Hotel Ibis Cawang Jakarta



Yüklə 55,29 Kb.
Pdf görüntüsü
tarix11.04.2018
ölçüsü55,29 Kb.
#37748


Hotel Ibis Cawang - Jakarta

24 Februari 2017

Direktorat Litigasi Peraturan Perundang-undangan

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

FDP 15: 24-02-2017


1)

Putusan yang secara hukum membatalkan dan

menyatakan tidak berlaku (legally null and void);

2)

Putusan Konstitusional Bersyarat (conditionally 



constitutional);

3)

Putusan Inkonstitusional Bersyarat



(conditionally unconstitutional);

4)

Putusan yang pemberlakuannya ditunda (limited 



constitutional);

5)

Putusan yang merumuskan norma baru; dan



6)

Putusan yang melebihi apa yang dimohonkan

(ultra petita).

FDP 15: 24-02-2017





Pemohon:

Teguh Boediyana, dkk



Pasal yang dimohonkan:



Pasal 36C ayat (1) sepanjang frase “atau zona dalam suatu negara” :



“Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat

berasal dari suatu negara atau

zona dalam suatu negara

yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara

pemasukannya.”



Pasal 36C ayat (3) sepanjang kata “zona”:



“Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasal dari

zona

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain

harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimamksud pada ayat (2) juga harus terlebih dahulu:

a. dinyatakan bebas penyakit Hewan Menular di negara asal oleh otoritas veteriner negara asal sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan badan kesehatan hewan dunia dan diakui oleh Otoritas Veteriner Indonesia;

b. dilakukan penguatan sistem dan pelaksanaan surveilan di dalam negeri; dan;

c. ditetapkan

tempat pemasukan tertentu.”



Pasal 36D ayat (1) sepanjang kata “zona”:



“Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasal dari

zona

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36C

harus ditempatkan di pulau karantina sebagai instalasi karantina Hewan pengamanan maksimal untuk jangka

waktu tertentu.”



Pasal 36E ayat (1) sepanjang frase “atau zona dalam suatu negara”:



“Dalam hal tertentu, dengan tetap memerhatikan kepentingan nasional, dapat dilakukan pemasukan ternak

dan/atau produk hewan dari suatu negara

atau zona dalam suatu negara

yang telah memenuhi persyaratan

dan tata cara pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan.”

FDP 15: 24-02-2017




Legal Standing:

Para Pemohon adalah sebagai perorangan Warga Negara 

Indonesia

.



Pokok Permohonan

Bahwa pembentuk undang-undang mengabaikan Putusan



Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUU-VII/2009 tanggal 25

Agustus 2010, yang pada pokoknya menyatakan bahwa frasa

dan norma pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mengatur

mengenai sistem

zonasi


dalam

pemasukan

ternak

dan/atau


produk

hewan


dari

luar negeri adalah

inkonstitusional dan harus dinyatakan tidak memiliki kekuatan

mengikat


.

Bahwa pemberlakuan sistem zona dalam importasi ternak



ruminansia indukan, ternak maupun produk ternak

mengancam keamanan dan keselamatan manusia, hewan,

dan lingkungan termasuk sektor usaha para Pemohon

.

FDP 15: 24-02-2017






Pokok Permohonan

Bahwa menurut Para Pemohon pemberlakuan sistem zona



dapat menyebabkan munculnya wabah penyakit menular

yang berasal dari impor ternak, dan dapat berdampak pada

kerugian ekonomi, khususnya pada usaha peternak lokal.

Menurut para Pemohon aturan mengenai pulau karantina

dalam UU a quo tidak cukup efektif untuk melindungi negara

dari bahaya penyakit menular yang berasal dari ternak.

Menurut para Pemohon penerapan pemasukan ternak

dengan sistem negara (country based) dapat dilakukan dan

lebih aman daripada sistem zona

.



Singkatnya, pada pokoknya isu konstitusional yang menjadi

permasalahan dalam permohohan Para Pemohon adalah

mengenai konstitusionalitas penggunaan sistem “zona”

dalam pemasukan hewan ternak atau produk hewan ternak

dari luar negeri ke dalam wilayah negara Indonesia

.

FDP 15: 24-02-2017




Amar Putusan:



Mengabulkan Permohonan para Pemohon untuk sebagian

Menyatakan Pasal 36E ayat (1) Undang-Undang Nomor



41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomot 338, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5619)

bertentangan secara bersyarat

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat


sepanjang

tidak

dimaknai

sebagaimana

pertimbangan Mahkamah dalam putusan ini

;

Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan



selebihnya

.

FDP 15: 24-02-2017


Bahwa berdasarkan konsiderans menimbang huruf b dan

dituangkan pula kedalam rumusan norma UU a quo (vide Pasal

36B, Pasal 36C UU 41/2014), Mahkamah berpendapat bahwa

pembentuk

UU

telah



sungguh-sungguh

memperhatikan

pertimbangan hukum Mahkamah berkenaan dengan persyaratan

dan tata cara pemasukan ternak maupun produk hewan kedalam

wilayah NKRI sehingga

telah memenuhi prinsip keamanan

maksimum (maksimum security)

sebagaimana ditekankan ke

dalam pertimbangan hukum Putusan 137/PUU-VII/2009

.

Bahwa terdapat



perbedaan objek pengaturan

antara norma

yang telah diputus pada putusan sebelumnya. Objek pengaturan

Pasal 59 ayat (2) UU 18/2009 yaitu “produk hewan”, berbeda

dengan Pasal 36C dan 36D UU 41/2014 yang keduanya

menyebut “ternak ruminansia indukan”.

Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut, permohonan a

quo yang menjadikan persyaratan keamanan maksimum dalam

Putusan 137/PUU-VII/2009 sebagai landasan pokok dalam

dalilnya telah kehilangan landasan argumentasinya sehingga



permohonan para Pemohon tidak beralasan menurut hukum

.

FDP 15: 24-02-2017




Walaupun menurut Mahkamah norma-norma yang diajukan

Para

Pemohon


tidak

mempunyai

permasalahan

konstitusionalitas, namun dalam pelaksanaannya khususnya

terhadap produk hewan

Mahkamah perlu memberikan

penegasan

syarat pemasukan produk hewan

.



Bahwa



pemenuhan kebutuhan tersebut tidak boleh

mengingkari hak warga negara untuk mendapat perlindungan

dari segala jenis penyakit menular yang masuk wilayah NKRI

melalui kegiatan perdagangan internasional. Dalam hal ini

impor produk hewan sebagaiman dijamin Pasal 28H ayat (1)

UUD 1945. Oleh karena itu untuk menghindari masuknya

PMK,

setiap

impor

produk

hewan

yang

dibutuhkan

haruslah memiliki sertifikat bebas dari PMK dari otoritas

veteriner negara asal sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan badan kesehatan hewan dunia dan diakui oleh

otoritas veteriner Indonesia

.

FDP 15: 24-02-2017



Bahwa berdasarkan Pasal 36E UU a quo dan

Penjelasannya, syarat inilah yang mutlak harus

diterapkan dalam penggunaan sistim zona ketika

negara melakukan importasi produk hewan ke

dalam wilayah NKRI. Sehingga secara a contrario

harus dimaknai bahwa

tanpa terpenuhinya syarat

tersebut pemasukan produk hewan dari zona

dalam suatu negara atau dengan sistem zona ke

dalam wilayah NKRI adalah inkonstitusional

.

FDP 15: 24-02-2017




Bahwa menurut Mahkamah, ketentuan dalam UU a quo berkenaan

dengan persyaratan dan tata cara pemasukan ternak maupun produk

hewan ke dalam wilayah NKRI telah memenuhi prinsip keamanan

maksimum (maximum security) sebagaimana ditekankan dalam

pertimbangan hukum Putusan MK Nomor 137/PUU-VII/2009

.



Mahkamah memberikan penegasan syarat pemasukan Produk Hewan



dari zona dalam suatu Negara selain harus didasarkan pada prinsip

kehati-hatian, juga harus didasarkan pada:

ketentuan Pasal 36E ayat (1) UU a quo yang menyatakan “



Dalam hal

tertentu

, dengan tetap memerhatikan kepentingan nasional, dapat

dilakukan pemasukan ternak dan/atau produk hewan dari suatu

negara atau zona dalam suatu negara yang telah memenuhi

persyaratan dan tata cara pemasukan Ternak dan/atau Produk

Hewan.” dan

Penjelasan Pasal 36E ayat (1) UU a quo yang menyatakan “Yang



dimaksud dengan

"dalam hal tertentu" adalah keadaan mendesak,

antara lain, akibat bencana, saat masyarakat membutuhkan

pasokan Ternak dan/atau Produk Hewan

”,



sehingga harus dimaknai bahwa tanpa terpenuhinya syarat tersebut

pemasukan Produk Hewan dari zona dalam suatu negara atau

dengan sistem zona ke dalam wilayah NKRI adalah

inkonstitusional

.

FDP 15: 24-02-2017



Putusan MK ini memberikan penegasan khususnya terhadap syarat

pemasukan produk hewan dari zona dalam suatu negara yaitu harus dalam

hal tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 36E UU 41/2014 dan

Penjelasannya, maka Putusan MK ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

tidak mengubah atau memberikan tafsiran lain terhadap norma Pasal-



Pasal yang diuji, sehingga norma Pasal-Pasal tersebut tetap konstitusional

dan tetap berlaku.

tidak ada implikasi terhadap peraturan perundang-undangan yang



ditetapkan Pemerintah berdasarkan ketentuan Pasal-Pasal yang diuji

dalam UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 18

Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pemerintah ditegaskan untuk melakukan importasi produk hewan dari zona



dalam suatu negara hanya atas dasar

keadaan mendesak, antara lain,

akibat bencana, saat masyarakat membutuhkan pasokan.

Jika Pemerintah melakukan importasi produk hewan namun Negara tidak



dalam keadaan mendesak, maka importasi produk hewan tersebut menjadi

inkonstitusional.



FDP 15: 24-02-2017


Putusan MK Nomor 129/PUU-XIII/2015 bila

dilihat dari bunyi amar putusannya merupakan

putusan yang dikategorikan jenis putusan

inkonstitusional bersyarat.

Artinya sepanjang memenuhi syarat yang



ditentukan

sebagaimana

pertimbangan

hukum MK dalam putusan tersebut,

maka


Pasal 36E ayat (1) UU No. 41 Tahun 2014

tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945

dan berlaku mengikat.

FDP 15: 24-02-2017



1)

Putusan yang bersifat self executing.

Putusan yang membatalkan norma tertentu tertentu 

yang tidak mengganggu sistem norma yang ada 

sehingga tidak memerlukan pengaturan lebih lanjut.

Putusan MK tersebut baik yang menyatakan batal dan 

tidak berlaku lagi atau amarnya terdapat perumusan 

norma. Misalnya:

Putusan lain yang langsung dapat dilaksanakan 



adalah Putusan MK 013-022/PUU-IV/2006 yang 

membatalkan pasal penghinaan Presiden dalam 

KUHP yaitu pasal 134, 136 bis, dan 137, sehingga 

sejak putusan itu diucapkan maka tidak seorangpun 

yang dapat dipidana berdasarkan pasal-pasal 

te

rsebut.



FDP 15: 24-02-2017


2)

Putusan yang bersifat Non-self executing.

Putusan yang tidak dapat langsung/serta 

merta dilaksanakan karena dikarenakan 

putusan tersebut mempengaruhi norma-

norma lain dan memerlukan revisi atau 

pembentukan UU baru atau peraturan yang 

lebih operasional dalam pelaksanaannya 

(tidak dapat serta merta dilaksanakan 

karena akan terjadi kekosongan hukum)

FDP 15: 24-02-2017



Putusan MK Nomor 129/PUU-XIII/2015 tentang Pengujian UU 

Peternakan dan Kesehatan Hewan termasuk putusan yang 

tidak memerlukan tindak lanjut/revisi terhadap ketentuan a quo 

karena tidak ada perubahan/penafsiran pada norma pasal-

pasal yang diuji akibat Putusan MK ini;

Namun yang perlu diperhatikan Pemerintah adalah syarat yang 



ditekankan  dalam pertimbangan Putusan MK dan pengawasan

terhadap implementasi Putusan MK tersebut yaitu terhadap

proses importasi Produk Hewan yang berasal dari zona dalam 

suatu negara apakah sudah dilakukan atas dasar dalam 

keadaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36E 

ayat (1) UU 41/2014 dan Penjelasannya ataukah tidak; 

Pengawasan Pemerintah tersebut tetap dilakukan dengan



menerapkan prinsip kehati-hatian melalui penetapan regulasi

yang ketat (seperti keharusan memperoleh sertifikat dari

otoritas veteriner bagi Produk Hewan yang masuk ke wilayah

NKRI), maupun pengawasan di lapangan.



FDP 15: 24-02-2017


SEKIAN DAN TERIMA KASIH

FDP 15: 24-02-2017

Yüklə 55,29 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə