Teater modern pertemuan 1



Yüklə 267,71 Kb.
səhifə6/12
tarix14.05.2018
ölçüsü267,71 Kb.
#43877
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Ringkasan


Romantisme lahir dengan keunikan sejarah tersendiri. Artinya, Romantisme bisa litinjau dari periode pasca neo klasik, tetapi juga akan semakin jelas pada era modern di awal abad delapan belas.

Disamping itu, romantisme juga memiliki nilai perjuangan terhadap khazanah politik borjouis dan supraborjouis yang mempengaruhi dunia intelektual. Maka tidak mengherankan, bila dalam pertumbuhan romantisme, isu-isu politik dan kecenderungan melakukan perlawanan terhadap upaya merendahkan semangat kritis secara revolusioner. Perlawanan ini juga dapat kita lihat pada realisme, dan pada realisme masalah social dan psikologis lebih ditekankan untuk membangun aspek dramatis –terutama dalam hal tematiknya.

Romantisme lebih dikenal di Jerman, dan merupakan perjuangan dua tokoh penting dramawan Jerman, Schiller dan Goethe. Strum und Drung atau Angin Topan dan Tekanan, merupakan dasar perjuangan yang melahirkan romantisme di Jerman.

Di Indonesia, kita tidak mengenal perjuangan romantisme seperti di Jerman maupun di Inggris. Drama dan Teater Romantisme di Indonesia, tidak setegas dan sekuat yang ada di dataran Eropa dan Amerika. Di Indonesia pun belum ada penelitian khusus tentang drama dan teater Romantisme ini. Namun demikian kita masih mungkin mengkajinya dari aspek membaca masa lalu dengan gaya Romantisme dalam beberapa drama di Indonesia, tetapi inipun belum dilakukan secara sungguh-sungguh.


Topik Diskusi


    1. Jelaskanlah dengan bahasa anda sendiri, apa yang dipahami sebagai Romantisme

    2. Carilah hubungan drama dan teater Romantik dengan gerakan Romantik

    3. Apakah anda setuju dengan adanya gerakan Romantik ini pada masa sekarang. Bila anda setuju, berikanlah penjelasan atau argumentasi yang mendukungnya. Dan, bila anda tidak setuju, jelaskan pula alasannya!

Pertemuan ke 8

Realisme




  • Gerakan yang lebih dapat menembus dan berdampak pada kehidupan panjang dalam teater modern, adalah realisme.

  • Realisme mencoba untuk menciptakan sebuah drama tanpa konvensi atau abstraksi, melalui penyesuaian sederhana dengan kehidupan itu sendiri. Kesamaan pada kehidupan merupakan tujuan realisme, dan dalam pencapaian tujuan itu, mengidealkan atau mempercantik latar atau dekorasi, penggambaran dibuat semutakhir mungkin, dan kostum serta pertunjukan disesuaikan dengan mode yang berkembang.

  • Realisme merupakan filosofi estetik yang memperdayakan, memukau atau menakjubkan, ketika teater selalu menempatkan kehidupan nyata sebagai subjek fundamentalnya, dan realisme kelihatan sekejap mata menjadi gaya yang pantas dengan pendekatan realitas suatu keberadaan. Sebagai pengganti watak yang dihadirkan aktor, dapat dikatakan realistik, lihatlah aktor itu ketika menjadi tokoh tertentu; sebagai pengganti dialog terdapat percakapan, yakni dialog yang merupakan percakapan; sebagai pengganti pemandangan dan kostum yang menyampaikan rasa waktu dan tempat serta atmosfir, lihatlah pemandangan yang secara sungguh-sungguh dapat ditempati, dan kostum yang merupakan pakaian yang sebenarnya.

  • Ideologi realisme telah diuji, selama tahun-tahun terakhir abad sembilan belas dan tahun-tahun pertama abad dua puluh hingga sekarang ini, dalam setiap aspek –pemeranan, penyutradaan, disain, dan penulisan-- dan hasil ujian bentuk tubuh teater semuanya dengan keabsahan dan penuh makna, dan sebuah gaya yang signifikan tetap dipentingkan.

  • Pada pokoknya, teater realistik dipahami menjadi laboratori dalam alam yang saling berhubungan, atau kesakitan masyarakat atau gejala disfungsi keluarga yang “secara objektif” menjadi kesejukan ketika kata akhir penonton yang mengamati, berujud tanpa pemihakan. Setiap aspek teater realistik dengan sangat akurat mengikuti “metode ilmu pengetahuan ilmiah” dari laboratorium; tak ada jaringan yang salah. Latar yang menyerupai tempat terjadinya suatu peristiwa yang ditentukan lakon sebagaimana segala sesuatunya memungkinkan diteliti; memang hal ini bukan luar biasa untuk banyak dekor yang diperoleh dari lingkungan kehidupan-nyata yang dipindahkan ke teater (dalam satu contoh yang sangat terkenal, produser Amerika David Belasco pergi ke tempat yang sangat jauh untuk pembelian sebuah restoran New York, membongkarnya, dan membangun kembali dengan membagi panggung Broadwaynya). Pakaian usang dengan perwatakan dalam teater realistik mengikuti pakaian yang sebenarnya dari ”kenyataan” orang-orang dengan status sosialnya tertentu; dialog diucapkan seperti penciptaan-kembali irama dan ekspresi kehidupan sehari-hari.

  • Pada awalnya gerakan panggung prosenium realis dimodifikasikan untuk mengakomodasi naskah lakon dengan dekor yang dibangun dalam susunan kotak, dinding diberikan penuh dimensi dan lemari buku yang nyata, jendela, perapian, pintu yang mengikuti arus mode mutakhir dan seterusnya, dibangun di dinding sebagaimana mereka dalam ruangan di rumah. Dalam konteks yang sama, pemeranan realistik dipertimbangkan secara efektif sejauh sebagaimana tergambar dalam kebiasaan hidup, dan sejauh seperti aktor yang kelihatan berbicara sungguh-sungguh kepada yang lain sebagai pengganti permainan bagi penonton. Sebuah prinsip estetika baru menimbulkan: ”teater dinding keempat”, yang mana kehidupan di atas panggung dipahami menjadi sama seperti kehidupan di dalam kehidupan-nyata, kecuali dalam kasus panggung satu dinding --prosenium terbuka-- yang digerakkan kembali. Lalu teater ”dinding keempat” seperti laboratorium teleskop dan panggung seperti slide mokroskopis: lingkungan kehidupan disusun untuk pengamatan yang lugas melalui pengamatan yang netral.

  • Selanjutnya realisme menghadirkan penontonnya dengan banyak ”fakta-fakta” kehidupan-nyata yang kelihatan, dan memberikan kesempatan setiap penonton untuk sampai pada kesimpulan yang dimilikinya. Beberapa bentuk fakta-fakta ini sama-sama meyakinkannya dengan pengarang dan pemain, tetapi banyak rangsangan teater realistik disebabkan oleh kebebasan pemahaman sejati yang disediakan penonton, dan dengan ketepatan penokohan, tindak tanduk yang cukup kekeluargaan untuk menyeimbangkan pertunjukan bahwa mereka dengan mudah memahami dan mengidentifikasinya dengan kehidupan sehari-hari.

  • Selain itu, dalam menghadirkan fakta-faktanya dari permukaan kehidupan, realisme mendorong kita untuk mempelajari misteri kebenaran yang tak terucapkan melalui setiap maksud yang terkandung dalam drama realistik. Watak pemeran realisme, seperti manusia dalam kehidupan, yang ditampilkan secara detail atau rinci, ketimbang simbol atau idealisasi abstrak: seperti manusia yang kita ketahui, mereka pada akhirnya tak dapat diduga, antara manusia yang kompleks ketimbang kemutlakan ideologis.

  • Keberhasilan realisme sangat mapan: karena itu, realisme salah satu gaya drama yang sangat dominan hingga saat ini. Pada saat ini, ketika keahlian dan pertunjukan yang dilakukan seniman terlatih, teater realistik dapat menimbulkan kekuatan empati penonton secara sungguh-sungguh dengan kebaikan pengetahuan dan kejernihan yang membawanya kepada peristiwa dunia-nyata. Dalam memberikan kita perwatakan, penulis realis memberikan kita teman: kawan bertualang dalam perjalanan penjelajahan manusia dengan orang yang kita dapat bandingkan pemikiran dan perasaannya. Dalam ketidaktentuan dan ragu-ragu bercampur takut, bermuram durja, berbicara terputus-putus, dan melalui kalimat percakapan perwatakan ini kita mengenal diri kita sendiri, dan dalam pengenalan itu kita memperoleh pemahaman kekuatan yang kita miliki dan memberikan arah bagi kerja keras manusia.

  • Pelopor Realisme: Teater realistik telah dimulai pada masa empat tahun melalui karya perdana Rumah Boneka (A Doll’s Hause, 1879), Hantu-hantu (Ghost, 1881), Sampah Masyarakat (An Enemy of the People, 1882), tiga drama oleh pengarang Norwegia Hendrik Ibsen. Awal karirnya, Ibsen menjadi sutradara panggung dan penyair dramatik, dan karya sebelumnya untuk teater mencakup drama-puisi epik/Romantik yang bagus sekali Peer Gynt (1867). Dengan tiga drama, yang menguraikan tentang permasalahan aturan wanita dalam masyarakat, penyakit turunan dan membunuh rasa belas kasihan, serta kemunafikan politik, dia akhirnya kembali pada gaya realistik. Orang biasa mendiami dunia realistik Ibsen, permasalahan ditujukan dalam pengaruh drama suami-istri yang biasa, anak-ibu, dan hubungan sanak saudara, dimainkan dalam rumah yang biasa. Drama-drama ini, termasuk ukuran yang kontroversial pada masa mereka, tetap memakai kekuatan yang jitu setiap hari dan masih memiliki kekuatan untuk memberi pelajaran, untuk bergerak, dan juga mengejutkan. Alasan pada dampak terakhir terletak pada pilihan permasalahan Ibsen dan keahliannya dalam menunjukkan dua sisi kejiwaan yang rinci melalui pengungkapan yang cerdas.

  • Teater realistik menyebar dengan cepat melalui Eropa seperti kontroversi yang ada disekeliling drama Ibsen dan tema yang merangsang penulis lain untuk berbuat hal yang demikian pula. Hasilnya adalah perkembangbiakan “persoalan drama” seperti sering mereka sebutkan, yakni memusatkan perhatian pada keturunan kemasyarakat melalui gambaran drama realistik. Di Jerman, Gerhart Hauptmann menggali keadaan klas proletar dan menengah dalam beberapa karyanya, yang sangat terkenal dari puncak karyanya The Weavers (1892). Di Inggris, penulis kelahiran Irlandia George Benard Shaw menciptakan realisme komedi melalui yang dia tujukan pada masalah tuan tanah perkampungan yang miskin dan kotor (dalam Widower’s Houses, 1892), pelacuran (dalam Mrs Warren’s Profession, 1902), dan kemiskinan masyarakat urban (dalam Major Barbara, 1905). Di Perancis, melalui penemuan inovatif sutradara Andre Antoine, Eugene Brieux menulis seri problem drama realistik yang mencakup Damaged Goods (1902), yang menjelaskan tentang sipilis, dan Maternity (1903), yang menjelaskan kontrol kelahiran. Dengan kembalinya abad realisme pada pokoknya merupakan bentuk dramatik standar di Eropa.

  • Di Indonesia, teater realis bisa dilihat pada teater tradisional, terutama dalam aspek pemeranan dan penyutradaraan. Sedangkan dalam aspek lain, terutama pada disain baru dapat kita temukan sekitar pada tahun 1960-an, ketika berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), maipun Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (Asdrafi) di Yogyakarta.

  • Unsur realistik dalam teater merupakan salah satu realitas yang dapat diamati kemiripannya. Ini merupakan sebuah kebenaran fotografis. Kita menerapkan istilah realistik pada unsur teater yang menunjukkan pengamatan masyarakat, tempat dan peristiwa kita. Teater realistik mengikuti logika kehidupan sehari-hari yang dapat diduga: hukum gravitas, waktu yang menempatkan seseorang pada perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, pandangan ruang dalam rumah yang kelihatan, pandangan pakaian seseorang. Dengan pendekatan realistik sesuai untuk pengharapan kita yang normal. Perilaku imajinasi penonton disebutkan dalam latihan realisme merupakan persetujuan pandangan yang disaksikan di atas panggung tidak membuat percaya tetapi kehidupan yang nyata.

  • Kita sungguh akrab dengan realisme dalam film dan televisi. Bagian dari alasan mekanis. Kamera mereka apa yang “terlihat” lensa. Begitu pula dengan ruangan di rumah, mobil di jalanan, atau the Grand Canyon, film menangkap pemandangan seperti mata melihatnya.

  • Teater selalu memiliki unsur realistik juga. Setiap tipe teater yang tidak murni fantasi memiliki aspek realistik. Sebagai contoh, perwatakan yang mengharuskan untuk menghadirkan orang secara nyata harus didukung kebenaran manusia yang penonton dapat mempercayai.

Yüklə 267,71 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə