6 Struktur Sintaksis



Yüklə 44,42 Kb.
tarix22.11.2017
ölçüsü44,42 Kb.
#11450

Nama: Hermadhani Safitri

NIM : 1402408156

Sintaksis berasal dari bahasa Yunani. Berasal dari kata sun yang artinya dengan dan attein yang berarti menempatkan. Secara entimologi, sitaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.


6.1.Struktur Sintaksis

Struktur Sintaksis meliputi:



  1. Fungsi sintaksis; menggunakan kelompok istilah: subjek, predikat, objek, keterangan

  2. Kategori sintaksis; menggunakan kelompok istilah: nomina verba, ajektifa, numeralia

  3. Peran sintaksis; menggunakan kelompok istilah: pelaku, penderita, penerima

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh:



  • Urutan kata, yaitu: letak atau posisi kata yang satu dengan yang lain dalam suatu konstruksi sintaksis.

  • Bentuk kata

  • Intonasi

  • Konektor, bertugas menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.

Berdasarkan sifat hubungannya, konektor dibedakan menjadi dua macam:



  1. Konektor koordinatif, yaitu: konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang sederajat.

Konjungsi koordinatif: dan, atau, tetapi

  1. Konektor subordinatif, yaitu: konektor yang menghubungkan dua konstituen yang tidak sederajat.

Konjungsi subordinatif: kalau, meskipun, karena.
6.2.Kata sebagai Satuan Sintaksis

Kata adalah: satuan terkecil dalam tataran sintaksis, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, atau frase.


Dalam sintaksis, kata berperan sebagai:

  • Pengisi fungsi sintaksis

  • Penanda kategori sintaksis

  • Perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.

Kata dibedakan menjadi dua macam:



  1. Kata penuh (fullword), yaitu: kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Contoh: masjid, rumah, kucing.

  2. Kata tugas (functionalword), yaitu: kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan dalam pertuturan tidak dapat bersendiri. Contoh: dan, meskipun, di.

6.3.Frase

Yaitu: satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Contoh: belum makan (karena dibentuk oleh morfem bebas)

Perbedaan frase dengan kata majemuk:

Frase:


  • Tidak memiliki makna baru. Contoh: meja saya (meja kepunyaan saya).

  • Kedua komponen frase dapat disela dengan unsur lain. Contoh: mata guru menjadi matanya guru.

  • Kedua komponen frase terdiri dari morfem bebas. Contoh: lemari buku.

Kata majemuk:

  • Komposisi yang memiliki makna baru. Contoh: meja hijau (pengadilan).

  • Kedua komponen tidak dapat disela unsur lain. Contoh: mata sapi (telur goreng tanpa dihancurkan)

  • Komponennya berupa morfem dasar terikat. Contoh: daya juang.

  • Jenis Frase

  1. Frase Eksosentrik

Yaitu: frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya

Frase eksosentrik dibedakan atas:



  1. Frase eksosentrik direktif (frase preposisional)

Yaitu: yang komponen pertamanya berupa preposisi dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Contoh: dari pasar, dengan pisau.

  1. Frase eksosentrik nondirektif

Yaitu: yang komponen pertamanya beripa artikulus (seperti: si, sang, yang, para, dsb), sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa atau verba. Contoh: si miskin, kaum cerdik pandai.

  1. Frase Endosentrik

Yaitu: frase yang salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya: sedang membaca, bisa menjadi membaca.

Berdasarkan intinya, frase endosentrik dibedakan menjadi:



  • Fase nominal, yaitu: frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina. Contoh: bus sekolah.

  • Frase verbal, yaitu: frase endosentrik yang intinya berupa kata verba. Contoh: sedang membaca.

  • Frase ajektifa, yaitu: frase endosentrik yang intinya berupa kata ajektifa. Contoh: cantik sekali.

  • Frase numeralia, yaitu: frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral. Contoh: tiga belas.

  1. Frase Koordinatif

Yaitu: frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dengan baik yang tunggal maupun konjungsi terbagi. Contoh: sehat dan kuat, makin terang makin baik.

Frase parataksis yaitu: frase koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit contoh: hilir mudik, tua muda, dua tiga hari.



  1. Frase Apositif

Yaitu: frase koordinat yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan. Contoh: Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali, menjadi Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.


  • Perluasan Frase

Maksudnya frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep yang akan ditampilkan. Contoh: kamar tidur, diperluas menjadi kamar tidur saya.

Faktor yang menyebabkan perluasan frase sangat produktif di Indonesia:



  1. Untuk menyatakan konsep-konsep khusus atau sangat khusus, biasanya diterangkan secara leksikal. Contoh: kereta, menjadi kereta api, menjadi kereta api ekspres.

  2. Pengungkapan konsep kata, modalitas, aspek jenis, jumlah ingkar, pembatas tidak dinyatakan dengan afiks melainkan dengan unsur leksikal.

  3. Keperluan untuk memberi diskripsi secara terperinci terhadap suatu konsep terutama konsep nomina.


6.4.Klausa

Yaitu: satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Contoh: Nenek mandi.



  • Jenis Klausa

  1. Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan menjadi:

  • Klausa bebas, yaitu: klausa yang memiliki unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat. Sehingga berpotensi menjadi kalimat mayor. Contoh: Kakekku gagah berani.

  • Klausa terikat, yaitu: klausa yang memiliki struktur yang tidak lengkap. Contoh: tadi pagi.

  1. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, klausa dibedakan menjadi,

  • Klausa verbal, yaitu: klausa yang predikatnya berkategori verba. Contoh: nenek mandi.

Sesuai dengan adanya tipe verba, maka dikenal adanya:



  1. Klausa transitif, yaitu: klausa yang predikatnya berupa verba transitif.

Contoh: Nenek menulis surat.

  1. Klausa intransitif, yaitu: klausa yang predikatnya berupa verba intransitif.

Contoh: Nenek menangis.

  1. Klausa refleksif, yaitu: klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.

Contoh: Nenek sedang berdandan.

  1. Klausa respirokal, yaitu: klausa yang predikatnya berupa verba respirokal.

Contoh: Keduanya bersalaman.

  1. Klausa nominal, yaitu: klausa yang predikatnya berupa verba nomina.

Contoh: Dia dulu dosen linguistik.

  1. Klausa ajektifal, yaitu: klausa yang predikatnya berkategori ajektifa.

Contoh: Ibu dosen itu cantik sekali.

  1. Klausa adverbial, yaitu: klausa yang predikatnya berupa adverbia.

Contoh: Bandelnya teramat sangat.

  1. Klausa preposisional, yaitu: klausa yang predikatnya berupa frase berkategori preposisi.

Contoh: Dia dari Medan.

  1. Klausa numeral, yaitu: klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeral.

Contoh: gajinya adalah lima juta sebulan.
6.5.Kalimat

Yaitu: satuan sintakasis yang disusun dati konstituen dasar, biasa berupa klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

Intonasi final ada tiga macam, yaitu:


  1. Intonasi deklaratif, dilambangkan dengan tanda titik.

  2. Intonasi integratif, dilambangkan dengan tanda tanya.

  3. Intonasi seru, dilambangkan dengan tanda seru.

  • Jenis Kalimat

  1. Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti

Kalimat inti (dasar), yaitu: kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif atau netral dan afirmatif.

Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non-inti melalui proses transformasi. Seperti transormasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, penginversian, pelepasan dan penambahan.



  1. Kalimat Tunggal atau Kalimat Majemuk

  • Kalimat tunggal yaitu: kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.

Contoh: Dia membuka pintu

  • Kalimat majemuk, yaitu: kalimat yang terdiri lebih dari satu klausa.

Contoh: Ibu memasak ketika ayah membaca koran.

Kalimat majemuk dibedakan menjadi:



  1. Kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara)

Yaitu: kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status sama atau sederajat. Dihubungkan dengan konjungsi: dan, atau, tetapi, lalu.

  1. Kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat)

Yaitu: kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak sama atau sederajat. Dihubungkan dengan konjungsi: kalau meskipun, karena.

Proses terbentuknya kalimat majemuk subordinatif:



  • Hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, dimana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan, dan yang lain sebagai klausa bawahan.

  • Hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya

  1. Kalimat majemuk kompleks (kalimat majemuk campuran)

Yaitu: kalimat majemuk yang terdiri dari tiga buah klausa atau lebih, dimana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang secara subordinatif.

  1. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

  • Kalimat mayor, yaitu: kalimat yang memiliki unsur lengkap, sekurang-kurangnya subjek dan predikat.

Contoh: Nenek berlari pagi.

  • Kalimat minor, yaitu: kalimat yang unsur-unsurnya tidak lengkap.

Contoh: Sedang makan.

  1. Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal

  • Kalimat verbal, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verbal.

Macam-macam kalimat verbal:

  1. Kalimat transitif, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa verba transitif.

Contoh: Dika menendang bola.

  1. Kalimat intransitif, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif.

Contoh: Nenek menari.

  1. Kalimat aktif, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa kata kerja aktif.

Contoh: Ibu menulis surat.

  1. Kalimat pasif, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa kata kerja pasif.

Contoh: Surat ditulis ibu.

  1. Kalimat dinamis, yaitu: kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan.

Contoh: Mahasiswa itu pulang.

  • Kalimat non-verbal, yaitu: kalimat yang predikatnya bukan verba.

  1. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

  • Kalimat bebas, yaitu: kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lainyang menjelaskannya.

  • Kalimat terikat, yaitu: kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.

  • Intonasi Kalimat

Intonasi dapat diuraikan atas ciri-cirinya yang berupa:

  • Tekanan, yaitu: ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran.

  • Tempo, yaitu: waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran.

  • Nada, yaitu: unsur suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran.

  • Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis

  • Modus yaitu: pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya.

Macam-macam modus:

  1. Modus indikatif/deklaratif: modus yang menunjukkan sikap objektif atau netral.

  2. Modus optatif: modus yang menunjukkan harapan atau keinginan.

  3. Modus imperatif: modus yang menyatakan perintah, larangan atau cegahan.

  4. Modus interogatif: modus yang menyatakan pertanyaan.

  5. Modus obligatif: modus yang menyatakan keharusan.

  6. Modus desideratif: modus yang menyatakan keinginan atau kemauan.

  7. Modus kondisional: modus yang menyatakan persyaratan.

  • Aspek yaitu: cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal dalam suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses.

Macam-macam aspek:

  1. Aspek kontinuatif: yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.

  2. Aspek inseptif: menyatakan kejadian baru mulai.

  3. Aspek progresif: menyatakan perbuatan sedang berlangsung.

  4. Aspek repetitif: menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang.

  5. Aspek perfektif: menyatakan perbuatan sudah selesai.

  6. Aspek imperfektif: menyatakan perbuatan berlangsung sebentar.

  7. Aspek sesatif: menyatakan perbuatan berakhir.

  • Kala yaitu: informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebutkan dalam predikat.

  • Modalitas yaitu: keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, sikap terhadap lawan bicaranya.

Jenis-jenis modalitas:

  1. Modalitas intensional, yaitu: menyatakan keinginan, harapan, permintaan, ajakan.

  2. Modalitas epistemis, yaitu: menyatakan kemungkinan, kepastian, dan keharusan.

  3. Modalitas deonetid, yaitu: menyatakan keizinan dan keperkenaan.

  4. Modalitas dinamik, yaitu: menyatakan kemampuan.

  • Fokus yaitu: unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehigga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.

Dalam bahasa Indonesia, fokus kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara:

  1. Memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan. Contoh: Dia menangkap ayam saya.

  2. Mengedepankan kalimat yang difokuskan. Contoh: Oleh pemerintah hal itu telah disampaikan kepada DPR.

  3. Memakai partikel: pun, yang, tentang, adalah. Contoh: membacapun aku belum bisa.

  4. Mengontraskan bagian kalimat. Contoh: Anak Bapak bukan bodoh, melainkan kurang rajin.

  5. Menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden. Contoh: Ayah saya ban sepedanya kempes menjadi Ban sepeda ayah saya kempes.

  • Diatesis yaitu: gambaran hubungan antara pelaku dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.

Macam-macam diatesis:

  1. Diatesis aktif, yakni: jika subjek melakukan perbuatan.

  2. Diatesis pasif, yakni: subjek menjadi sasaran perbuatan.

  3. Diatesis reflektif, yakni: subjek melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.

  4. Diatesis respirokal, yakni: jika subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalasan.

  5. Diatesis kausatif, yakni: jika subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu.

6.6.Wacana

Yaitu: satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.



  • Alat Wacana

  1. Konjungsi, yaitu: untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat.

  2. Kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anatoris.

  3. Elipsis, yaitu: penghilangan bagian kalimat yang sama terhadap kalimat lain.

  • Jenis Wacana

  1. Menurut sasarannya: wacana lisan dan tulisan.

  2. Menurut penggunaan bahasa ataukah puitik: wacana prosa dan wacana puisi.

  3. Menurut penyampaian isi: wacana narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi.

Yüklə 44,42 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə