Bab landasan Teori Teori Sintaksis



Yüklə 24,61 Kb.
tarix22.11.2017
ölçüsü24,61 Kb.
#11453

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Teori Sintaksis

Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Sehingga menjadikan sintaksis memiliki arti, menempatkan kata-kata secara bersamaan sehingga menjadi sebuah kelompok kata atau kalimat. Menurut Kridalaksana (2008, hal. 223), sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa.

Dalam bahasa Jepang, sintaksis disebut dengan istilah tougoron. Verhaar (2001, hal. 162) membagi kalimat berdasarkan fungsi, kategori serta peran dan ia juga mengatakan bahwa morfologi dan sintaksis juga merupakan bagian dari tata bahasa.

Chaer (2007, hal. 206) menjelaskan bahwa struktur sintaksis yang terdiri dari kata, frase, klausa, kalimat dan wacana merupakan hal-hal yang sering dibicarakan di dalam sintaksis.



2.1.1 Definisi Kata

Menurut Chaer (2007, hal. 206) kata adalah satuan terkecil dari sintaksis yang membentuk menjadi komponen pembentuk sintaksis yang lebih besar yaitu, frase.

Kridalaksana (2008, hal. 110) juga mengatakan bahwa kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis. Kata sangat berperan sebagai unsur pembentuk frase, klausa, kalimat serta wacana.

2.1.2 Definisi Frase

Dalam sintaksis selain kata terdapat juga frase, yaitu satuan gramatikal berupa gabungan kata yang tidak memiliki predikat dan dapat disebut juga sebagai gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat (Chaer, 2007, hal. 206).



2.1.3 Definisi Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata yang terdiri dari subjek, predikat baik disertai dengan objek, pelengka, keterangan ataupun tidak. Di dalam sintaksis klausa berada diantara frase dan kalimat. Lebih tepatnya klausa berada di atas frase dan di bawah kalimat. Namun masih banyak pembelajar bahasa yang belum dapat membedakan antara frase, klausa dan kalimat karena kemiripannya (Chaer, 2007, hal. 231).



2.1.4 Definisi Kalimat

Kalimat adalah salah satu pembentuk sintaksis yang menyusun kata-kata sehingga menjadi teratur dan lengkap (Chaer, 2007, hal. 231). Menurut Niita (1997, hal. 11) kalimat adalah

文は、言語活動の基本的単位である。したがって、文は、そして、そのことによって、文の表す意味は、言語活動の単位にふさわしい構造的なあり方をしているはずである。

Terjemahan:

Kalimat adalah satuan dasar dari suatu aktifitas bahasa. Oleh karena itu, definisi yang menggambarkan kalimat dalam struktur bahasa adalah satuan aktifitas bahasa yang sesuai dengan strukturnya.

2.2 Teori Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994, hal. 2).

Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti, semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk menunjukan bidang studi yang mempelajari makna atu arti dari suatu tanda atau lambang. Namun istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah -istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan obyek yang lebih luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya.

Dalam analisis semantik harus juga disadari bahwa bahasa itu bersifat unik, dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat penggunanya, maka analisis semantik suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Misalnya, pada kata ikan dalam bahasa Indonesia mengarah kepada binatang yang hidup di dalam air dan juga dapat dimakan sebagai lauk. Dalam bahasa inggris ikan disebut dengan fish. Namun kata iwak dalam Bahasa Jawa bukan berarti ikan atau fish. Kata iwak dapat berarti lauk.

Menganalisis bahasa adalah hal yang sulit karena bahasa bersifat unik dan wadah penyampaian kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan. Selain itu apabila bahasa yang penuturnya terdiri dari kelompok-kelompok yang memiliki latar belakang budaya, pandangan hidup, status sosial dan agama yang berbeda, maka makna sebuah kata dapat menjadi berbeda.


2.3 Teori Kesetiakawanan Sosial

Dalam sebuah seminar bertema Kesetiakawanan Sosial Dalam Penanganan Bencana yang diadakan pada tahun 2009 Menteri Sosial RI, Dr. Salim Segaf Al Jufri menyatakan bahwa jika suatu bangsa khawatir dengan peristiwa bencana namun harus ada optimisme dan kesiapan karena setiap manusia memiliki nilai kesetiakawanan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kesetiakawanan adalah “perasaan bersatu, sependapat dan sekepentingan”, namun apabila ditambahkan dengan kata sosial artinya berubah menjadi “adanya solidaritas sosial, tenggang rasa yang sanggup merasakan perasaan sesamanya, ditunjukan dalam toleransi kepada orang lain serta bersedia mengulurkan tangan apabila diperlukan”.

Menurut Jufri (2009, hal. 3) pertama kesetiakawanan sosial muncul karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok baik kelompok kecil maupun besar. Manusia hidup saling tergantung satu dengan lainnya, adanya perasaan saling menyatu serta saling membutuhkan. Karena itu manusia mempunyai perasaan empati dan simpati.

Perasaan empati adalah perasaan yang mampu membaca dalamnya hati, pikiran, perasaan atau keseluruhan manusia sehingga menjadi dasar bagi manusia ketika melakukan sesuatu dan ketika melakukan tindakan sosial. Sifat empati ini bersifat searah, ditunjukkan kepada seseorang tanpa harus mengenal orang yang diberi bantuan terlebih dahulu. Sedangkan simpati adalah perasaan tenggang rasa antara dua orang yang saling mengenal satu sama lain sehingga menyebabkan kedua orang tersebut saling membantu atau mendukung. Kedua hal ini merupakan sumber utama terciptanya kesetiakawanan sosial. Sehingga setiap orang dapat menciptakan lingkungan hidup yang demokratis, adil, dan sejahtera.

Selain itu menurut Jufri (2009, hal. 3) dalam penanganan bencana yang paling utama adalah semangat untuk merasakan penderitaan dan tekad untuk saling berbagi. Dalam penanggulangan bencana rasa senasib dan sepenanggungan, saling setia kawan, saling tolong menolong, gotong royong adalah hal yang lebih penting daripada kesediaan sarana dan prasarana.

2.4 Konsep Omoiyari

Dalam psikologi sosial, konsep Jepang terhadap omoiyari telah diteliti dari segi altruism, simpati, empati dan perilaku prososial serta berbagai model kognitif dari perilaku prososial. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kazuya Hara yang berjudul “The Concept of Omoiyari (altruistic Sensitivity) in Japanese Relational Communication” ia merumuskan bahwa asumsi dasar dan karakteristik omoiyari dalam bidang semantik adalah doa, dorongan, bantuan dan dukungan.

Ketika orang Jepang merasakan kebaikan orang lain terhadap diri mereka dan melihat perasaan hangat, pikiran serta perilaku seseorang, mereka akan menghargai perasaan tersebut, perasaan inilah yang disebut omoiyari. Makna utama dari omoiyari adalah kepekaan seseorang untuk membayangkan perasaan dan urusan pribadi orang lain termasuk keadaan orang tersebut (Hara, 2006, hal. 24).

Menurut Hara (2006, hal. 27) kata omoiyari terdiri dari 2 kata yaitu omoi dan yari. Omoi berarti perhatian penuh terhadap orang lain dan Yari adalah bentuk kata benda dari kata kerja yaru, yang artinya adalah mengirimkan sesuatu untuk orang lain. Maka dari itu, secara harafiah kata omoiyari berarti mengirim perasaan altruistik seseorang kepada orang lain. Ootsuka (1991, hal. 10) juga berpendapat bahwa apabila seseorang ingin memahami tentang omoiyari maka orang itu juga harus memahami tentang rasa simpati.

Menurut Decety (2010, hal. 886-889) simpati adalah perasaan kebersamaan secara sosial hingga seseorang dapat merasakan perasaan orang lain, biasanya suatu perasaan sedih, di dalam dirinya sendiri. Contohnya saat kita mengetahui orang lain terkena bencana ataupun ada kerabat yang meninggal, kita dapat merasakan kesedihan yang sama.

Menurut Sakai (2005, hal. 145), omoiyari bukanlah sekedar mengetahui keadaan orang yang menderita saja, namun juga ikut merasakan penderitaan orang tersebut, karena dengan bersama-sama ikut merasakan penderitaan orang tersebut maka seseorang akan tergerak untuk membantu. Omoiyari adalah hubungan antara manusia terutama pada orang Jepang dalam memberikan kasih sayang antara manusia satu dengan manusia yang lainnya (Kaoru, 1995, hal. 3).

Dalam banyak survei dari opini masyarakat, orang Jepang telah mendaftarkan omoiyari sebagai salah satu konsep yang penting dalam budaya Jepang. Sehingga hal ini menandakan bahwa konsep omoiyari menjadi salah satu konsep yang mencerminkan sifat orang Jepang. Sehingga di Jepang sendiri kata omoiyari juga sering digunakan sebagai motto sekolah maupun kantor polisi.

Menurut Akanuma dalah Hara (2006, hal.27) meskipun omoiyari didasarkan atas perilaku dan aktivitas, konsep ini juga dapat terlihat di negara lain. Orang Jepanglah yang menempatkan nilai tertinggi omoiyari di seluruh dunia. Ahli-ahli dari luar Jepang juga tertarik oleh konsep omoiyari. Mereka menempatkan konsep omoiyari sebagai salah satu ide yang paling penting dalam nilai budaya Jepang dan komunikasi.

Menurut Kishimoto (2003, hal. 221) pesan omoiyari dapat disampaikan dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan memberikan hadiah, memuji, menyapa dan memperlihatkan senyuman.

Dalam psikologi sosial Kikuchi dalam Hara (2006, hal. 28) membagi omoiyari menjadi 4 karakteristik. Yang pertama adalah omoiyari sebagai perilaku prososial termasuk ide dari suatu tindakan untuk membantu orang lain. Kedua, omoiyari sebagai perilaku prososial yang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Ketiga, omoiyari sebagai perilaku prososial yang disertai pengorbanan dari diri sendiri. Yang terakhir adalah omoiyari sebagai perilaku prososial yang bersifat sukarela. Keempat hal ini menunjukkan bahwa omoiyari adalah suatu perilaku yang tidak terikat oleh rasa tanggung jawab terhadap orang lain namun bersedia untuk melakukan kegiatan prososial.

Sakai (2005, hal. 144) juga mengungkapkan bahwa omoiyari memiliki arti yang mirip dengan prosocial behavior dan altruistic behavior. Berikut adalah kutipannya

“「思いやり」は「向社会的行動(Prosocial behavior)」や「愛他行動(Altruistic behavior)」とほぼ同じ意味として考えられ、研究されてきた。したがって「思いやり」の定義には、「向社会的行動」や「愛他行動」の定義が用いられてきている”

Terjemahan:

Omoiyari memiliki arti yang hampir sama dengan Prosocial behaviour dan Altruistic behavior. Yang berarti dapat dikatakan definisi dari omoiyari adalah Prosocial behaviour dan Altruistic behavior.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, omoiyari terdiri dari aspek afektif yaitu altruism, simpati dan empati serta perilaku prososial. Kemudian Hara (2006, hal.30) membagi 4 area semantik dari omoiyari



Gambar 2.1 Bagan Karakteristik Omoiyari dalam Bidang Semantik

Area A dan B merupakan area intrapersonal dan mencakup aspek kognitif dan afektif seseorang. Area C mencakup interaksi yang berasal dari Area A dan D meliputi Area B. Area A dan C didasarkan atas perasaan simpati, sementara Area B dan D berdasarkan atas empati.

Area A adalah untuk menggambarkan situasi dimana seseorang sedang merasa khawatir tentang keadaan yang tidak diinginkan oleh orang lain dan berdoa agar keadaan itu dapat menjadi lebih baik . Perasaan pada daerah ini berdasarkan altruisme dan perasaan simpati. Sebaliknya dalam area B adalah keadaan dimana ketika seseorang memiliki pikiran untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang. Perasaan ini berdasarkan altruisme dan empati.

Area C dan D mencakup aspek kebiasaan dalam komunikasi dan aktifitas sosial. Dalam area ini, interaksi verbal dan non verbal ditukar dan bila diperlukan akan ditambahkan kebiasaan untuk membantu. Area C yang berasal dari perasaan psikologis Area A merupakan perilaku prososial yang berdasarkan altruisme dan simpati. Aktivitas seperti kebiasaan membantu seseorang atau kegiatan seorang relawan termasuk ke dalama area ini. Area D yang berasal dari perasaan psikologis area B juga berdasarkan pada altruisme dan empati termasuk situasi dalam mendukung keberhasilan seseorang atau berpartisipasi dalam kegiatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain.





Yüklə 24,61 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə