tempat umum perlu diketahui oleh seluruh pemuda bahwa dimesir ia telah mengakibatkan lahirnya lebih dari sepuluh ribu pelacur, oleh karena disana terdapat kurang lebih seratus ribu pemuda.

Jika para pemuda diperbolehkan mengunjungi tempat-tempat itu, niscahya mereka enggan untuk menikah. Setelah itu, apa yang akan kita lakukan terhadap anak-anak gadis? Apakah kita juga akan membuka tempat-tempat lacur yang diisi oleh pelacur laki-laki? Demi Allah itu hanya omomg kosong, wahai anakku. Semua itu tidak keluar dari akal sehat mereka, tetapi dari nafsu mereka juga tidak mendambakan perbaikan akhlak, tidak pernah memikirkan kemajuan wanita tidak memiliki komitmen terhadap kemajuan peradaban, tidak pula kepada semangat melatih fisik maupun kehidupan yang menyeluruh. Akan tetapi, kata-kata mereka itu tidak lain hanya silat lidah, yang selalu mereka ciptakan setiap hari untuk membuat kejutan dan dipropagandakan kepada khalayak ramai. Selanjutnya wahai anakku, sebaiknya kamu kamin, sekalipun kamu masih berstatus pelajar. Jika kamu belum mampu untuk kawin maka berpeganglah kepada rasa takut kepada Allah, tekun beribadah dan belajar, sibukkanlah dengan kesenian dan berolah raga. Wahai pemuda dan pemudi, inilah satu-satunya upaya pemecahan problema seksual kalian. Perhatikanlah para propagandis kemajuan yang memoles kemungkaran dan mengkamuflase perbuatan dosa dengan menyatakan bahwa pemecahannya adalah melalui pendidikan seksual dengan mencampurkan pria dan wanita sejak kecil, atau pemuasan nafsu dengan perbuatan haram. Para pemuja dan pengagum hal-hal yang tidak mereka pahami dan tidak masuk akan ini disadari maupun tidak, adalah orang-orang yang ikut adil melaksanakan rencana-rencana zionisme, salibisme, masonisme, dan komanisme. Semua itu bertujuan untuk upaya memalingkan para pemuda islam dari jihad, menunjukan mereka supaya patuh kepada para thagbut dan para penjajah, supaya menerima hukum orang kafir, dan menjadi kawanan kambing yang di giring dengan tongkat seorang budak. Wahai pemuda pemudi berhati-hatilah terhadap seluruh propaganda dusta, bantengilah diri kalian dengan kesabaran, ikatlah hati kalian dengan Allah, hiasilah kepala kalian dengan mahkota kejayaan islam, campakkanlah setiap perbuatan hedonistis dan kesombongan eksistensialistis.



  1. Menjelaskan Masalah Seksual kepada Anak Secara Terbuka

Banyak pendidik, baik kalangan Ayah maupun Ibu, yang bertanya-tanya apakah boleh menjelaskan tanda-tanda masa pubertas dan gejala-gejala masa adolesen kepada anak? Bolehkan menjelaskan tentang anggota seksual dan fungsinya, tentang kehamilan, melahirkan dan cara-caranya? Bolehkan memberitahukan tentang cara-cara mengadakan hubungan seksual ketika ia telah memasuki ambang perkawinan? Banyak orang yang tidak mau memberikan jawaban terhadap semua pertanyaan itu, karena merasa ragu antara boleh atau tidak. Dalil-dalil agama yang akan penulis ajukan berikut ini menunjukan bahwa pendidik diperbolehkan memberikan penjelasan kepada putra-putrinya tentang seks, bahkan terkadang keterangan itu menjadi wajib jika akan menimbulkan suatu akibat syar’i seperti yang akan diterangkan nanti.

Dalil agama yang dimaksud adalah sebagai berikut:



  1. Ayat-ayat yang berbicara tentang hubungan seksual, akhlak manusia, dan tentang perbuatan keji, yaitu:

Yang artinya : “Dan orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadpa istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa yang mencari di balik itu, maka itulah orang=orang yang melampaui batas.”(QS. Al-Baqarah: 187).

  1. Salah satu petunjuk kuat bahwa penjelasan tentang masalah-masalah seks merupakan masalah penting bagi anak dan penting diajarkan hukum-hukum balig dan tanda-tanda masa pubertas ini kepada anak pada masa pubertasnya.

  2. Dalil kuat yang menunjukan bahwa pemberian penerangan tentang masalah seks itu merupakan masalah yang harus diberikan untuk mengajarkan dasar-dasar mengadakan hubungan seksual dan tata krama menyalurkan kebutuhan biologis ketika ia mendekati masa balig dan memasuki ambang pintu perkawinan.

Tetapi penulis ingatkan pula kepada pembaca agar senantiasa memperhatikan dua masalah penting berikut ini:

  1. Dalam setiap jenjang pendidikan diajarkan kepada mereka hukum-hukum yang sesuai dengan tingkat usianya

  2. Akan lebih utama jika yang mengajarkan masalah-masalah seksuak kepada putrinya adalah seorang ibu

Dengan perhatian dan pengawasan, keimanan anak akan terdidik, ahlak anak akan terbentuk, jasmani anak akan kuat akal dan ilmu anak akan matang, kejiwaan dan etos sosial anak akan sempurna.dengan perhatian dan pengawasan pula anak akan terhindar dari teman-teman yang buruk. Dengan perhatian dan pengawasan anak akan terhindar dari pernah menonton bioskop dan tv yang menampilkan film-film seks,cerita kriminal dan drama-drama gila.

Sedangkan waktu senggang dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh pada saat pendidik pulang kerumah dan duduk-duduk diantara anggota keluarga dan anak-anaknya.alangkah baiknya seorang ayah dan alangkah indahnya seorang ibu ketika memanfaatkan waktu senggangnya bersama anak-anak mengatur rencana yang baik bagi pendidikan buah hati mereka.

Pada hakikatnya adalah ini cara pendidik yang baik yang menadi teladan dalam mempersiapkan anak untuk hidup dan menjadi bibit unggul pembinaan masyarakat dan generasi-generasi mukmin yang shaleh. Siapakah yang akan mendidik anak dengan keimanan yang benar, akidah yang mantap, akhlahk yang mulia akal dan badan yang sehat, untuk mencapai ilmu dan kebudayaan yang bermanfaat dengan dasar-dasar kejiwaan, logika dengan keseimbangan dan untuk memelihara dan untuk memelihara hak-hak orang lain serta menerapkan etika kemasyarakatan jika bukan ayah dan ibu.

Karenanya kedua orang tua adalah orang pertama dan terakhir yang bertanggung jawabmendidik anak dengan keimanan dan akhlak membentuknya dengan kematangan rasio dan keseimbangan kejiwaan, serta mengarahkan kepada pemilik bekal ilmu yang bermanfaat dan bermacam- macam kebudayaan.

Dengan demikian, tidak ada pilihan lain bagi kedua orang tua, selain menyadari tanggung jawab keduanya yang sempurna dan memanfaatkan waktu-waktu senggang untuk mengerjakan seluruh kewajiban dan tanggung jawab ini. Selanjutnya, kedua orang tua harus mengetahui, apabila keduanya meremehkan tanggung jawab tersebut diatas, maka mereka akan mendapatkan siksa Allah Swt pada hari kiamat ketika harta dan anak-anak tidak akan berguna lagi, kecuali mereka yang menemui Allah dengan hati yang sehat.

Tidak diragukan lagi, bahwa apabila keduanya selalu mengingat ayat itu danmengingat allah, maka mereka akan benar-benar melaksanakan pendidikan dan tanggung jawab tersebut. Karenanya, hendaklah para pendidik mengetahui kewajiban dan mengisi waktu-waktu luang untuk mendidik anak-anak mereka. Dan hendaklah mereka ketahui, bahwa itu bagaikan pedang, yang apabila tidak mereka pakai untuk memotong, maka mereka sendiri yang akan terpotong. Kewajiban itu lebih banyak dibandingkan waktu yang ada ,sedang umur akan habis. Oleh karena itu jika mereka tidak benar-benar menjalankan amanat yang dipikulnya dan tidak benar-benar memelihara seluruh tanggung jawab itu, maka mereka akan dikejutkan oleh maut secara tiba-tiba , bahkan azab yang tidak disangka-sangka sedangkan mereka tidak menyadari dan tidak tertolong.

Curahkanlah upaya kita, padukanlah langkah kita dan berjalanlah diatas berkah allah. Sesungguhnya mata allah selalu mengawasi dan memelihara kita memberkati upaya dan karya kita memberikan pahala yang baik kepada kita di hari kiamat nanti.

Pasal 1

Metode Pendidikan Yang Berpengaruh Terhadap Anak

Pada jilid pertama dari buku ini telah pembaca jumpai bahasan tentang beberapa tanggung jawab besar para pendidik atas pendidikan anak, baik yang berkenaan dengan iman,moral,mental, jasmani, maupun rohani. Sudah barang tentu tanggung jawab yang telah dibicarakan dan diuraikan secara detail ini adalah tanggung jawab yang paling besar dalam pendidikan anak. Betapa bahagia orang tua dan para pendidik, ketika dihari kemudian mereka dapat memetik hasil jerih payah mereka dan berteduh di bawah kerindangan tanaman mereka.

Betapa riangnya jiwa, betapa beningnya mata, ketika melihat buah hatinya adalah malaikat-malaikat yang berjalan dimuka bumi, ketika jantung hatinya adalah mushaf Al-Quran yang bergerak dikalangan manusia.

Seorang pendidik yang bijaksana, sudah barang tentu akan terus mencari metode alternatif yang lebih efektif dengan menerapkan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh dalam mempersiapkan anak secara mental dan moral, saintikal, spiritual dan etos sosial, sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna, memiliki wawasan yang luas dan berkepribadian yang integral.

Menurut perkiraan penulis, jawaban atas pertanyaan itu tersimpul dalm lima masalah di bawah ini :


  1. Pendidikan dengan keteladanan.

  2. Pendidikan dengan adat kebiasaan.

  3. Pendidikan dengan nasehat.

  4. Pendidikan dengan memberikan perhatian.

  5. Pendidikan dengan memberikan hukuman.



  1. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak,yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya, disadari atau tidaknya akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.

Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor pentng dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangn dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama.

Seorang anak bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Adalah sesuatu yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, akan tetapi adalah sesuatu yang teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepadanya tidak mengamalkannya.

Allah Swt. Juga telah mengajarkan dan dia adalah peletak metode samawi yang tiada taranya bahwa rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia, adalh seorang pendidik yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual,moral maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, belajar darinya,memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam hal kemulian, keutamaan dan akhlak terpuji.

Allah juga telah meletakan dalam pribadi Muhammad Saw. Satu bentuk yang se,purna bagi metode islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungannya.

Sayyidah Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Beliau berkata : “akhlaknya adalah Al-Quran.” Jawaban tersebut sungguh dalam, singkat dan universal, karena menghimpun metode Al-Quran secara universal dan prinsip-prinsip budi pekerti yang utama. Sungguh, Nabi Muhammad Saw. Adalah penerjemah hidup keutamaan-keutamaan Al-Quran, gambaran yang bergerak dari petunjuk Al-Quran yang abadi.

Siapakah yang mampu mendekati kelapangan hatinya yang teramat luas, dan siapa pula yang mampu menyelami kedalaman jiwanya yang termat agung. Cukuplah suatu kebanggaan dan kemuliaan disandang Rassululah Saw. Dengan memproklamsikan bahwa Allah Yang Maha Suci telah menciptakan dan mendidiknya secara langsung dalam suasana pendidikan yang mulia, sehingga menjadi penegar bagi badan, sebagai matahari bagi alam semesta, dan sebagai purnama penerang kegelapan malam.

Diantara bukti Allah Swt. Telah mendidik Nabi Muhammad saw. Dan bahwasannya Nabi senantiasa diliputi dengan pertolongan Ilahiyah, bahwa Nabi Saw. Memiliki sifat dasar kenabian, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi. Sebagaimana sudah diketahui secara pasti, bahwa Rassulullah Saw. Belum pernah melakukan salah satu dosa dari dosa Jahiliyah. Beliau dikenal sebagai orang suci, yang menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Dilihat dari segi kejujurannya, orang-orang pada zaman jahiliyah memanggil beliau dengan sebutan Shadiqul Amin (yang jujur lagi dapat dipercaya).

Dalam hal penyampaian dakwahnya, beliau tidak bisa tidur nyenyak, hidup tentram dan hati tenang, sebelum menyaksikan umatnya menerima dakwah islam yang dibawanya dan memeluk agama Allah. Banyak ayat yang menganjurkan agar Rassululah Saw tidak perlu cemas dan sedih dalam berdakwah sehingga dirinya tidak larit dalam kesedihan dan fisiknya tidak binasa.

Adapun keteladanan Rasulullah Saw dalam hal ibadah dan akhlak, maka keduanya berada dalam puncak keluhuran. Manusia menemuka ibadah Rasulullah Saw. Dan akhlaknya yang universal sebagai contoh paripurna dan pelita penerang yang abadi sepanjang masa. Demikianlah, hati Rasulullah Saw . telah bersatu dengan Allah. Dengan penuh kerinduan, beliau beribadah dan bermunajat, bangun malam untuk salat tahajut,dan sebagian siangnya beliau gunakan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Beliau mendapatkan kelezatan dalam shalat dan mendapatkan ketenangan dalam ibadah. Beliau melarang para sahabatnya untuk meniru dalam hal yang berada di luar kemampuan mereka.

Anas meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw puasa terus-menerus siang dan malam, dua atau tiga hari berturut- turut,yang beliau lakukan pada akhir bulan Ramadhan. Orang-orang pun mengikutinya, dan ketika Rasulullah Saw.

Sedangkan tentang teladan akhlak yang mulia, cukup bagi saya untuk menyebutkannya, meski satu contoh tentang segala yang berkait dengan budi pekerti mulia, termasuk segi-segi keagungan universal, baik yang berhubungn dengan kemurahan hati dan kesantunannya, dengan kekuatan dan keberaniannya, maupun yang berhubungn dengan politik dan keteguhannya dalam memegang prinsip.

Dalam hal bermurah hati, Rasululah Saw selalu memberi tanpa takut terhadap kekurangn dan kemiskinan. Beliau lebih bermurah hati di banding angin yang berhembus, terlebih lagi jika pada bulan Ramadhan.

Kita hendaknya tidak mempunyai pengertian bahwa Rasululah Saw. Zuhud karna beliau fakir atau kekurangan makanan. Jika beliau menginginkan kehidupan yang melimpah ruah, bersenang senang dengan bunga kehidupan dunia, maka dunia akan tunduk kepadanya untuk memberikan segala apa yang beliau inginkan. Tetapi dengan zuhud dan iffabnya itu beliau bermaksud untuk beberapa tujuan yang di bawah ini :



  1. Dengan zuhud beliau hendak mengajarkan kepada generasi muslim akan arti tolong menolong, pengorbanan, dan mendahulukan orang lain. Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang artinya: “selama tiga hari berturut-turut, Rasulullah Saw. Tidak merasa kenyang. Dan jika kami inginkan, kami dapat mengenyangkan beliau, tetapi beliau lebih mengutamakan kepentingan orang lain.”

  2. Beliau menginginkan agar generasi muslim meneladani hidup sederhana dan menerima apa adnya , karena dikhawatirkan mereka akan terbuai oleh bunga kehidupan dunia yang memalingkan mereka dari kewajiban dakwah dan meninggikan kalimat Allah. Dikhawatirkan pula akan tenggelam dalam kehidupan dunia, sehingga mereka binasa sebagaimana orag-orang terdahulu.

  3. Beliau bermaksd hendak memberikan pemahamn kepada orang yang hatinya diliputi berbagai macam penyakit, seperti kaum munafik dan kafir bahwa dari dakwah yang beliau serukan kepada umat manusia beliau tidak menginginkan harta dan kesenangan fana yang palsu: tidak pula kemewahan dan kenikmatan duniwi atau untuk mengejar materi duniawi dengan mengatasnamakan agama. Tetapi yang beliau inginkan adalah mendapatkan pahala Allah semata dan bertemu dengan Allah Swt. Dengan tanpa materi duniawi sedikitpu di sisinya.

Tentang teladan dalam kerendahan hati, beliau mengucapkan salam kepada sahabatnya, memperhatikan sevara serius terhadap pembicaraan mereka. Baik anak kecil maupun orang dewasa. Jika baliau bersalaman, maka tidak akan manarik tangannya sebelum orang yang disalaminya melepaskannya.

Dalam hal kesantunan,beliau menepati posisi tertinggi, baik terhadap kekerasan baduwi maupun terhadap kecongkakan musuh setelah rosullulloh Saw mendapatkan kemenangan.tentang apa yang beliau terima dari kekasaran baduwi. Tentang sikap santunnya terhadap musuh setelah beliau mendapatkan kemenangan , cukup kita liat perlakuan beliau kepada penduduk mekkah yang pernah menyiksa, menekan,mengusir dari negrinya, bersekongkol untuk membunuhnya, bahkan telah menebarkan perkataan dusta dan palsu kepadanya.kesantunnannya ini menampakan jiwanya yang mulia, yang tercermin dalam sifat pemaafnya.beliau memperlakukan mereka dengan penuh kebaikan, padahal penguasa muka bumi lainnya niscaya tidak akan mau tau kecuali memenggal kepala musuh-musuh mereka rosullullulloh Saw mengumplkan penduduk mekkah dan melindunginya, bahkan berkata kepada mereka dengan ucapannya yang abadi sepanjang masa.

Adapun tentang teladan kekutan fisik beliau telah memberikan contoh yang baik kepada juara-juara gulat dan orang-orang yang mempunyai kekuatan . bagaimana tidak, beliau telah bergulat dengan juara gulat rukanah sebanyak 3x yang berkata setelah yang ke 3x nya.seadangkan dalam hal keberanian, tak seorangpun yang menandinginya.

Dibawah ini ada dua buah hadist yang menerangkan contoh tentang keberanian beliau:


  1. Pada suatu malam, penduduk madinah dikejutkan oleh suatu kegaduhan ,hingga orang-orang berhamburan ke arah datangnya suara gaduh tersebut. Maka rosullulloh saw menemui mereka dan beliau telah lebih awal dari mereka datang ke pusat suara tersebut.

  2. Pada hari hunain, Rasullulloh Saw berdiri disamping keledainya, sedangkan orang-orang lari meninggalkan medan perang.

Adapun tentang teladan berpolitik yang baik, maka pada diri Rasullulloh sungguh benar-benar terdapat contoh untuk umat manusia,baik masyarakat lapisan bawah maupun atas ,mukmin atau kafir, awam atau pandai. Rasullulloh telah diberi keberhasilan dalam segala hal, karena beliau telah di karuniai ahlak yangg mulia, berpolitik secara baik, dan meletakan segala permasalahan secara proforsional .

Kata-kata jujur dan tulus yang keluar dari hati rosullulloh saw dan di terjemaahkan oleh lisannya telah menundukan hati kaun anshar serta meninggikan jiwa mereka ketingkatan para malaikat, menbunuh pitnah yang bercokol dalam buaiannya, mengerakan jiwa untuk mengetahui yang hak dan bijaksana.kata-kata itu menunjukan bagai mana rosulluulloh saw menyatukan orang-orang di bawah maslahat islm yag luhur. Membela dan mengagumkan islam, menyatukan pemeluknya dibawah naungan kedamaian,sehinnga tercapai kesatuan kaum muslimin dibawah naungan tauhid dan panji islam.

Adapun tentang teladan keteguhan memegang prinsip, hal itu merupakan sipat yang sangat menonjol pada dii rosull akhlak murni yang melekat pada jiwa Rasull. Sebagai hasil dari kecintaan hati yang tulus,mereka lebih mencintai Rasullulloh, dibanding mencintai dirinya sendiri diantaranya seperti kisah Zahid bin datsinah.bertumpu dari kecintaan yang mulia para sahabat mencontoh Rosull karena pada diri beliau mereka menemukan teladan yang luhur dalam hal ibadah dan akhlak.

Dan orang-orang yang telah menempati kota madinah dan telah beriman (Ansbar) sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.”(QS. AL-Hasyr:9)

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (QS. AL-Ahzab:23)

Ini hanya sebagian ayat yang menjelaskan sikap para sahabat yang mulia atau sebagian dari pujian tulus dari Allah Swt. Dan bersama mereka itu tercipta masyrakat utama yang menjadi impian dan dambaan para ahli pikir dan filsafat sejak masa lalu.

Generasi muslim pada setiap saat dan tempat, masih memandang sahbat Rasulullah Saw. Sebagai teladan yang baik dalam beribadah, budi pekerti, keberanian, keteguhan, kasih sayang, mendahulukan kepentingan orang lain, berjihad dan mencari mati syahid. Pemuda islam dalam setiap generasi senantiasa menimba keutamaan mereka, berpedoman kepada cahaya kemulian mereka, dan menerapkan metode mereka dalam pendidikan, berjalan untuk membangun kemulian, karena mereka adalah sebaik-baik umat yang patut untuk diteladani.

Dari teladan yang baik ini, yang terwujud dalam diri para sahabat Rasulullah Saw, dan para pengikutnya yang baik,maka tersebar luaslah Islam ke seluruh pelosok dunia. Islam telah sampai ke berbagai negeri tersebut dibawa oleh para pedagang muslim, oleh para dai jujur yang memberikan gambaran murni tentang Islam, yang termanifestasi dalam tingkah laku dan sifat amanah (dapat dipercaya)mereka, serta dalam kejujuran dan kemurahan hati mereka. Jika para pedagang tersebut tidak berakhlak mulia dan tidak memberikan contoh yang baik di hadapan orang-orang yang tidak mereka kenal (asing) secara jujur dan amanah, di samping perilak mereka yang lembut dan menyenangkan hati, maka khalayak tidak akan memeluk agama yang mereka bawa. Tidak akan ada jutaan, bahkan ratusan juta orang yang mau mengikuti petunjuk mereka.

Bahwa keutamaan akhlak yang dimanifestasikan dalam keteladanan yang baik, adalah faktor penting dalam upaya memberikan pengaruh terhadap hati dan jiwa. Inilah terpenting bagi terbesarnya Islam ke pelosok bumi yang paling dalam, dan bagi masuknya petunjuk ke dalam hati manusia untuk mencapai iman dan menelusuri jalan Islam. Di samping memberikan contoh yang baik, akhlak mulia, perilaku yang baik, sifat-sifat islami yang terpuji kepada orang lain, sehingga menjadi purnama petunjuk, matahari penerang, penyeru kebaikan dan kebenaran, serta menjadi sebab dalam tersebarnya risalah islam yang abadi karenanya demi keberhasilan dunia pendidikan dan tertanam secar meluas dunia pemikiran, perlu ada teladan yang baik. Harus ada pula contoh yang baik, yang merik perhatian dan akhlak utama yang dianut oleh masyarakat, serta yang dapat mewariskan pelajaran yang baik untuk generasi berikutnya.

Karena Rasulullah Saw, sangat memperhatikan agar para pendidik selalu tampil di depan anak didiknya dengan penampilan yang bisa dijadikan sebagai teladan yang baik dalam segala hal. Sehingga anak didik, sejak usi pertumbuhannya, bisa tumbuh dalam kebaikan, sejak kecil sudah mengenal akhlak yang luhur.

Dalam menumbuhkan sikap kasih sayang anak-anak, Rasulullah saw, telah memberikan teladan yang baik kepada generasi muslim di setiap saat dan tempat, agar mereka mengambil contoh dalam hal menyebarkan dakwah menuju agama allah, khususnya bagi para bapak dan pendidik.

Di bawah ini beberapa contoh dari sikap kasih sayang Rasulullah saw terhadap anak-anak:



  1. Tirmidzi dan yang lainnya meriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, “saya melihat Rasulullah saw sedang menyampaikan khotbah, maka datanglah Hasan dan Husain r.a mengenakan baju merah, berjalan lalu terjatuh. Kemudian Rasulullah saw turun dari mimbar dan mengambil keduanya dan meletakkan bersamanya. Kemudian beliau bersabda, ‘sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah cobaan.’ Aku melihat kedua anak kecil itu berjalan dan terjatuh, maka tidaklah aku sabar, sehingga aku memotong pembicaraanku dan mengangkat keduanya.

  2. Nasa’i dan Hakim meriwayatkan,”katika Rasulullah saw salat mengimami para makmum, tiba-tiba datanglah Husain dan langsung menunggangi pundak Rasulullah saw ketika beliau sujud sehingga beliau memperpanjang sujudnya, sampai-sampai para makmum mengira terjadi sesuatu.

  3. Dalam Al-Ishabah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bermain-main dengan Hasan dan Husain r.a. Rasulullah saw mwrangkak di atas kedua tangan dan lututnya sementara kedua cucunya tersebut bergelantungan dari sisinya dan beliau merangkak bersama keduanya

  4. Dalam shahihain dari Anas r.a Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya, ketika aku sedang melakukan salat (menjadi imam) dan aku bermaksud untuk memanjangkan bacaannya, tiba-tiba aku mendengar tangisan anak kecil. Maka aku segara memperpendek (bacaan) salatku. Karena aku memahami perasaan ibunya (yang menjadi makmum) yang tentu terganggu oleh tangisannya.

  5. Dalam shahihain dari Anas r.a bahwa Rasulullah saw. Lewat di hadapan anak-anak kecil dan mengucapkan salam kepada mereka, Anas berkata, “Rasulullah saw selalu melakukan demikian.

  6. Diriwayatkan oleh Muslim bahwa jika orang-orang melihat buah bekas dalam diri anak-anak dengan perilaku yang terpuji, nasehat yang berbekas, perhatian yang terus menerus dan ajaran yang bijak serta menyeluruh.

Bahwa memberikan teladan yang baik dalam pandangan islam merupakan metode pendidikan yang paling membekas di anak didik. Ketika anak menemukan pada kedua orang tua dan pendidiknya suatu teladan yang baik dalam segala hal, maka ia telah meneguk prinsip-prinsip kebaikan yang dalam jiwanya akan membekas berbagai etika islam. Ketika kedua orang tua menginginkan sang anak tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak diridai agama, kasih sayang, maka hendahlah kedua orang tua memberikan teladan, misalnya: dalam berbuat kebaikan, menjauhi kejahatan, meninggalkan kehinaan, mengikuti yang hak dan meninggalkan yang batil. Pada dasarnya anak yang melihat orang tuanya berbuat dusta, ia tidak mungkin akan belajar jujur, anak yang melihat kedua orang tuanya berkhianat, ia tidak mungkin belajar amanah, anak yang melihat keddua orang tuanya selalu mengikuti hawa nafsu, ia tidak mungkin belajar keutamaan, anak yang mendengar orang tuanya berkata kufur, caci maki, dan celaan, tidak mungkin ia belajar bertutur manis, anak melihat kedua orang tuanya marah, bertegang urat dan emosi, tidak mungkin ia akan belajar sabar.

Demikianlah, anak akan tumbuh dalam kebaikan, akan terdidik dalam keutamaan akhlak, jika ia melihat kedua orang tuanya memberikan teladan yang baik. Demikian pula sebaliknya, anak akan tumbuh dalam kenakalan dan berjalan dijalan kufur, fusuq dan maksiat, jika ia melihat kedua orang tuanya memberi teladan yang buruk. Tidak cukup bagi kedua orang tua untuk sekedar memberikan teladan yang baik kepada sang anak, dan mengira bahwa mereka telah menunaikan segala apa yang telah dibebankan. Tetapi keduanya harus menghubungkan anaknya dengan teladan pertama, Rasulullah saw tentang akhlak yang mulia, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh beliau: “Didiklah anak-anakmu tiga perkara, di antaranya cinta kepada Nabi mereka dan cinta kepada anak keluarganya”.

Selain itu, kedua orang tua hendaknya menghubungkan anaknya dengan teladan para sahabat Rasulullah saw dan orang-orang saleh terdahulu, termasuk orang-orang yang mengikuti jejaknya dengan baik dan mengamalkan perintah Allah swt. Kedua orang tua harus menyediakan untuk mereka sekolah yang cocok, teman bermain yang baik, kelompok yang sesuai, agar anak memperoleh pendidikan keimana, moral, fisik, spritual dan pendidikan mental. Tidak masuk akal jika anak berada dalam lingkungan yang baik, akan menyeleweng akidahnya, rusak moralnya, teraganggu jiwanya, lemah fisiknya dan terbelakang daya nalar serta budayanya. Sebaliknya ia akan sampai pada tingkatan kesempurnaan dalam kedalaman akidah, keluhan moral, kekuatan fisik, kematangan mental dan pengetahuan. Memang sulit bagi seorang ayah menciptakan suasana yang baik untuk anaknya dalam suatu masyarakat dan lingkungan yang rusak. Tetapi jika setelah ia berupaya sekuat tenaga, memenuhi faktor-faktor pendukungnya dengan sempurna untuk mempersiapkan pertumbuhan anak, baik segi iman, moral, mental, spritual dan sosial kemudian ternyata sang anak tetap menyimpang dari apa yang telah digariskan, maka insya allah, ia tidak bakal dituntut di hadapan allah kelak.

Di samping itu kedua orang tua hendaknya tidak mengabaikan, bahkan harus memusatkan perhatian pada upaya perbaikan anaknya yang tertua sebagai faktor yang paling penting dalam memperbaiki anak-anaknya yang lain. Sebab anak-anak yang lebih muda, biasanya suka mengikuti apa yang dilakukan oleh anak yang lebih tua, bahkan memandangnya sebagai teladan dalam segala hal. Mala petaka akan lebih besar jika adik melihat kakaknya berada dalam dekadensi moral dan jika orang yang terlebih dahulu dilahirkan itu berada dalam kehinaan dan kerusakan. Tidak diragukan bahwa adik-adiknya akan terpengaruh oleh mereka, akan mengikuti jejak mereka dan menjadikan mereka sebagai panutan.

Oleh karena itu kedua orang tua wajib memusatkan perhatikan kepada anaknya yang tertua kemudian kepada nak-anak yang lebih muda usianya agar mereka bisa dijadikan teladan yang baik bagi adik-adiknya.


  1. Yüklə 295,9 Kb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə