Jurusan psikologi universitas negeri semarang



Yüklə 102,13 Kb.
tarix18.07.2018
ölçüsü102,13 Kb.
#56331

TEORI KEUNIKAN INDIVIDU MENURUT GORDON ALLPORT


Disusun Oleh :



  1. Kurnia Galih Nastiti (1511414127)

  2. Ristya Fitriani (1511414133)

  3. Bakhrudin Adi Wijaya

  4. Fadhilla Shelya Y (1511414145)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


Biografi Gordon Allport

Gordon Allport lahir pada 11 November 1897, di Montezuma, Idiana, sebagai anak keempat dan anak bungsu laki-laki dari pasangan John E. Allport dan Nellie Wise Allport. Sejak dini Allport lebih suka membaca daripada bermain yang membuatnya memisahkan diri dari kehidupan sosial yang membentuk lingkaran aktivitasnya sendiri. Pada tahun 1915 Allport masuk ke Harvard mengikuti jejak kakaknya yang lulus 2 tahun sebelumnya dan merupakan asisten di jurusan psikologi.

Gordon Allport menekankan pada keunikan individual, ia yakin bahwa usaha untuk medeskripsikan manusia dalam bentuk sifat yang umum, merampas keunikan individu mereka. Ia bersikeras bahwa sifat keras kepala dari satu orang berbeda dengan orang lain. Gordon Allport menyebut kajian dengan individu sebagai ilmu pengetahuan morfologenik yaitu metode yang mengumpulkaan data dari satu individu. Gordon Allport lebih memilih teori yang luas dan komprehensif daripada teori yang sempit dan spesifik walaupun teori tersebut tidak menghasilkan banyak hipotesis yang dapat diuji coba.

Definisi kepribadian menurut Allport memiliki 3 unsur pokok:



  1. Istilah Dynamic organization dipakai merangkum dua pengertian; kepribadian terus-menerus berkembang dan berubah, dan di dalam diri individu ada pusat orgaisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian – menghubungkan satu dengan yang lainnya.

  2. Istilah Psychophysical menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik (yang dibuat oleh pengamat) tetap merupakan fenomena nyata yang merangkum elemen mental dan neural, disatukan kedalam unitas kepribadian.

  3. Istilah Determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu.



Pendekatan Gordon Allport terhadap Teori Kepribadian

Apa itu kepribadian?

Gagasan Allport mengenai definisi kepribadian yaitu organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Allport menyampaikan gagasan bahwa perilaku bersifat ekspresif dan adaptif. Manusia tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya, namun melakukan pula refleksi atas hal tersebut dan berinteraksi dalam cara-cara yang menyebabkan lingkungan berinteraksi dengan mereka. Semua manusia memberikan tanda atau ukiran khas mereka pada tiap kepribadian mereka, serta karakteristik perilaku dan pikiran mereka membuat mereka berbeda dengan yang lainnya.



Apakah Peranan Motivasi yang Disadari?

Dibanding pakar teori lainnya, Allport lebih menekankan pada pentingnya motivasi yang disadari (conscious motivation). Orang dewasa yang sehat biasanya sadar akan apa yang dilakukannya dan alasan mereka melakukannya. Penekanan Allport pada motivasi yang disadari bersumber dari pertemuannya dengan Freud di WIna dan reaksi emosionalnya pada pertanyaan Freud, “ Apakah anak laki-laki itu adalah Anda?” Respon Freud tersebut mempunyai implikasi bahwa pemuda 22 tahun yang mengunjunginya, secara tidak sadar berbicara mengenai obsesinya pada kebersihan dengan mengemukakan cerita mengenai anak laki-laki yang terlihat bersih di trem. Allport (1967) bersikeras bahwa mengenai motivasinya cukup disadari- ia hanya ingin mengetahui gagasan Freud mengenai suatu fobia yang terjadi pada anak laku-laki yang masih kecil tersebut.

Ketika Freud akan berasumsi terhadap arti terselubung yang bersifat tidak disaadari dari cerita anak laki-laki di atas trem, Allport lebih tertarik untuk menerima penilaian diri(selfrepot) dari tampilan luarnya. “Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa pada kedalaamn tersebut, psikologi, dengan segala nilainya, dapat masuk terlalu dalam dan bahwa psikologi akan menjadi baik apabila mengenali dulu semua motivasi yang terlihat sebelum masuk ke dalam ranah ketidaksadaran”m(Alpport, 1967, hlm. 8)

Akan tetapi, Allport (1961) tidak mengabaikan kehadiran atau pentingnya proses yang tidak disadari. Ia menyadari sebuah fajta bahwa seberapa motivasi didorong oleh impuls-impils yang tersembunyi dan dorongan-dorongan yang tersublimasi. Sebagai contoh, ia percaya bahwa perilaku yang paling kompulsif adalah pengulangan yang otomatis, biasanya merugikam diri, dan termotivasi oleh kecenderungan yang tidak disadari. Mereka biasanya berasal dari masa kecil dan mempertahankan nuansa kekanak-kanakan di dalam masa dewasa.



Apa Karakteristik Pribadi yang Sehat?

Jauh sebelum Abraham Maslow membuat konsep aktualisasi diri dikenal orang banyak, Gordon Allport (1937) telah membuat hipotesis mendalam mengenai atribut dari kepribadian yang matang. Minta Allport terhdap pribadi yang sehat secara psikologi dimulai tahun 1922, yaitu ketika mendapatkan gelar Ph.D. ketidakmampuannya dalam bidang matematika, biologi, kedokteran atau apapun manipulasi laboratorium, memaksa Allport (1967) untuk “mencari jalannya sendiri dalam ranah humanistik dan psikologi” (hal 8). Ranah tersebut mengarah kepada kajian atas kepribadian yang sehat secara psikologis.

Beberapa asumsi umum dibutuhkan untuk mengerti konsep Allport mengenai kepribadian yang matang . pertama, manusia yang matang secara psikologis karakteristik berupa peerilaku proaktif, yaitu mereka mampu bertindak secara sadar dlam lingkungannya melaui pendekatan-pendekatan yang baru dan inovatif, serta embuat lingkungan mereka memberikan respons terhadap mereka. Perilaku proaktif tidak hanya sekedar mengurangi tekanan, namun juga untuk membentuk tekananan baru.

Selain itu kepribadian yang matang lebih dapat termotivasi oleh proses sadar daripada kepribadian yang terganggu, yang membuat mereka lebih fleksibel dan mansiri diabnding pribadi yang tidak sehat, yang akan tetap terdominasi oleh motif-motif tidak sadar yang berasal dari pengalaman masa kecil mereka.

Pribadi yang sehat viasanya mempunyai masa kecil yang relatif tidak traumatis walaupun pada tahun-tahun berikutnya mereka dapat menghadapi konflik dan penderitaan.orang-orang yang sehat secara psikologis tidak terbebas dari kelemahan-kelemahan ataupun keanehan-keanehan yang membuat mereka unik. Selain itu, usia juga tidak diperlukan utuk kedewasaan, walaupun manusia yan sehat kelihatan menjadi lebih dewasa saat mereka bertambah umurnya.

Kemudian, aoa yang menjadi hal-hal spesifik yang dibutuhkan untuk kesehatan psikologis? Allport (1961) mrngidentifikasikan enak criteria kepribadian yang matang.

Kriteria pertama adalah perluasan perasaan diri. Pribadi yang matang terus mencari untuk dapat mengindentifikasikan diri dan berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Mereka tidak terpusay pada diri sendiri (Self-centered) serta mampu untuk terlibat dalam masalah dan aktivitas yang tidak terpusat pada diri mereka. Mereka mengembangkan minat yang tidak egosentris dalam pekerjaan, permainan, dan rekreasi. Minat atas kehidupan sosial (gamenschafttsgefuhl), keluarga, dan spiritual sangat penting bagi mereka. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan di luar diri mereka akan menjadi baian dari keberadaan seseorang. Allport (1961) merangkym kriteria pertama ini dengan mengatakan, “Semua orang mempunyai rasa cinta terhadap diri sendiri (self-love), namun hanya perluasan atas diri yang menjadi penanda kematangan pribadi (hal, 285)

Kedua, kepribadian yang matang memiliki karakter ebrupa “hubungan yang hangat dengan orang lain” (Allport, 1961, hlm, 285). Mereka mempunyai kapasitas untuk mencintai orang lain dengan cara-cara yang intim dan simpatik dengan orang lain. Tentu saja, hubungan yang hangat sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memperluas perasaan diri mereka. Hanya dengan melihat jauh ke depan, manusai dapat mencintai orang lain dengan cara yan dewasa, tanpa posesif maupun egois. Manusia yang sehat secara psikologis memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, serta menyadari bahwa kebutuhan, keinginan dan harapan orang lain merupakan sikap seksual yang sehat dan tidak memaksa orang lain untuk pemuasan pribadi mereka.

Kriteria ketiga adalah keamanan emosional atau penerimaan diri. Pribadi yang matang menerima diri mereka apa adanya, dan memiliki apa yang disebut Allport (1961) sebagai keseimbangan emosional. Manusia yang sehat secara psikologis tidak akan menjadi terlalu sedih apabila tterdapat hal-hal yang berjalan di luar rencana atau saat mereka hanya “mengalami hari yang buruk”. Mereka tidaka akan terus berkutat dengan gangguan-gangguan kecil, serta menyadari bahwa rasa frustasi dan ketidaknyamanan merupakan bagian dari hidup.

Keempat, manusia yang sehat secara psikologi juga memiliki persepsi yang realistis mengenai lingkungan di sekitarnya. Mereka tidak hisup di dalam dunia fantasia tau membelokan kenyataan agar sesuai dengan harapan emreka. Mereka berfokus pada masalah disbanding pada psibadi, dan lebih berinteraksi dengan dunia seperti yang dilihat oleh kebanyakan orang.

Kriteria kelima adalah insight dan humor. Pribadi yang matang mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengastribusikan kesalahan dan kelemahannya kepada orang lain. Mereka juga mempunyai selera humor yang tidak kasar, yang memberikan mereka kapasitas untuk menertawakan diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan untuk membuat orang lain tertawa. Allport (19610 yakni bahwa insight dan humor sangat berhubungan, serta mungkin merupakan aspek-aspek dari hal yang sama, yaitu pemahaman diri (Sel-objectication). Manusia yang sehat dapat melihat diri mereka dengan objektif. Mereka dapat melihat hal-hal yang absurd dan mustahil dalam kehidupan, serta tidak mempunyai kebutuhan untuk berpura-pura atau memakai topeng dalam kehidupan mereka.

Kriteria terkahir dalam kepribadian matang adalah filosofi kehidupan yang integral. Manusia yang sehat mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup mereka. Tanpa pandangan tersebut, insight mereka akan mejadi kosong dan gersang, serta akan memiliki humor yang dangkala dan sisnis. Filosofi kehidupan yang integral dapat berupa sesuatu yang bersifat religious ataupun tidak, tetapi dalam tahap personal, Allport (1854,1963) kelihatannya telah merasakan bahwa orientasi religius yang matang merupakan komposisi yang penting dalam kehidupan pribadi yang sangat matang. Walaupun banyak dari jemaat gerja yang mempunyai filosofi religius yang tidak matang serta prasangka rasial dan etnis sempit, orang-orang yang sangat religius relative terbebas dari prasangka seperti itu. Manusia dengan sikap religius yang matang dan filosofi kehidupan yang integral, mempunyai kesadaran yang berekmbang dengan baik dan kemungkinan besar memiliki hasrat untuk melayani orang lain.



Struktur Kepribadian

Struktur kepribadian merujuk pada komponen-komponen daasar atau elemen-elemennya. Bagi Freud, komponen dasarnya adalah insting; sedangkan Eysenck, komponen dasarnya adalah factor-faktor yang ditentukan secara sistematis. Menurut Allport, struktur terpenting adalah yang dapat dideskrupsikan orang tersebut dalam konteks karakteristik individual, yang disebut disposisi personal.



Sifat (trait)

Trait adalah presdiposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu struktur neuropsikik, membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif. Sifat terpenting dari trait:



  1. Nyata

  2. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen: mengandung pengertian bahwa trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulus memliki makna yang sama

  3. Menentukan tingkah laku

  4. Epirik, dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empirik.

  5. Kemandirian yang relatif

Trait umum

Adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial.



Disposisi Personal

Sepanjang kariernya, Allport sangat hati-hati dalam membedakan antara sifat umum (common traits) dan sifat individual. Sifat umum adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh banyak orang. Sifat tersebut dapat ditemukan dengan cara melakukan kajian analisis factor seperti yang dilakukan oleh Eysenck dan para penggagas teori lima faktor, atau melalui inventori kepribadian lainnya. Sifat umum memberikan gambaran atas cara hidup manusia yang ada dalam suatu budaya dan dapat dibandingkan satu sama lain.

Sementara sifat umu sangat penting untuk kajian perbandingan anatarmanusia, disposisi personal mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi karena membantu peneliti mempelajari seseorang. Allport (1961) mendefiniskan disposisi personal sebagai ”struktur neuropsikis umum (khas bagi individu) yang mempunyai kapasitas untuk memberikan respon terhadap banyak stimulus yang berfungsi ekuivalen, serta untuk memulai dan mengarahkan bentuk perilaku adaptif san ekspresif yang konsisten (setara)” memulai dan mengarahkan bentuk perilaku adaptif dan ekspresif yang konsisten (setara)” (hlm. 373). Perbedaan utama antara disposisi personal dan sifat umum diindikasikan dalam pernyataan khas bagi indivisu”. Disposisi personal bersifat individual; sedangkan sifat umum dimiliki oleh beberapa orang.

Untuk mengidentifikasi disposisi personal, Allport dan Henry Odbert (1936) menghitung hamper 18.000 (tepatnya 17953) kata yang mendeskripsikan pribadi manusia dalam Webster’s New International Dictionary tahun 1952, dan hampir seperempatnya mendeskripsikan karakteristik kepribadian. Beberapa dari istilah tersebut biasa dirujuk sebagai sifat, mendeskrupsikan karakteristik yang stabil, seperti “mudah bergaul” atau “introvert”; istilah lain biasanya merujuk kepada kondisi, yang mendeskripsikan karakteristik temporer, seperti “senang” atau “marah”; yang lainnya lagi mendeskripsikan karakteristik yang bersifat evaluative, seperti “tidak menyenangkan” atau “menakjubkan”; dan masih ada lagi yang merujuk pada karakteristik fisik, seperti “jangkung” atau “kegemukan”.

Seberapa banyak disposisi personal yang dimiliki individu? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab tanpa referensi dari taraf dominasi setiap disposisi personal dalam kehidupan individu tertentu. Apabila kita menghitung disposisi personal yang utama bagi seseorang, maka setiap oranng kemungkinan memiliki 20 atau kurang. Akan tetapi, apabila semua kecenderungan juga dimasukan, maka setiap orang mungkin mempunyai ratusan disposisi personal.

Tingkatan disposisi Pesonal

Allport menempatkan disposisi sebagai suatu kontinum dari yang paling utama sampai yang mempunyai tingkat kepentingan sekunder bagi orang tersebut.



1. Disposisi Pokok

Beberapa orang mempunyai karakteristik yang sangat kuat atau emosi yang kuat yang bersifat mengatur dan sangat menonjol, sehingga hal tersebut mendominasi hidup orang-orang tersebut. Allpor (1961) menyebut disposiis personal ini sebagai diposisi pokok. Disposisi ini sangat jelas terlihat sehingga tidak dapat disembunyijan; hamper setiap tindakan dalam kehudupan seseorang berkutat di sekiitar disposisi pokok. Kebanyakan orang tidak mempunyai disposisi pokok, namun beberapa orang yang memilikinya biasanya dikenal dengan karakteristik individual tersebut.

Allpotr mengidentifikasi beberapa orang dalam sejarah dan karakter fiksi yang mempunyai disposisi yang sangat menonjol, sehingga mereka nenberikan kata-kata baru dalam abhasa yang kita gunakan. Beberapa contoh disposisi utam, antara lain idealistis, heroic, narsisme, sadistis, seoran Don Juan, dan lain sebagainya. Oleh karena disposisi personal ini bersifat individual dan tidak dimiliki orang lain, hanya Don Quixote yang benar-benar idealistis, hanya Narcissus yang sepenuhnya nasisme;serta hanya Maquise De Sade yang mempunyai disposisi utama sadistis. Ketika nama-nama ini digunakan untuk mendeskripsikan orang lain, maka akan menjadi sifat umum.

2. Disposisi Sentral

Hanya sedikit orang yang mempunyai disposisi pokok, namu semua orang mempunyai beberapa disposisi sentral, yang mencakup 5-10 karakteristik paling menonjol di mana hidup seseorang terfokus di sekitarnya. Allport (1961) mendeskripsikan disposisi sentral sebagai hal-hal yang akan dicantumkan dalam surat rekomendasi yang ditulis oleh seseorang yang sangat mengenal individu yang dikirimi surat tersebut.

Dalam bagian berjudul Kajian tentang Individual, kita akan melihat rangkaian surat-surat yang ditujukan kepada Gordon dan Ada Allport, yang ditulisi oleh seseorang wanita yang mereka sebut Jenny. Isi dari surat-surat itu menjadi sumber yang kaya informasi mengenai penulisnya. Kita juga akan melihat tiga analisis berbeda dari surat-surat tersebut, yang mengungkapkan bahwa Jenny dapat didekripsikan oleh sekitar delapan disposisi sentral, yaitu karakteristik yang cukup kuat untuk dapat dideteksi oleh ketiga prosedur yang berbeda ini, Allport yakin bahwa seperti Jenny, kebanyakan orang mempunyai 5-10 disposisi sentarl yang akan disetujui oleh teman-teman dan kenalan dekat mereka sebagai sesuatu yang mendeskripsikan orang tersebut.

3. Disposisi sekunder

Disposisi sekunder tidak sejelas disposisi sentral, namun lebih banyak dalam kuantitas. Semua orang mempunyai disposisi sekunder yang tidak krusial bagi kepribadian, namun sering muncul dan bertanggung jawab atas perilaku spesifik seseorang.

Ketiga tingkatan disposisi personal ini, tentu saja merupakan batasan-batasan subjektif dalam skala berkelanjutan dari yang paling pantas hingga yang paling tidak pantas, disposisi pokok yang paling menonjol dalam diri seseorang menaungi disposisi sentarl, yang tidak rerlalu mendominasi, namun tetap menandai kekhasan orang tersebut. Disposisi sentral yang mengarahkan kebanyakan perilaku adaptif dan ekspresif seseorang, kemudian berbaur menjadi disposisi sekunder yang tidak terlalu mendeskripsikan orang tersebut. Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan bahwa disposisi sekunder seseorang tidak lebih mendalam daripada disposisi sentral orang lain. Perbandingan antarpribadi tidak sepantasnya digunakan untuk membandingkan disposisi personal, dan usaha-usaha apa pun dalam melakukan perbandingan tersebut akan mengubah disposisi personal menjadi sifat umum (Allport, 1961)

4. Disposisi Motivasi dan Ekspresif

Semua disposisi personal merupakan sesuatu yang dinamais, yaitu memiliki kekuatan motivasi. Akan tetapi, beberapa disposisi akan lebih terasa daripada yang lainnya, dan Allport menyebut disposisi yang dialami dengan sangat kuat sebagai disposisi motivasi. Disposisi yang terasa sangat kuat ini mendapatkan motivasinya dari kebutuhan dan dorongan dasar. Allport (1961) merujuk pada disposisi personal yang dialami tidak terlalu kuat sebagai disposisi ekspresif walaupun disposisi tersebut juga mempunyai kekuatan motivasi. Disposisi ekspresif mengarahkan tindakan, disposisi motivasi memunculkan tindakan. Contoh dari disposisi ekspresif adalah penampilan seseorang yang rapid an sempurna. Orang termotivasi untuk berpakaian karena kebutuhan dasar untuk mempertahankan kehangatan, namun cara kita berpakaian ditentukan oleh disposisi personal yang bersifat ekspresif. Disposisi motivasi memilliki kemiripan dengan konsep Maslow mengenai perilaku coping, sementara disposisi ekspresif memiliki kemiripan dengan gagasan Maslow mengenai perilaku ekspresif.

Tidak seperti Maslow yang memberikan batasan yang jelas anatara perilaku coping dan ekspresif, Allport tidak meihta perbedaan yang jelas antara disposisi motivasi dan disposisi ekspresif. Walaupun beberapa disposisi merupakan disposisi ekspresif, ternyata yang lainnya termasuk disposisi motivasi karena berdasarkan pada kebutuhan yang terassa sangat kuat. Sebagai contoh, kesopanan merupakan disposisi ekspresif, sementara makan cenderung disposisi motivasi. Bagaimana seseorang makan (gaya mereka), sebagaian bergantung pada tingkat kelaparan mereka, serta kekuatan dari disposisi ekspresif mereka. Seseorang biasanya sopan, namun ketika sangat lapar, dapat mengesampingkan tata karma ketika makan sendirian. Akan tetapi, jika kehadiran orang lain dan disposisi kesopanan cukup kuat, maka orang tersebut akan makan dengan menggunakan etika dan kesopanan walaupun sedang kelaparan.

Proprium

Proprium adalah aspek kepribadian yang disebut dengan nama lain self atau ego. Poprium adalah sesuatu yang kita fikirkan sebagai bagian yang hangat, sentral, dan privat dari kehidupan kita sehingga menjadi inti dari kehidupan. Pengertian poprium ini mencakup semua aspek epribadian yang menimbulkan kehidupan emosional individu menjadi berbeda-beda, membuat kehidupan diri menjadi terpisah dari orang lain, dan menciptakan untas dari sikap, persepsi, dan tujuan hidup seseorang. Allport memakai kata proprium yang lebih mudah difahami sebagai sifat atau fungsi kepribadian secara umum. Namun tidak semua sifat kepribadian terwakili dalam proprium, karena sifat-sifat yang tidak akrab dan tidak menjadi pusat tingkahlaku tidak termasuk proprium. Kebiasaan, ketrampilan, kerangka pandangan, nilai-nilai kultural dan hal-hal faktual yang kurang penting dalam mengorganisir sifat-sifat dirri yang unik berada di lapisan permukaan kepribadian. Ada delapan aspek poprium yang kemudian berkembang bertahap mulai bayi sampai dewasa, sebagai berikut:

Usia 0-3 tahun, berkembang 3 aspek proprium:


  1. Aspek diri fisik; muncul kesadaran tentang fisik, “ini tanganku, ini jariku”, yang tampak dari usaha untuk memanipulasinya secara sengaja.

  2. Aspek identitas diri yang berkesinambungan; anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah-berkembang. Ditandai dengan mengenal “nama diri” sebagai identitas utama.

  3. Aspek bangga diri; mengembangkan perasaan bangga dengan keampuan diri sendiri; anak berjuang menjadi awal atau penyebab dari sesuatu, permainan membangun atau merusak, eksplorasi terhadap lingkungan.

Usia 4-6 tahun, muncul dua aspek proprium:

  1. Aspek perluasan diri, anak mulai menyadari keberadaan objek dan orang lain dan mengidentifikasi obyek-obyek yang menjadi bagian milik mereka. Anak mulai berbicara tentang “mainanku, ayahku, sekolahku”, dll.

  2. Aspek gambbaran diri; mencakup pandangan aktual dan ideal mengenai diri sendiri, bagaimana anak memandang diri sendiri dan harapannya mengenai bagaimana seharusnya dirinya. Pandangan aktual dan ideal ini berkembang melalui interaksi dengan orang tuanya, yang membuat anak menjadi sadar mengenai apa yang menjadi harapannya dan tingkahlaku yang memenuhi harapan dan memberi kepuasan.

Usia 6-12 tahun:

  1. Aspek penguasaan rasional; muncul sesudah anak menyadari dia memiliki kemampuan berfikir rasional yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Anak menyadari dirinya dapat menangani maslaah secara rasional dan logis.

Usia remaja:

  1. Aspek berusaha memiliki; yang mencakup tujuan jangka pajang. Ini menjadi tahap akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang. Pandangannya mengarah ke masa depan, dan untuk itu dia menyusun rencana-rencana. Menurut Allport, baru ketika orang membuat rencana berjangka panjang, bangunan self menjadi lengkap.

Usia dewasa:

  1. Diri sebagai si tahu; totalitas dari semua 7 aspek yang terdaulu, kesadaran tenatang diri sendiri.

Motivasi

Dua ciri motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan dan rencana dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama-tama adalah makhluk sadar dan rasional, yang berbuat berdasarkan apa yang diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu.

Allport meyakini bahwa kebanyakan orang termotivasi oleh dorongan yang dirasakannya daripada kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, serta menyadari apa yang mereka lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka melakukannya. Allport juga menyatakan bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antar motif sekunder (peripheral motives) dan usaha kuat yang bersifat sentral (propriate strivings). Motif sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar tekanan, sementara usaha kuat yang bersifat sentaral adalah untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi disekulibrium. Perilaku orang dewasa bersifat reaktif maupun proaktif, dan sebuah teori motivasi yang adekuat harus dapat menjelaskannya.

Teori Motivasi

Allport percaya bahwa teori kepribadian yang emmiliki kegunaan, berlandaskan pada asumsi bahwa manusia tidak hanya berekasi terhadap lingkugannya, tetapi membentuk system yang berkembang, yang memperkenankan elemen-elemen baru untuk masuk dan mengubah orang tersebut.

Allport percaya bahwa banyak teori kepribadian terdahulu yang tidak memperbolehkan adanya suatu kemungkinan untuk berkembang. Psikoanalisis dan beragam teori belajar pada dasarnya merupakan teori yang bersifat homeostatis atau reaktif, karena berpandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi oleh kebituhan untuk menurunkan tekanan dan untuk kembali pada kondisi ekuilibrium.

Allport beranggapan bahwa teori kepribadian yang adekuat harus memperbolehkan adanya perilaku proaktif. Teori tersebut harus dapat memahami bahwa manusia bertindak secara sadar dalam lingkungannya, dalam cara-cara yang mengakomodasi pertumbuhan menuju kesehatan psikologis. Teori yang komprehensif tidak hanya memasukan penjelasan mengenai teori reaktif, namun harus juga memasukan teori proaktif yang menekankan perubahan dan pertumbuhan. Dengan perkataan lain, Allport menggagas suatu bentuk psikologi yang pada suatu sisi mempelajari pola umum dari perilakudan hokum-hukum yang umum (inti pembahasan psikologi tradisional), dan pada sisi lain, mempelajari pertumbuhan dan indiviualitass.

Allport berpendirian bahwa teori mengenai motif tidak berubah, tidak cukup lengkap karena hanya membatasi pembahasan perilaku reaktif. Akan tetapi, pribadi yang matang tidak hanya termotivasi untuk mencari kesenanga dan mengurangi rasa sakit, melainkan untuk mendapatkan sistem-sistem baru dari motivasi yang secara fungsional tidak bergantung pada motif awal.

Otonomi Fungsional

Konsep otonomi fungsional (functionally autonomy) merepresentasikan gagasan Allport yang paling berbeda dan paling konvensional. Konsep ini merupakan penjelasan Allport (1961) mengenai banyak motif manusia yang kelihatannya tidak dijelaskan oleh prinsip-prinsip hedonise dan reduks-dorongan (drive-reduction). Otonomi fungsional mempresentasikan sebuah teori mengenai perubahan dan merupakan pencapaian tertinggi dari ide-ide Allport mengenai motivasi.

Otonomi fungsional memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai siste kontemporer, berkembang dari sistem antesden tetapi secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu. Suatu aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi akhir atau tujuan dari tingkah laku itu sendir. Menurut Allport ada dua tingkat otonomi fungsional:


  1. Otonomi fungsonal terbiasa (perseverative functional autonomy), seperti adiksi, perbuatan yang diulang-ulang, dan hal yang rutin. Perseverasi adalah kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya.

  2. Otonomi fungsional propriate (propriate functional autonomy), seperti minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen, tujuan, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup.

Secara umum, konsep otonomi fungsional memiliki pandangan beberapa, namun tidak semua, motif yang dimiliki manusia tidak bergantung secara fungsional pada motof awal yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Apabila suatu motif otonom secara fungsional, maka motif tersebut menjadi penjelasan dari suatu perilaku, dan seseorang tidak perlu mencari lebih jauh peneyabab-penyebab lain yang lebih utama atau tersembunyi. Dengan perkataan lain, apabila mengumpulkan uang merupakan motif otonomom secara fungsional, maka perilaku seseorang yang pelit tidak akan terlacak sampai pengalaman msa kecilnya dengan menggunakan toilet (toilet training) atau dengan penghargaan dan hukuman. Orang pelit hanya menyukai uang, dan hanya penjelasan inilah yang diperlukan. Gagasan bahwa perilaku manusia didasari oleh keinginan-keinginan masa kini dan pilihan-pilihan yang disadari, selaras dengan keyakinan umum dari kebanyakan orang yang berpandangan bahwa mereka melakukan sesuatu hanya karena mereka menyukainya.

Otonom fungsional adalah reaksi yang Allport sebut sebagai teori dari motif yang tidak berubah, seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis reduksi-dorongan dari psikologi stimulus-respon. Allport beranggapan bahwa kedua teori terfokus pada fakta fungsional. Ia percaya bahwa motif orang dewasa dibangun berlandaskan sistem kontemporer, kesadaran, dan mempertahankan diri (self-sustaining). Otonomi fungsional mempersentasikan usaha Allport untuk mejelaskan sesuatu yang sadar, motivasi kontemporer yang mempertahankan diri.



Ia mengakui bahwa beberapa motivasi manusia bersifat tidak sadar dan beberapa yang lainnya adalah hasil reduksi-dorongan, sehingga teori dari motif yang tidak berubah tidak cukup adekuat karena beberapa perilaku otonom secara fungsional. Allport membuat empat persyaratan untuk teori motivasi yang adekuat. Tentu saja, otonomi fungsional, memenuhi setiap kriteria.

  1. Teori motivasi yanga dekuat “akan mengakui sifat kontemporer dari suatu motif”. Dengan perkataan lain, “Apa pun yang menggerakan kita, harus bergerak saat ini” (Allport, 1961, hlm.220). Oleh karena itu masa lalu tidak penting. Sejarah dari seseorang hanya signifikan atau penting hanya apabila ia mempunyai dampak pada motivasi masa kini.



  1. Akan menjadi teoti yang bersifat majemuk-memberi tempat pada tipe-tipe motivasi yang beragam” (Allport, 1961, hlm 221). Pada kriteria ini, Allport sangat mengkritik Freud dengan teori dua instingnya, Adler dengan konsep usaha yang kuat dalam mencapai sukses, serta semua teori yang menekankan aktualisasi diri dan motif utama. Allport dengan tegas menentang pandangan yang bermaksud mereduksi semua motivasi manusia kepada satu dorongan utama. Ia beranggapan bahwa secara mendasar, motivasi orang dewasa berbeda dengan motivasi anak-anak dan motivasi individu neurotik tidak sama dengan motivasi individu normal. Selain itu, beberapa motivasi bersifat sadar, yang lainnya tidak sadar; beberapa tidak terlihat, yang lainnya berulang-ulang; beberpa bersifat sekunder, yang lainnya sentral; dan beberapa mereduksi dorongan, sementara yang lainnya mempertahankan . motif yang berbeda sesungguhnya memang berbeda, tidak hanya dalam bentuk tetapi juga substansi.



  1. “Memberi atribusi pada dorongan yang dinamis untuk proses kognitif- misalnya, untuk berencana dan berinterensi” (Allport, 1961, hlm. 222). Allport berargumen bahwa kebanyak manusia sibuk menjalani hidup mereka untuk masa depan, namun banyak teori psikologi yang “sibuk melacak kehidupan dedngan melihat ke masa lalu. Dan sementara kita melihat bahwa diri kita aktif secara spontan, banyak psikolog yang menyatakan bahwa kita hanya bersifat reaktif” (hlm.206). Walaupu intense juga terlibat dalam setiap motivasi, persyaratan ketiga ini merujuk pada intense jangka panjang. Seorang gadis menolak tawaran menonton film karena lebih memilih belajar anatomi. Pilihan tersebut konsisten dengan tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik di kelasnya, dan berhubungan dengan rencananya untuk masuk ke sekolah kedokteran yang penting untuk memenuhi intensinya menjadi seorang dokter. Kehidupan dari manusia dewasa yang sehat berorientasi pada masa depan, meliputi pilihan, tujuan, rencana dan intense. Proses-prose ini tentu saja, tidak selalu sepenuhnya rasional, misalnya saat manusia membiarkan kemarahan mereka untuk mendominasi rencana dan intense mereka.



  1. Teori motivasi yang adekuat adalah teori yang “memberikan tempat pada kekhasan yang konkret dari motif-motif” (Allport, 1961,hlm. 225). Motif yang konkret dan khas yang berbeda dengan motif yang abstrak dan umum. Motif yang abstak dan umum mempunyai dasar teori yang telah ada sebelumnya daripada motivasi aktual seseorang. Contoh dari motif tersebut terdapat pada diri Derrick, yang sangat berminat meningkatkan kemampuan bermain bowling. Motif yang dimiliki Derrick, yang sangat berminat meningkatkan kemampuan bowling. Motif yang dimiliki Derrick sangat konkret dan caranya meningkatkan kemampuan merupakan sesuatu yang khas bagi dirinya. Beberapa teori motivasi akan menjelaskan perilaku Derrick pada kebutuhan agresif, dorongan seksual yang tertahan, maupun dorongan sekunder yang dipelajari dengan dasar dorongan primer. Allport hanya akan menjelaskan bahwa Derrick ingin meningkatkan kemampuan bermain bowling karena ingin meningkatkan kemampuannya. Hal ini merupakan motif milik Derrick yang khas, konket, dan otonom secara fungsional.

Kesimpulannya, motif otonom secara fungsional bersifat kontemporer dan dapat mempertahankan dirinya sendiri; muncul dari motif yang telah ada sebelumnya, namun secara fungsi tidak bergantung pada motif sebelumnya tersebut. Allport (1961) mendefinisikan otonom fungsional sebagai “Setiap sistem motivasi yang diperoleh ketika terdapat tekanan di dalamnya, tidak sama dengan tekanan terdahulu pada sistem yang dapat berkembang” (hlm. 229). Dengan perkataan lain, motif seseorang dapat berkembang menjadi sesuatu yang baru, yang berkelanjutan secara historis dengan motif terdahulu, namun otonom secara fungsional. Sebagai contoh seseorang dapat saja menanam suatu taman untuk memuaskan dorongan rasa laparnya, namun akhirnya menjadi berminat bercocok tanam di taman demi kepentingannya sendiri.

Otonom Fungsional yang Bersifat Memelihara

Tingkatan yang paling dasar dari dua tingkatan otonom fungsional adalah otonomi fungsional yang bersifat memelihara (perserative functional autonomy). Allport meminjam istilah ini dari kata “pemelihara” (preservation) yang merupakan kecenderungan atas suatu impresi untuk meninggalkan pengaruh pada pengalaman selanjutnya. Otonomi fungsional ini ditemukan pada hewan dan manusia, serta didasari oleh prinsip neurologis yang sederhana. Sebagai conroh, saat seeokor tikus belajar berlari di sebuah labirin untuk mendapatkan makanan, namun terus berlari, bahkan setelah tikus itu merasa puas. Mengapa tikus itu berlari? Menurut Allport tikus it uterus berlari karena senang melakukan hal tersebut.

Allport (1961) memberikan contoh lain yang terdapat pada manusia. Contoh pertama adalah ketergantungan minuman beralkohol, rokok, dan obat-obatan lainnya saat tidak ada kebutuhan fisiologis untuk hal-hal tersebut. Pecandu alcohol terus minum-minuman beralkohol walaupun motivasi saat ini, secara fungsional tidak tergantung lagi dengan motif awal mereka .

Contoh lainnya adalah mengenai tugas yang belum selesai. Suatu masalah yang baru terjadi, kemudian mendapat gangguan sebelum dapat diselesaikan, akan menghasilkan tekanan baru untuk menyelesaikannya. Tekanan baru ini akan berbeda dengan motivasi awal. Sebagai contoh, seorang mahasiswa ditawarkan bayaran 10 sen untuk setiap potongan puzzle sehingga motivasinya hanyalah untuk uang. Selain itu, diasumsikan bahwa imabalan keuangannya juga terbatas samapi $45, sehingga ia akan mendapat imbalan terbanyak setelah berhasil menyusul 450 potongan. Apakah mahasiswa itu akan menyelesaikan 50 yang tersisa tanpa adanya imbalan uang? Apabila iya, berarti tekanan baru telah terbentuk, dan motif untuk menyelesaikan tugas ini berfungsi secaar otonom dari motif awalnya.



Otonomi Fungsional yang Bersifat Sentral

Sistem utama motivasi yang mendiskusikan mengenai keutuhan pada kepribadian adalah otonomi fungsional yang bersifat sentral (propriate functional autonomy), yang merujuk pada motif yang terus bertahan dan berhubungan dengan proparium. Potongan puzzle dan alkohol jarang sekali diakui “khusus milik saya”. Kedua hal tersebut bukanlah bagian dari proparium dan hanya hadir dalam bagian perifer suatu kepribadian. Sementara itu, pekerjaan, hobi dan minat lebih dekat dengan inti kepribadian dan banyak dari motivasi yang berkaitan dengan ketiga hal tersebut menjadi otonom secara fungsional. Sebagai contoh, seorang wanita mungkin menerima suatu pekerjaan karena membutuhkan uang. Awalnya pekerjaan tersebut tidak menarik dan bahkan sangat tidak menyenangkan. Akan tetapi, setelah beberapa tahun, ia mulai mengembangkan suatu minat yang mendalamm terhadap pekerjaan tersebut dan bahkan, mungkin dapat mengembangkan suatu hobi yang berhubungan erat dengan pekerjaannya.



Kriteria Otonomi Fungsional

Secara umum, motivasi yang ada saat ini bersifat otonom secara fungsional sampai motivasi tersebut muali mencari tujuan baru, yang berarti suatu perilaku akan terus terjadi, bahkan saat motivasi atas perilaku tersebut berubah. Sebagai contoh, seorang anak pertama kali belajar berjalan karena termotivasi oleh dorongan untuk berkembang, namun selanjutnya ia akan berjalan untuk meningkatkan mobilitas dan membangun kepercayaan dirinya. Serupa dengan hal tersebut, seorang ilmuan yang awalnya berdedikasi mencaria alasan-alasan untuk masalah yang sulit, mungkin akan lebih mendapatkan kepuasaan dari pencariannya daripada jawaban yang didaptkannya. Pada titik tersebut, motivasinya secara fungsional akan mencari independen dari motivasi awalnya untuk mencari jawaban. Bahkan, ilmuan tersebut mungkin akan mencari ranah lain yang dapat dipertanyakan walaupun ranah tersebut berebeda dengan ranah sebelumnya. Masalah-masalah baru akan mengarahkannya untuk mendapatkan tujuan-yujuan baru dan mencapai impian yang lebih tinggi.



Proses-proses yang tidak Otonomi Secara Fungsional

Otonomi fungsional bukanlah pejelasan dari semua motivasi manusia. Allport (1961) menyebutkan delapan proses yang tidak otonom secara fungsional: (1) dorongan biologis, seperti makan, bernapas dan tidur; (2) motif yang berkaitan langsung dengan reduksi dorongan dasar; (3) tidakan reflex seperti mengedipkan mata; (4) bagian-bagian dari struktur manusia, seperti fisik, intelegensi, dan temperamen; (5) kebiasaan yang sedang dalam proses pembentukan; (6) pola perilaku yang memerlukan penguatan primer; (7) produk sublimasi yang terkait dengan keinginan sosial masa kecil; (8) gejala neurotic atau patologi.

Kedelapan proses tersebut dapat melibatkan motif yang otonom secara fungsional ataupun tidak. Sebagai contoh dari gejala kompulsif yang tidak otonom secara fungsional, Allport (1961) memberikan kasus dari seorang gadis yang berusia 12 tahun yang mempunyai suatu kebiasaan yang mengganggu, yaitu membuat bunyi yang mengecap dengan bibirnya beberapa kali dalam semenit. Kebiasaan tersebut mulai terbentuk 8 tahun yang lalu, sejak ibunya memberitahunya bahwa apa yang dihirup merupakan udara bersih dan apa yang dikeluarkan merupakan udara kotor karena telah menghembuskannya keluar, ia memutuskan untuk member ciuman agar udaranya menjadi bersih kembali. Perilaku ini tidak autonom secara fungsional, namun hasil dari kebutuhan kompulsif untuk mencegah udara bersih berubah menjadi udara kotor.

Allport memberikan slah satu kriteria yang membedakan anatara perilaku kompulsif yang otonom secara fungsional dan yang bukan. Sebagai contoh, perilaku kompulsif yang dapat dihilangkan melalui terpai atau modofikasi perilaku, tidak otonom secara fungsional, sementara perialaku-perilaku yang sangat resisten terhadap terapi berarti bertahan dan otonom secara fungsional. Saat terapi tersebut membuat gadis itu meenemukan alasan mengenai kebiasaannya, ia mampu berhenti membunyikan bibirnya. Di sisi lain beberapa gejala patologi lain mungkin memberikan gaya hidup kontemporer dan otonom secara fungsional dari pengalaman terdahulu yang memulai patologi itu sendiri. Sebagai contoh, seorang anak kedua yang berusaha untuk mengalahkan kakak laki-lakinya, mungkin akan menjalani kehidupan yang kompulsif, suatu kehidupan yang ditandai oleh usaha kuat yang tidak disadari untuk mengalahkan semua lawan-lawannya. Hal tersebut memenuhi kriteria Allport dan termasuk otonom secara fungsional, karena neurosis yang sangat mendalam seperti itu mungkin tidak dapat diubah oleh terapi.



PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

  1. Perkembangan Masa Bayi

Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan reflek behavior. Bayoi tidak mempunyai kepribadian,bayi hanya membawa potensi tertentu termasuk fisik dan temperamen, tetapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Tingkah laku bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan sistem otot. Bayi dapat memberi respon spesifik dalam bentuk refleks seperti mengisap dan menelan.

Menurut Allport sumber motivasi tingkah laku bayi adalah arus aktivitas yang mengatur bayi untuk beraksi. Sesuai dengan tingkat perkembangan bayi, motivasinya lebih sarat dengan warna biologis; tegangan menuntut kepuasan dan menghindar rasa sakit. Berarti kehidupan pertama tidak penting dalam perkembangan kepribadian, walaupun pada pertengahan tahun pertama ini bayi mulai mengembangkan kualitas tingkah laku yang menunjukan perbedaam ekspresi emosi. Secara umum orok dilahirkan sebagai makhluk hidup yang tidak tahuapa itu lapar, ngompol, dan sakit. Ini disebut Allport sebagai berpusat pada kesendirian (solo centered), dan bukan berpusat pada diri ( self centered), karena perasaan diri pada masa itu belum ada. Baru dalam tahap-tahap, berikutnya bayi mengembangkan motif yang hampir tidak lagi berhubungan dengan motif asli dari ltingkah laku itu.



  1. Perkembangan masa dewasa

Penentu tingkah laku dewasa yang matangadalah seperangkat sifat yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional.Bagaimana trait itu berkembang tidak penting bagi Allport karena di usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motivnya dari sumber kekinian. Masa lalu tidak penting kecuali hal itu tampak dinamik aktivitas masa kini. Secara umum traits berfungsi dalam keadaan sadar dan rasional mengikuti pola-pola perjuangan menjadi prioritas. Jadi, memahami orang dewasa harus dapat digambarkan lebih dahulu aspirasi dan tujuan-tujuan hidupnya.

Kualitas kepribadian yang masak

Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang-orang yang mengalami gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan itu dilakukan, tingkah laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih-alih peristiwa masa kini atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa besar jauh traits bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan , adalah ukurankenormalan dan kemasakan seseorang . Allport lebih tertarik dengan tingkah laku normal dengan tingkah laku neurotik, dan mengusulkan beberapa penanda kualitas kemasakan kepribadian berikut:



  1. Perluasan perasaan diri ( Extension of the sense of self)

Kemampuan untuk berpatisipasi dan menyenangi rentang aktivitas uang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang laindan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap dan merencanakan.

  1. Mengakrabkan diri dengan orang lain( Warm relating of self to others)

Kemampuan bersahabat dan kasih sayang, keintiman yang melibatkan hubungan cinta dan keluarga dan teman, kasih sayang yang diekspresikan dalam menghormati dan menghargai hubungannya dengan orang lain.

  1. Keamanan emosional, penerimaan diri ( Emotion security, self acceptance)

Kemampuan menghindari aksi berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.

  1. Persepsi, ketrampilan, tugas yang realistis

Kemampuan memandang orang, objek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah, emiliki ketrampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi tanpa rasa panik, rendah diri, atau tingkah laku destruksi lainnya.

  1. Objektifikasi diri : insight dan humor

Kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan insight- pemahaman yang mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Orang juga membutuhkanb humor yang dapat menemukan sesuatu yang menyenangkan dan mentertawakan di dunia, menghubungkan temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama

  1. Menyatukan filsafat hidup ( unifying phylosophy of life)

Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.

Kajian tentang individual

Allport telah berulang kali memperkenalkan perkembangan dan penggunaan dari metode penelitian yang mengkaji individu, untuk mengimbangi pendekatan yang bersifat normatif ataupun kelompok Ia menyarankan psikolog untuk menggunakan metode yang mempelajari perilaku motivasi dan ekspresif dari seseorang.

ILMU PENGETAHUAN MORFOGENIK (FEST & FEST)

Dalam tulisan-tulisan awalnya, Allport membedakan antara dua pendekatan ilmiah, yaitu pendekatan nomotentik yang mencari hukum-hukum yang umumdan pendekatan idiografik yang merujuk pada pada kekhasan suatu kasus. Oleh karena itu istilah ‘’idiografik’’ sangat sering disalahgunakan, disalahartikan, disalahbunyikan.Allport (1968) berhenti menggunakan istilah tersebut dalam tulisan-tulisanya selanjutnya dan mulai berbicara mengenai prosedur morfogenik . Istilah idiografik dan morfogenik sama-sama berkaitan dengan individual, tetapi idiografik tidak membahas mengenai struktur aturan pola-pola. Sebaliknya morfogenik merujuk pada atribut yang terpola dari organisme secara keseluruhan, yang dapat mengakomodasi perbandingan interpersonal. Pola atau struktur dari disposisi personal seseorang sangat penting.

Apa saja metode psikologi morfogenik? Allport (1962) menyebutkan bahwa beberapa metode seluruhnya morfogenik sedangkan beberapa hanya sebagian saja Contoh; metode dengan keseluruhan morfogenik dengan sudut pandang orang pertama adalah rekaman verbatim, wawancara, mimpi, pengakuan, buku harian, surat-surat beberapa kuesoner, catatan komunikasi dokumen yang merupakan hasil tes psikologi, karya sastra, bentuk-bentuk seni, tulisan keseharian, coret-coretan, jabat tangan, pola suara, gesture tubuh, tulisan tangan, pola suara, cara berjalan, dan autobiografi.

Pendekatan semimorfogenik mencakup self- rating scales, seperti daftar subyektif tes terstandarisasi ketika seseorang dibandingkan dengan dirinya sendiri dari pada kelompok norma.

Konsisten dengan logika umum, namu cukup bertentangan dengan banyak psikolog Allport bersedia menerima face value dari pernyataan pengungkapan diri yang diberikan partisipan dalam sebuah penelitian.Hanya dengan mempertanyakan mengenai bagaimana mereka berfikir mengenai diri mereka, seorang psikolog dapat mempelajari dinamika kebutuhan seseorang.

PENELITIAN TERKAIT

Dibandingkanpakar teori kepribadian lainya Gordon Allport tetap mempertahankan ketertarikanya atas studi ilmiah tentang agama dan memperkenalkan enam perkulihan atas topik tersebut dibawah judul The Individual and His Religion (Allport, 1950). Dalam level personal Allport adalah seorang penganuk Episkopalin yang taat.

ORIENTASI INTRISIK VS EKSTRINSIK

Allport percaya bahwa komitmen mendalam atas agama adalah suatu tanda kematangan pribadi, namu ia juga percaya bahwa tidak semua orang yang pergi ke gereja memiliki orientasi religius yang matang . bahkan beberapa memiliki prasangka yang sangat besar . Allport menawarkan suatu kemungkinan penjelasan atas observasi yang sering dilaporkan tersebut ia menyatankan bahwa gereja dan prasangka memberikan keselamatan perlindungan dan status yang sama setidaknya bagi beberapa orang. Orang-orang ini akan merasa nyaman dan mendapatkan pembenaran diri dengan sikap berperasangkanya dan kehadiranya di gereja.

Kritik terhadap Allport

Teori kepribadian Allport lebih berdasarkan spekulasi filosofis dan logika awam daripada investigasi ilmiah. Konsisten dengan sikap toleran yang dimilikinya, Allport menyatakan bahwa orang-orang yang memberinya masukan juga setidaknya benar dalam beberapa bagian.

Bagi Allport kebanyakan orang paling baik dianggap sebagai pribadi yang sadar, melihat kedepan dan mencari keteganga. Bagi mereka yang yakin bahwa teori deterministik telah kehilangan pandangannya mengenai manusia yang proaktif, pandangan kemanusiaan Allport secara fisiologis menjadi sangat menyegarkan. Akan tetapi, sama dengan teori lainnya, pandangan tersebut harus dievaluasi dengan basis ilmiah.

Alport mungkin saja berbuat jauh lebih banyak daripada psikolog lainnya dalam mendefinisikan kepribadian dan mengategorisasikan definisi-definisi lain dari istilah tersebut.Walaupun dengan keterbatasannya sebagai teori yang dapat bermanfaat, pendekatan Allport mengenai kepribadian cukup dapat menstimulasi dan memberikan pencerahan. Siapapun yang tertarik membangun teori kepribadian, harus terlebih dahulu mengenal tulisan-tulisan Allport. Walaupun para psikolog berusaha keras menempatkan teori kepribadian Allport kedalamnya tetapi hasil pekerjaan Allport telah membuat suatu standar untuk berfikir jernih dan persisi yang harus diikuti oleh pakar teori di masa depan.

Apakah teori Allport menghasilkan penelitian? Dalam kriteria ini, teori Allport mendapatkan nilai sedang. Religious Orientation Scale, Study of Values dan minatnya untuk meneliti mengenai prasangka telah menghasilkan penelitian yang berlipat ganda dalam kajian ilmiah atas agama ,nilai, prasangka .

Dalam kriteria kemampuan untuk dikaji ulang, teori Allport harus mendapatkan nilai yang rendah, Konsep atas empat orientasi religius yang independen memang dapat diverifikasi atau dikaji ulang, namun kebanyakan gagasan Allport berada di luar kemampuan ilmu sains untuk menentukan aoakah penjelasan lain dapat saja sama pantasnya dengan yang dimiliki oleh Allport.

Suatu teori yang bermanfaat menyediakan suatu sistem organisasi dari hasil observasi. Apakah teori Allport memenuhi kriteria ini? Sekali lagi, teori ini hanya memberikan organisasi dari hasil observasi yang bermanfaat untuk motif orang dewasa yang sempit. Banyak hal yang diketahui mengenai kepribadian manusia tidak dapat dengan mudah diintegrasikan dalam teori Allpor. Secara spesifik perilaku dimotivasi oleh dorongan tak sadar seperti motif-motif yang distimulasi dorongan primer, tidak dijelaskan oleh Allport. Ia menyadari eksistensi dari beragam jenis motivasi, tetapi ia terlihat cukup puas dengan penjelasan psikoanalisis dan perilaku untuk berdiri tanpa adanya elaborasi lebih jauh. Keterbatasan ini tidak menjadikan teori Allport menjadi tidak valid. Untuk menerima validitas konsep teoritis adalah pendekatan yang harus dilakukan dalam membangun teori .

Sebagai panduan untuk praktisi, teori Allport mempunyai kegunaan yang sedang. Teori ini pastinya berperan sebagi rambu-rambu bagi guru terapis, mencerahkan pandangan mengenai kepribadian bahwa seharusnya manusia diperlakukan sebagai perseorangan. Dalam dua kriteria teori yang bermanfaat psikologi individual Allport dinilai tinggi. Penggunaan bahasa yang teliti dan akurat memberikan teori ini konsistensi internal dan kehematan.



Konsep Kemanusiaan

Allport mengakui bahwa masa kanak-kanak mempunyai andil dalam mewujudkan pribadi yang sehat, hanya saja hubungan itu tidak bersifat fungsional yang berkesinambungan. Menurut Allport peranan orang tua (ibu) mempengaruhi perkembangan proprium anak. Jika seorang anak mendapat kasih sayang yang cukup, perasaan aman, akan menumbuhkan identitas diri dan diri akan meluas. Demikian pula jika seorang anak yang dibesarkan dalam kondisi tidak aman, agresif, penuh tuntutan, egosentris, pertumbuhan psikologisnya berkurang. Sebagai seorang dewasa, orang itu akan dikontrol oleh dorongan masa kanak – kanak dan oleh keinginan dan konflik dan mungkin mengembangakan suatu bentuk sakit jiwa.

1. Karakteristik Kepribadian yang Sehat Menurut Allport :

a. Memiliki kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta menyukai tantangan-tatangan baru.

b. Tidak menyukai hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman-pengalaman baru.

c. Mengambil risiko, berspekulasidan menyelidiki hal-hal baru.

d. Aktivitas yang menghasilkan ketegangan.

e. Melalui tantangan dan pengalaman baru manusia dapat bertumbuh dan berkembang.

f. Pribadi sehat berfungsi secara sadar dan menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

g. Pribadi yang matang tidak dikontrol oleh traumadan konflik mas kanak-kanak.

h. Kebahagiaanbukan suatu tujuan hidup melainkan hasil dari keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar inspirasi dan tujuan hidupnya.

i. Kepribadian yang sehat “prinsip penguasaan dan kemampuan” Principle of mastery and competency.

j. Proprium “Self” = Setiap pribadi memiliki keunikan masing-masing.

2. Bagaiman kepribadian yang sehat itu?

a) Perluasan Perasaan Diri

Orang yang matang adalah mereka yang mengembangakan perhatian di luar dirinya. Tidak hanya sekedar berinteraksi dengan sesuatu di luar dirinya, namun ia akan berpartisipasi penuh dan total ” partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia ”.

Aktivitas yang dimaksud oleh Allpport adalah yang relevan bagi diri, meningkatkan kemampuan, dan membuat kita enjoy melakukannya. Kesehatan psikologis seseorang berbanding lurus dengan peranannya terhadap aktivitas yang dilakukkan.

b) Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain

Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan cinta terhadap orang tua, teman, dan anak . Terdapat perbedaan antara cinta orang yang neurosis dan cinta dari pribadi yang sehat. Orang yang neurosis harus menerima cinta lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya, dan syarat akan kewajiban. Sedangkan cinta dari pribadi yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, sabar terhadap tingkah laku orang lain, serta tidak mengadili atau menghukumnya

c) Keamanan Emosional

Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi yang terdapat pada mereka, termasuk segala kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif. Orang yang sehat mampu hidup dengan segi lain dalam kodratnya, dengan memilki sedikit konflik, baik dengan diri sendiri terlebih dengan masyarakat. Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi – memosi manusia; bukan tawanan dari rasa emosinya. Mereka juga mampu mengontrol emosi, sehingga tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Kualitas lain dari keamana emosional adalah ” sabar terhadap kekecewaan ”. Orang yang sehat akan sabar dalam menghadapi kemunduran, tidak menyerah pada kekecewaan, melainkan mampu memikirkan jalan keluar untuk mencapai tujuan.

d) Persepsi realistis

Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Mereka tidak memepercaai bahwa orang di luar dirinya dan lingkungan bersikap kurang bersahabat atau semuanya baik menurut prasangka pribadi terhadap realitas

e) Keterampilan dan Tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurt Allport orang yang sehat tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen pada orang sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika terbenam dalam pekerjaan

Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas hidup. Kematangan dan kesehatan psikologis tidak akan tercapai tanpa melakaukan aktivitas yang penting dan melakukannya dengan penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan – keterampilan.

f) Pemahaman Diri

Usaha untuk memahami diri secara obyektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Tentunya kepribadian yang sehat akan mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis.

Orang yang memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Biasanya orang seperti ini akan diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Allport mengatakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.

g) Filsafat Hidup yang Mempersatukan



Orang yang sehat tentunya akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neorotis. Arah akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan seseorang alasan untuk hidup.
Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadao diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.
Yüklə 102,13 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə