Eksplorasi cendawan endofit sebagai antagonis terhadap patogen hawar beluderu septobasidium



Yüklə 171,89 Kb.
tarix06.05.2018
ölçüsü171,89 Kb.
#41956

EKSPLORASI CENDAWAN ENDOFIT SEBAGAI ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN HAWAR BELUDERU (Septobasidium sp.)

EKSPLORATION of ENDOPHYTIC FUNGI as ANTAGONIST to VELVET BLIGHT PATHOGEN

(Septobasidium sp.)



Ratih rakasiwi (1), Iman suswanto (2), Sarbino (2)

Mahasiswi (1), Staf Pengajar Fakultas Pertanian

Universitas Tanjungpura(2)
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis cendawan endofit yang diisolasi dari jaringan batang lada dan kemampuan antagonis cendawan terhadap Septobasidium sp. Penelitian berlangsung selama empat bulan, mulai dari bulan Juni sampai September 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Cendawan diisolasi berdasarkan tiga kriteria batang lada yaitu tanaman sehat, terserang ringan dan terserang parah. Dari hasil isolasi diperoleh 14 jenis cendawan, 8 jenis merupakan cendawan endofit seperti Botryodiplodia sp., Aspergillus niger, Trichoderma harzianum, Fusarium Solani, Penicillium sp., Botryosphaeria sp., Mucor sp. dan Cunninghamella sp. sedangkan 6 jenis lainnya merupakan cendawan skunder pada tanaman lada. Cendawan endofit yang mempunyai kemampuan antagonis tinggi adalah Botryodiplodia sp. dengan besar kemampuan antagonis 64.26% ± 1,28 dan Trichoderma harzianum 57.87% ± 2,81.

Kata kunci : Antagonis, Cendawan Endofit, Septobasidium sp.
Abstract


This study’s aim to determine the types of endophytic fungi isolated from stems tissue of pepper and fungi antagonist ability against Septobasidium sp. The study carried out in four months, from June to September 2012 in the Laboratory of Plant Diseases Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura of Pontianak. The fungi were isolated based on three criteria of stems pepper, healthy plant, low infected and severe. The results obtained 14 species of isolated fungi, 8 species endophytic fungi are Botryodiplodia sp, Aspergillus niger, Trichoderma harzianum, Fusarium Solani, Penicillium sp., Botryosphaeria sp., Mucor sp., Cunninghamella sp. and the others 6 types are secondary fungi in pepper plants. Endophytic fungi that have high antagonistic ability were Botryodiplodia sp. 64.26% ± 1,28 and Trichoderma harzianum 57.87% ± 2,81.

Keywords: Antagonist, Endophytic Fungi, Septobasidium sp.


PENDAHULUAN

Lada merupakan salah satu tanaman rempah yang ada di Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri, dan konsumsi langsung, seperti bahan baku industri makanan siap saji, obat-obatan, kosmetik, dan lainnya (Setiyono, 2003). Adapun kendala dalam peningkatan produksi lada, selain faktor lingkungan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan salah satunya serangan penyakit yang ditemukan menyerang tanaman lada yaitu penyakit ganggang pirang atau disebut juga hawar beluderu penyebabnya adalah cendawan patogen Septobasidium sp. Di Kalimantan Barat penyakit hawar beluderu mulai dirasakan mengganggu tanaman lada petani sejak tahun 2002 (Erlanardianarismansyah, 2011).

Serangan penyakit ini mengakibatkan sebagian besar tanaman menjadi mati, gejala tanaman sakit berupa membusuk dan lepasnya cabang dimana tempat tumbuhnya bunga dan buah dan akhirnya tanaman lada tersebut akan mati. Pada tanaman yang sakit ditandai adanya lapisan miselium yang menutupi bagian tersebut. Penyakit hawar beluderu ini dapat menginfeksi tanaman mulai di pembibitan sampai tanaman usia produktif/dewasa, baik yang ditanam dengan menggunakan naungan maupun tanpa naungan (Suswanto, 2009).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis cendawan endofit dari batang tanaman lada dan kemampuan antagonis terhadap patogen Septobasidium sp.



BAHAN DAN METODE

Isolat cendawan patogen Septobasidium sp. yang digunakan merupakan koleksi dari Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, media PDA. Sebelum diuji isolat cendawan patogen diremajakan dan diperbanyak terlebih dahulu. Pengamatan terhadap jenis dan jumlah cendawan yang berhasil diisolasi dari batang lada, kemampuan antagonis terhadap Septobasidium sp. dari masing-masing cendawan yang berhasil diisolasi.



Pengambilan Sampel batang lada

Sampel berasal dari kebun lada Desa Pasir Palembang Kecamatan Mempawah Timur Kabupatan Pontianak yang diambil dari batang lada dengan tiga kriteria batang lada yang sehat, lada yang sakit akibat serangan patogen Septobasidium sp. dengan kriteria serangan ringan dan serangan parah.



Isolasi dan Identifikasi Cendawan

Batang lada dipotong dengan panjang 1,5 cm, kemudian dilakukan sterilisasi permukaan secara bertahap dengan merendamnya dalam larutan klorok 2%, aquades dan alkohol 70% masing-masing selama 2 menit untuk mematikan mikroba permukaan. Potongan batang lada tersebut direndam dalam aquades steril selama 2 menit dan dikeringkan dengan tisu steril. Batang lada dibelah menjadi dua bagian dan ditumbuhkan ke media agar (PDA) bagian permukaan batang lada yang dibelah harus menempel mengenai permukaan media. Penempatan batang lada dilakukan dalam masing-masing petri sesuai sampel. Pengamatan dilakukan pada hari ke dua setelah isolasi untuk melihat cendawan yang tumbuh. Cendawan yang digunakan untuk penelitian adalah cendawan yang tumbuh pada belahan bagian dalam batang lada.

Cendawan mulai tumbuh dimedia PDA pada hari ke dua setelah isolasi. Setiap hari tejadi penambahan jumlah isolat cendawan. Setiap cendawan yang tumbuh lansung dipindahkan ke media PDA baru untuk menghidari cendawan kontaminan. Pengamatan dihentikan apabila sudah tidak ada lagi cendawan yang tumbuh. semua cendawan yang diperoleh kemudian di identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis sesuai buku Soil and Seed Fungi Morfologi of Cultured Fungi and Key to Species (Watanabe, 2002) dan Illustrated Genera of Ascomycetes (Hanlin, 1989).



Uji Antagonis

Semua cendawan yang diperoleh dan telah diidentifikasi kemudian di uji kemampuan antagonis dengan patogen septobasidium sp. Pengujian secara in vitro dengan metode biakan ganda dilakukan dengan 3 kali ulangan. Pengujian menggunakan media PDA dalam cawan petri yang dibuat garis tengah dan diberi tanda pada salah satu jari-jari dengan jarak 3 cm dari pusat. Biakan cendawan antagonis dan patogen diinokulasikan pada waktu yang hampir bersamaan.

Biakan murni Septobasidium sp. diambil menggunakan cork borer, kemudian dengan menggunakan jarum inokulasi ditempatkan pada cawan petri yang telah berisi PDA (pada bagian tengah), terhadap cendawan antagonis, lalu diinokulasikan pada media PDA yang telah berisi Septobasidium sp. Pengamatan dilakukan dengan menghitung panjang jari-jari koloni patogen menuju cendawan antagonis dan yang ke arah cawan petri.


P A R1 R2

R1 R2


Perhitungan dimulai pada hari kedua setelah tanam dan pengukuran dilakukan setiap hari. Penempatan cendawan antagonis terhadap Septobasidium sp. dilakukan sesuai dengan gambar berikut:

Keterangan: A= Cendawan Antagonis

B= Cendawan Patogen
Penelitian ini bersifat deskriktif dengan metode survei. Pengamatan dilakukan pada jenis-jenis cendawan yang didapat dan telah berhasil diidentifikasi dan kemampuan antagonis dari masing-masing cendawan. Analisis dilakukan terhadap daya hambat cendawan menghambat pertumbuhan Septobasidium sp. Menurut (Eliza dkk, 2006). Perhitungan persentase daya hambat cendawan yang bersifat antibiosis menggunakan rumus:

P =

P = Persentase daya hambat

R1= Jari-jari patogen ke arah cawan petri (cm)

R2= Jari-jari patogen ke arah cendawan antagonis (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel diambil dari kebun lada Desa Pasir Palembang Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Pontianak. Cendawan diisolasi dari jaringan batang lada dengan tiga kriteria yaitu tanaman lada yang sehat, batang lada sakit dengan kriteria serangan ringan yaitu serangan yang ditimbulkan oleh cendawan patogen Septobasidium sp belum meluas hanya sekitar dua titik serangan. Pada kondisi tanaman kriteria sakit dengan serangan yang parah, dimana titik serangan yang ditimbulkan oleh cendawan patogen Septobasidium sp sudah meluas lebih dari dua titik serangan.



Keragaman Jenis Cendawan Endofit

Dari hasil isolasi jaringan batang lada semua kriteria dan dilakukan identifikasi diperoleh 14 jenis cendawan yaitu Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium solani, Cuninghamella sp., Aspergillus niger, Botryodiplodia sp., Botryosphaeria sp., Trichoderma harzianum, Curvularia sp., Paecilomyces persicinus, Acremonium sp., Colletotrichum sp., Botrytis sp. dan Phialophora sp. Keragaman jenis dan banyaknya jumlah isolat cendawan endofit pada batang lada sehat lebih tinggi dibandingkan pada batang lada sakit baik terserang ringan maupun parah.



Tabel 1. Jenis dan Jumlah Cendawan Dari Jaringan Batang Lada

No

Nama Cendawan

 

Asal Sampel Tanaman Lada

 

Sehat

 

Ringan

 

Parah

1

Mucor sp.




2




2




1

2

Penicillium sp.




1




1




1

3

Fusarium solani




1




1




1

4

Cuninghamella sp.




1




0




1

5

Aspergillus niger




2




0




0

6

Botryodiplodia sp.




1




0




0

7

Botryosphaeria sp.




1




0




0

8

Trichoderma harzianum




1




0




0

9

Curvularia sp.




0




1




1

10

Paecilomyces persicinus




0




2




0

11

Acremonium sp.




0




1




0

12

Colletotrichum sp.




0




0




2

13

Botrytis sp.




0




0




1

14

Phialophora sp.

 

0

 

0

 

1

 

Jumlah Isolat

 

10

 

8

 

9

Keragaman jenis cendawan endofit pada sampel tanaman lada sehat berjumlah 8 jenis yaitu Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium solani, Aspergillus niger, Cuninghamella sp., Trichoderma harzianum, Botryodiplodia sp. dan Botryosphaeria sp. dengan jumlah 10 isolat cendawan. Pada batang lada sakit serangan ringan, keragaman cendawan endofit yang diperoleh ada 3 jenis yaitu Mucor sp., Penicillium sp. dan Fusarium solani dengan jumlah 4 isolat cendawan sedangkan pada batang lada sakit serangan parah keragaman jenis cendawan endofit berjumlah 4 jenis yaitu Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium solani dan Cunninghamella sp. dengan jumlah 4 isolat cendawan.

Jenis cendawan yang diperoleh pada kriteria sampel batang lada sakit dengan serangan ringan maupun parah dan tidak ditemukan pada kriteria tanaman sehat seperti Paecilomyces persicinus, Curvularia sp., Acremonium sp., Colletotrichum sp., Botrytis sp., dan Phialophora sp. tidak termasuk cendawan endofit dan hanya merupakan cendawan skunder pada tanaman lada. Tanaman lada yang diserang patogen akan melakukan respon dengan mengeluarkan mekanisme pertahanan diri terhadap serangan patogen dan akhirnya terjadi keseimbangan akibat berbagai tekanan stress yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman.

Kondisi tanaman yang rusak (sakit) akibat serangan patogen Setobasidium sp. ini diduga akan memicu datangnya cendawan lain atau cendawan skunder pada tanaman lada. Dari beberapa jenis cendawan skunder ini kemungkinan ada yang bersifat sebagai patogen, non patogen dan saprofit. Menurut (Irmawan, 2007) cendawan dapat berasosiasi dengan penyakit pada tanaman inang yang terserang penyakit, asosiasi ini dapat menyebabkan cendawan menjadi patogenik pada tanaman tertentu. Untuk memastikan apakah cendawan bersifat patogen pada tanaman tentunya perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.

Kemampuan Antagonis Cendawan

Dari hasil pengamatan beberapa jenis cendawan endofit yang diperoleh dari batang lada sehat menunjukan kemampuan antagonis yang tinggi terhadap patogen Septobasidium sp yaitu cendawan Botryodiplodia sp. mempunyai kemampuan antagonis tertinggi sebesar 64.26% ± 1,28. Menurut (Begoude dkk, 2009) spesies cendawan ini memiliki distribusi yang sangat luas salah satunya dapat berperan sebagai endofit. Cendawan Aspergillus niger mempunyai kemampuan antagonis tertinggi kedua sebesar 62,26% ± 14,08. Menurut (Maria dkk, 2005) cendawan endofit dari genus Aspergillus dapat menghasilkan senyawa antibiotik yang bersifat antagonis dan dapat berperan dalam ketahanan tanaman.

Cendawan endofit Trichoderma harzianum mempunyai kemampuan antagonis 57.87% ± 2,8. Cendawan endofit Trichoderma sp. banyak digunakan sebagai agen biokontrol, aktifitas antifungal yang dihasilkan cendawan ini dapat digunakan untuk menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen. Mekanisme perlindungan tanaman oleh Trichoderma sp. tidak hanya melibatkan serangan terhadap patogen pengganggu, tetapi juga melibatkan produksi beberapa metabolit sekunder yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman serta memacu mekanisme pertahanan tanaman itu sendiri.

Tabel 2. Kemampuan Antagonis Cendawan Terhadap Septobasidium sp. (%)



No

Nama Cendawan

Asal

Kemampuan Antagonis

Sampel

1

Botryodiplodia sp.

Sehat

64,26 ± 1,28

2

Aspergillus niger

Sehat

62,26 ± 14,08

3

Trichoderma harzianum

Sehat

57,87 ± 2,81

4

Paecilomyces persicinus (1)

Ringan

53,33 ± 6,67

5

Botryosphaeria sp.

Sehat

45,95 ± 2,68

6

Penicillium sp.

Parah

44,23 ± 16,66

7

Botrytis sp.

Parah

42,59 ± 8,49

8

Mucor sp. (1)

Ringan

41,39 ± 4,90

9

Acremonium sp.

Ringan

41,34 ± 5,89

10

Fusarium solani

Sehat

41,23 ± 9,24

11

Curvularia sp.

Parah

40,52 ± 6,89

12

Aspergillus niger (2)

Sehat

39,95 ± 2,12

13

Mucor sp. (2)

Ringan

39,81 ± 4,01

14

Cunninghamella sp.

Parah

39,63 ± 8,34

15

Fusarium solani

Ringan

38,48 ± 16,17

16

Colletotrichum sp. (1)

Parah

37,34 ± 3,93

17

Penicillium sp.

Ringan

37,31 ± 8,41

18

Penicillium sp.

Sehat

37,26 ± 3,49

19

Phialophora sp.

Parah

37,18 ± 7,07

20

Curvularia sp.

Ringan

32,11 ± 4,35

21

Fusarium solani

Parah

30,48 ± 16,92

22

Paecilomyces persicinus (2)

Ringan

30,02 ± 1,06

23

Mucor sp. (1)

Sehat

29,44 ± 12,51

24

Mucor sp. (2)

Sehat

28,89 ± 10,18

25

Mucor sp.

Parah

25,75 ± 10,67

26

Colletotrichum sp. (2)

Parah

14,48 ± 9,46

27

Cunninghamellla sp.

Sehat

13,26 ± 13,65

Dalam uji antagonis cendawan terhadap patogen Septobasidium sp. yang dilakukan secara in vitro. Mekanisme penghambatan yang terjadi adalah antibiosis dan kompetisi. Cendawan yang menujukan meknisme pengahambatan secara antibiosis antara lain Curvularia sp., Colletotrichum sp., Asperglilus niger, Paecilomyces persicinus, Botryosphaeria sp., Cunninghamella sp., Acremonium sp., Phialophora sp., Fusarium solani, Penicillium sp., Botrytis sp. dan Botryodiplodia sp. dengan ditandai adanya zona yang menghambat pertumbuhan bagi cendawan patogen Septobasidium sp.

Cendawan endofit yang menunjukan mekanisme penghambatan secara kompetisi adalah cendawan Trichoderma harzianum dan Mucor sp. dimana pertumbuhan cendawan T.harzianum lebih cepat berkompetisi dengan lawanya Septobasidium sp. Pengamatan dihentikan pada hari keempat dan pada hari selanjutnya pertumbuhan miselium dari T. harzianum telah menutupi koloni patogen Septobasidium sp. dan media yang ada juga terpenuhi oleh pertumbuhan miselium cendawan T. harzianum. Menurut (Habazar dan Yaherwandi, 2006) mekanisme antagonis T. harzianum dapat berupa kompetisi, antibiosis, parasitisme, dan lisis.

Pertumbuha miselium cendawan jenis Mucor sp. yang tebal dan cepat berkembang sehingga media yang ada terpenuhi dan cendawan patogen juga tertutupi. Ini merupakan karakter dari cendawan Mucor sp. yang pertumbuhannya sangat cepat melebihi lawanya dengan memanfaatkan ruang (media) yang ada. Cendawan seperti ini juga dapat dikatakan berkompetisi. Kompetisi yang terjadi dapat berupa kompetisi media tempat hidup dan nutrisi. Menurut (Carrol, 1998) cendawan endofit bersifat menguntungkan jika mempunyai mekanisme antagonis terhadap patogen dan mempunyai kemampuan kompetisi.

Kecepatan Tumbuh Cendawan

Cendawan endofit dari tanaman lada sehat mulai tumbuh dimedia umumnya hari kedua setelah isolasi, yaitu Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium solani, Aspergillus niger, Botryodiplodia sp. dan Trichoderma harzianum. Salah satu faktor cepatnya pertumbuhan cendawan dimedia, diduga dipengaruhi keadaan yang sesuai dengan lingkungan asal cendawan didalam jaringan batang lada sehat yang memang tanpa ada gangguan biotik maupun perubahan kondisi tanaman inang akibat serangan patogen Septobasidium sp, sehingga cendawan dari tanaman sehat dapat mengekspresikan sepenuhnya kemampuan diri untuk beradaptasi ketika ditumbuhkan kedalam media baru.

Berbeda dengan cendawan pendatang dari sampel tanaman lada sakit. Ada beberapa jenis cendawan seperti Paecilomyces persicinus, Phialophora sp. dan Curvularia sp. tumbuh di media pada hari ketiga dan keempat setelah isolasi. Lamanya pertumbuhan dimedia dikarenakan cendawan yang berasal dari tanaman lada sakit tentunya akan menyesuaikan diri pada media baru yang memang berbeda dari lingkungan asalnya didalam jaringan batang lada yang ada kompetitor yaitu patogen Septobasidium sp dan kondisi tanaman lada yang sakit akibat serangan patogen, ini diduga akan berpengaruh terhadap cendawan yang hidup didalamnya.

Akan tetapi tidak sepenuhnya perbedaan tumbuh cendawan yang cepat ataupun lambat dipengaruhi oleh asal sampel tanaman diperoleh karena ada cendawan endofit yang berasal dari sampel tanaman lada sehat seperti Botryosphaeria sp. dan Cuninghamella sp. yang pertumbuhannya mulai pada hari ketiga dan sebaliknya ada beberapa jenis cendawan pendatang yang berasal dari tanaman lada sakit justru pertumbuhannya dimedia lebih cepat yaitu pada hari kedua seperti Curvularia sp., Acremonium sp., Colletotrichum sp. dan Botrytis sp. Perbedaan ini bisa berkaitan dengan karakteristik dari masing-masing cendawan yang berbeda meskipun ditumbuhkan dalam jenis media yang sama. Menurut (Achmad dan Sari, 2009) cepat dan terhambatnya pertumbuhan suatu cendawan dapat terjadi tergantung pada jenis dan karakteristik dari masing - masing cendawan tersebut.



Tabel 3. Jumlah Cendawan dan Waktu yang Diperlukan Untuk Tumbuh Dari Jaringan Batang Lada Pada Media Buatan

No

Nama Cendawan

Hari Ke- Setelah Isolasi

2

3

4




2

3

4




2

3

4

Sehat




Ringan




Parah

1

Mucor sp.

2

0

0




2

0

0




1

0

0

2

Penicillium sp.

1

0

0




1

0

0




1

0

0

3

Fusarium solani

1

0

0




1

0

0




1

0

0

4

Cuninghamella sp.

0

1

0




0

0

0




0

0

1

5

Aspergillus niger

2

0

0




0

0

0




0

0

0

6

Botryodiplodia sp.

1

0

0




0

0

0




0

0

0

7

Botryosphaeria sp.

0

1

0




0

0

0




0

0

0

8

Trichoderma harzianum

1

0

0




0

0

0




0

0

0

9

Curvularia sp.

0

0

0




1

0

0




0

1

0

10

Paecilomyces persicinus

0

0

0




0

1

1




0

0

0

11

Acremonium sp.

0

0

0




1

0

0




0

0

0

12

Colletotrichum sp.

0

0

0




0

0

0




2

0

0

13

Botrytis sp.

0

0

0




0

0

0




1

0

0

14

Phialophora sp.

0

0

0




0

0

0




0

1

0



Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan isolasi dari jaringan batang lada semua kriteria sampel diperoleh 14 jenis cendawan, 8 jenis cendawan endofit yaitu Aspergillus niger, Botryodiplodia sp, Botryosphaeria sp., Cuninghamella sp., Fusarium solani, Mucor sp., Penicillium sp. dan Trichoderma harzianum, sedangkan cendawan Paecilomyces persicinus, Curvularia sp., Colletotrichum sp., Acremonium sp., Botrytis sp. dan Phialophora sp. merupakan cendawan pendatang pada lada.

Cendawan endofit yang mempunyai kemampuan antagonis tertinggi terhadap patogen Septobasidium sp. yaitu cendawan Botriodiplodia sp. dengan kemampuan antagonis sebesar 64.26% ± 1,28, Aspergillus niger 62,26% ± 14,08. dan Trichoderma harzianum 57.87% ± 2,81.

Cendawan endofit dari batang lada sehat umunya tumbuh lebih cepat dibandingkan cendawan yang diperoleh dari batang lada kriteria serangan ringan maupun parah.



Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan uji hipovirulensi terhadap cendawan yang diperoleh untuk memastikan apakah cendawan tersebut bersifat sebagai patogen atau non patogen pada tanaman dan uji lanjutan untuk cendawan endofit yang mempunyai antagonis tinggi secara in vivo agar kemampuan cendawan bisa teruji dan dapat diaplikasikan.


DAFTAR PUSTAKA
Achmad., Sari, E.P. 2009. Pengaruh Media Terhadap Cendawan Fusarium Oxisforum. Buletin Ristri Vol. I (4). Institut Pertanian Bogor.
Carrol., G. C. 1988. Fungal Endophytes In Stems And Leaves. From Latent Pathogens To Mutualistyc Symbiont. Ecology 69: 2-9 (Depertement Of Biology. University. Eugene. Oregon . Usa.
Eliza, dkk. 2006 Karakter Fisiologis dan Peranan Antibiosis Bakteri Perakaran Garminae Terhadap Fusarium Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Pisang. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok - Aripan Km 8, Solok 27301. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680.
Erlanardianarismansyah. 2011. Penyakit Ngangang Pirang Pada Tanaman. http/blogspot. Diakses tanggal 27 Febuari 2012
Habazar.T, Yaherwandi (2006) Pengendalian Hayati Hama Dan Penyaki Tumbuhan. Universitas Andalas Press. Padang
Hanlin. R. T., 1989. Illustrated Genera of Ascomycetes (Second Printing) The American Phytopathological Society. St.Paul, Minnesota. USA
Irmawan. D. E. 2007. Kelimpahan Dan Keragaman Cendawan Endofit Pada Beberapa Varietas Padi Di Kuningan, Tasikmalaya Dan Subang, Jawa Barat. Program Studi Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanianinstitut Pertanian Bogor

Maria.G.L., Sridhar K.R, Raviraja N.S.2005. Antimicrobial and enzyme activity of mangrove endophytic fungi of southwest coast of India. Journal of Agricultural Technology ;1:67-80.



Purnama. S. dkk. 2012. Cendawan Endofit Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum). Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Serang Banten
Setiyono. R. T. 2003. Status Pemuliaan Tanaman Lada .Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Perkembangan Teknologi Tro Vol. Xv, No.2
Suswanto. I. 2009. Kajian Septobasidium sp Sebagai Penyebab Penyakit Busuk Cabang Lada (Piper nigrum L.). Buletin Agro Industri No 26. Kajian Septobasidium sp. Hal.14-25.
Watanabe. T. 2002. Soil and Seed Fungi Morfologi of Cultured Fungi and Key to Species (Second Edition). CRC PRESS. Boca Raton. Florida



Yüklə 171,89 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə