TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA
TENTANG KONTRASEPSI ORAL DI KELURAHAN BALUWARTI
KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
PRAMESTHI TIKSNA INDRESWARI
K 100 090 084
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014
1
TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA
TENTANG KONTRASEPSI ORAL DI KELURAHAN BALUWARTI
KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA
THE LEVEL OF KNOWLEDGE FAMILY PLANNING ACCEPTORS ABOUT
ORAL CONTRACEPTIVE IN BALUWARTI VILLAGE PASAR KLIWON
SUBDISTRICT SURAKARTA
Pramesthi Tiksna Indreswari, Tri Yulianti
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Tomol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Telp. (0271)
717417
ABSTRAK
Penggunaan kontrasepsi oral banyak dipilih karena dianggap paling efektif
dan harus digunakan secara rutin. Hal ini tidak menutup kemungkinan pengguna
kontrasepsi oral akan lalai karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan akseptor
tentang kontrasepsi menjadi tolok ukur keberhasilan akseptor dalam hal
pengaturan kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
pengetahuan akseptor KB oral tentang kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB oral tentang
kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Alat
yang digunakan adalah kuesioner. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah responden 30 akseptor KB oral. Data untuk
menggambarkan tingkat pengetahuan disajikan dalam bentuk persentase (%)
dengan kategorisasi (sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang). Analisis
data yang digunakan adalah uji Chi-Squere. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan akseptor KB oral tentang kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
Surakarta dengan kategori sangat baik sebanyak 20%, kategori baik 26,7%,
kategori cukup 13,3%, kategori kurang 33,3% dan kategori sangat kurang 6,7%.
Dari hasil tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan akseptor kontrasepsi oral
tentang kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti mayoritas termasuk kategori
kurang. Dari uji Chi-Squere pada tiap variabel, didapatkan hubungan yang
signifikan antara karakteristik dengan tingkat pengetahuan sebesar (p<0,05).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Kontrasepsi Oral, Kuesioner, Akseptor
Kontrasepsi Oral
ABSTRACT
The use of oral contraceptives has been chosen because it is considered
the most of efective and should be use routinely. This does not of out possibility of
oral contraceptives users will miss due of lack the knowledge. Knowledge of oral
2
contraceptive acceptors become a measure of success in terms of setting acceptor
pregnancy. The purpose of this study was to measure the level of knowledge about
family planning acceptors of oral contraceptives in Sub Baluwarti Pasar Kliwon
District of Surakarta. This type of research is a descriptive study to determine the
level of knowledge about family planning acceptors of oral contraceptives in Sub
Baluwarti Pasar Kliwon District of Surakarta. The instrument used was a
questionnaire. The method using was a survey method the purposive sampling
with 30 respondents. Data to describe the level of knowledge is presented as a
percentage (%) with categorization (very good, good, fair, less, very less).
Analysis of the data used is the Chi-Squere. The results show the level of
knowledge family planning acceptors about oral contraceptives in the Village
Baluwarti Surakarta with the excellent category very good as 20%, good category
26.7%, a fair category 13.3%, 33.3% less category and the category of very less
6.7 %. From these results indicate the level of knowledge oral contraceptive
acceptors about oral contraceptives in the Village Baluwarti majority less
category. From Chi-Squere on each variable, found a significant relationship
between the level of knowledge with the characteristics (p <0.05).
Keywords : Knowledge Level, Oral Contraceptives, Questionnaire, Oral
Contraceptives Acceptors
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
berbagai jenis masalah. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh
negara Indonesia saat ini yaitu di bidang kependudukan yang masih tinggi.
Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan
adanya program Keluarga Berencana atau yang lebih dikenal dengan program KB
(Manuba, 2001). Salah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas
adalah melalui penggunaan kontrasepsi yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
kehamilan (BKKBN, 2011).
Saat ini pil KB dianggap paling efektif karena bekerja dengan cara
mengahambat terjadinya implantasi dalam endometrium, karena pil KB
mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen
atau progestin saja (Derek & Jones, 2002). Pil KB dapat mencegah kehamilan
dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan
menjaga kekentalan lendir serviks sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma
(Wiknjosastro, 2005). Melihat penggunaan kontrasepsi oral yaitu dengan pil KB
banyak dipilih karena diaggap paling efektif dan juga memang harus digunakan
secara rutin sehingga memungkinkan pengguna akseptor KB akan lalai, maka
penggunaannya harus dipantau secara ketat (Halpern & Grimes, 2007).
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB, diantaranya
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu. Untuk itu pemberian informasi akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan akseptor KB. Dan memperkecil resiko
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (Saifuddin, 2006). Dari penelitian
sebelumnya yang ada di kecamatan Jenu dan Jatirogo kabupaten Tuban, bahwa
3
rata-rata penggunaan metode kontrasepsinya tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena rendahnya pengetahuan akseptor. Kontrasepsi oral mampu berfungsi
optimal dan efektif sebagai alat kontrasepsi apabila akseptor mampu memahami
aturan pemakaian, mengetahui keuntungan dan kerugian kontrasepsi oral, cara
penggunaan dengan baik dan efek samping dari kontrasepsi oral. Oleh karena itu,
pengetahuan akseptor kontrasepsi oral menjadi tolok ukur keberhasilan akseptor
dalam hal pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera.
Sehubungan dengan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
mengetahui tingkat pengetahuan akseptor keluarga berencana tentang kontrasepsi
oral di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
.
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu jenis
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang
suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2010). Dalam hal ini digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor kontrasepsi oral tentang
kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
B.
Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Definisi Operasional :
1)
Tingkat Pengetahuan tentang kontrasepsi oral adalah sejauh mana akseptor
mengetahui tentang kontrasepsi oral, yang meliputi bagaimana
penggunaan kontrasepsi oral, kapan waktu menggunakan kontrasepsi oral,
bagaimana aturan pemakaiannya, indikasi apa yang ada di dalam pil
kontrasepsi ini, apa keuntungan dan kerugian dalam menggunakan
kontrasepsi ini, dan apa efek samping yang timbul setelah penggunaan
kontrasepsi ini.
2)
Akseptor Keluarga Berencana adalah ibu-ibu yang menggunakan
kontrasepsi oral di kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta.
3)
Kontrasepsi Oral adalah kontrasepsi untuk wanita dalam bentuk tablet
yang berisikan hormon. Ada 2 macam kontrasepsi oral yakni pil oral
kombinasi hormon esterogen dan progesteron (POK) dan pil oral yang
mengandung hormon progesteron saja (minipil).
C.
Alat Penelitian
Peneliti mengumpulkan data menggunakan angket atau kuesioner dengan
cara membagikan angket atau kuesioner kepada responden akseptor Keluarga
Berencana yang menggunakan kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
4
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Angket yang digunakan menurut cara
peyampaiannya menggunakan angket langsung yakni, disampaikan langsung
kepada orang yang dimintai informasinya tentang dirinya sendiri (Notoadmojo,
2010).
Sebelumnya peneliti membuat inform concent atau persetujuan terlebih
dahulu kepada responden, bahwa responden bersedia akan dilakukan penelitian.
Setelah responden setuju dan menandatangani lembar persetujuan maka peneliti
langsung membagikan kuesioner tersebut yang berisi daftar pertanyaan yang
diajukan secara tertulis. Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian I adalah data
demografi responden dan bagian II adalah pertanyaan pengetahuan tentang
kontrasepsi oral. Dengan bentuk pertanyaan pengetahuan berupa pilihan ganda.
D.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah akseptor KB yang
menggunakan kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 47 akseptor kontrasepsi oral.
Setelah didapat ukuran populasi, kemudian sampel diambil dengan teknik
sampling purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang masuk dalam
kriteria inklusi sebagai sampel sebanyak 30 akseptor KB oral.
E.
Kriteria Sampel
Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi pada
penelitian ini ialah dalam keadaan sehat, akseptor kontrasepsi oral yang
menggunakan kontrasepsi ini minimal 6 bulan, bersedia menjadi responden dan
bertempat tinggal di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
Dan kriteria eksklusinya adalah akseptor KB kontrasepsi oral yang berprofesi
sebagai tenaga kesehatan atau tenaga medis.
F.
Jalannya Penelitian
1.
Perjanjian Penelitian
Tahap ini dimulai dengan pengajuan surat ijin penelitian dari Fakultas
Farmasi UMS yang ditujukan kepada kepala Kelurahan Baluwarti Kecamatan
Pasar Kliwon Surakarta dengan menyertakan Proposal, kemudian kepala
Kelurahan setempat mengeluarkan surat izin penelitian. Surat ini ditujukan agar
peneliti dapat melakukan penelitian di posyandu-posyandu yang ada di Kelurahan
Baluwarti.
2.
Penentuan Sampel
Sebelum pengambilan data terlebih dahulu ditentukan populasi yang
masuk dalam kriteria inklusi sebagai sampel, dari 47 populasi yang masuk dalam
5
kriteria inklusi ada 30 sampel. Responden yang masuk kriteria inklusi adalah
responden yang menggunakan kontrasepsi oral dan bertempat tinggal di Baluwarti
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Selain itu responden menggunakan
kontrasepsi oral lebih dari 6 bulan, tidak berprofesi sebagai tenaga kerja
kesehatan, dan juga bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar
persetujuan menjadi responden.
3.
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner kepada responden. Pengumpulan data dilakukan di posyandu-posyandu
yang ada di Kelurahan Baluwarti. Ada 9 posyandu yang ada di Kelurahan ini
tetapi peneliti hanya mengambil data di 3 posyandu saja, karena ketiga posyandu
ini yang mempunyai populasi akseptor kontrsepsi oral. Kuesioner diberikan dan
diambil kembali pada waktu yang bersamaan (saat itu juga).
G.
Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan untuk meneliti yaitu di Kelurahan
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
H.
Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Dalam analisis deskriptif, data
dari hasil penelitian yang merupakan jawaban responden terhadap pertanyaan di
kuesioner dianalisis secara deskriptif (gambaran nyata) yang digunakan untuk
mengetahui besarnya presentase keberadaannya di dalam populasi.
Bagian I dari kuesioner adalah data pribadi responden terdiri dari : umur
responden, pendidikan terakhir, pekerjaan, jumlah anak, penghasilan keluarga,
jenis kontrasepsi pil yang digunakan. Pada bagian ini dilakukan analisis secara
deskriptif. Bagian II : terdiri dari pertanyaan mengenai data pengetahuan
responden terkait kontrasepsi oral. Pada bagian II ini jawaban benar bernilai 1 dan
salah 0. Untuk menghitung nilai yang diperoleh dengan rumus :
Tabel. 1 Scoring Tingkat Pengetahuan :
Nilai Tingkat
Pengtahuan
8,1-10 Sangat
baik
6,6-8,0 Baik
5,6-6,5 Cukup
4,0-5,5 Kurang
< 4,0
Sangat kurang
(Arikunto,
2006)
Setelah mengetahui karakteristik responden dan tingkat pengetahuan
responden tentang kontrasepsi oral. Dilakukan uji korelasi untuk mengetahui
6
hubungan antara karakteristik responden dan tingkat pengetahuan responden
tentang kontrasepsi oral. Uji tersebut menggunakan uji Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar
Kliwon, Surakarta. Jalannya penelitian dilaksanakan pada 3 Posyandu yang ada di
Kelurahan Baluwarti yaitu Posyandu Drupadi, Setyowati dan Kumoratih. Pada
penelitian pertama dilaksanakan di Posyandu Drupadi. Kegiatan Posyandu ini
dibina dan diawasi oleh Puskesmas Kecamatan Pasar Kliwon melalui Bidan
Pembina. Posyandu Drupadi ini mendapat bantuan dana dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Kegiatan Posyandu Drupadi dilaksanakan
pada hari Selasa di minggu kedua setiap bulannya.
Selain di Posyandu Drupadi, penelitian ini juga dilaksanakan di Posyandu
Setyowati dan Kumoratih dengan hari yang berbeda menurut jadwal Posyandu
tersebut. Kegiatan Posyandu Setyowati dilaksanakan pada hari Rabu di minggu
kedua setiap bulannya. Sedangkan Posyandu Kumoratih pada hari Kamis di
minggu kedua setiap bulannya.
Kegiatan Posyandu dilaksanakan dirumah warga suka relawan yang
bertempat tinggal di Baluwarti. Biasanya dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB
hingga menjelang adzan dhuhur. Kader yang bertugas berjumlah 9 orang di setiap
Posyandu. Ketiga posyandu tersebut merupakan posyandu dengan cakupan
wilayah yang paling luas dan mempunyai data akseptor kontrasepsi oral yang
paling banyak dibandingkan dengan posyandu lainnya. Kegiatan rutin setiap
bulannya berupa penimbangan bayi, imunisasi, pemberian vitamin, pemberian
gizi, konsultasi KB, pemberian alat kontrasepsi gratis serta pemeriksaan ibu
hamil.
B.
Demografi Responden
Responden yang digunakan sebagai sampel adalah akseptor kontrasepsi
oral yang bertempat tinggal di Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta dan menggunakan kontrasepsi oral minimal 6 bulan. Responden pada
penelitian ini berjumlah 30 akseptor. Karakteristik responden mencakup sebagai
berikut.
Tabel 2 menunjukkan bahwa akseptor kontrasepsi oral di Kelurahan
Baluwarti Surakarta mayoritas berusia antara 20 - 35 tahun yaitu sebanyak 11
orang atau 36,7%, kemudian 33,3% berusia kurang dari 20 tahun, dan 30%
berusia lebih dari 35 tahun. Tingkat pendidikan akseptor kontrasepsi oral di
Kelurahan Baluwarti Surakarta mayoritas berpendidikan SMP yaitu sebanyak 9
orang atau 30%, kemudian 23,3% tidak bersekolah, 16,7% hanya lulusan sekolah
dasar, 20% berpendidikan SMA, dan yang prosentase terendah adalah
berpendidikan setingkat Sarjana yaitu 10%. Akseptor kontrasepsi oral di
7
Kelurahan Baluwarti Surakarta mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 15 orang atau 50%, kemudian 26,7% memiliki pekerjaan sebagai
pedagang/wirausaha, dan 13,3% memiliki pekerjaan sebagai guru dan hanya 10%
yang bekerja sebagai PNS.
Tabel 2. Karakteristik Responden Akseptor Kontrasepsi Oral di Kelurahan
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta
Karakteristik Jumlah
Prosentase
(%)
Umur
≤ 20 tahun
10 33,3
20 – 35 tahun
11
36,7
> 35 tahun
9
30,0
Pendidikan
Tidak sekolah
7
23,3
Lulus SD
5
16,7
Lulus SMP
9
30,0
Lulus SMA/SMK
6
20,0
Lulus Perguruan Tinggi
3
10,0
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
15
50,0
Berdagang/Wirausaha 8 26,7
Guru 4
13,3
PNS 3
10,0
Jumlah Anak
Tidak punya anak
5
16,7
1 anak
14
46,7
2 anak
4
13,3
> 2 anak
7
23,3
Penghasilan Keluarga
< Rp. 959.500,-
14
46,7
> Rp. 959.500,-
16
53,3
Jenis Pil KB
Pil KB Kombinasi
11
36,7
Pil KB Laktasi
19
63,3
Sumber data : Data Primer
Dapat diketahui bahwa akseptor kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
Surakarta mayoritas baru memiliki 1 anak yaitu sebanyak 14 orang atau 46,7%,
kemudian 23,3% memiliki lebih dari 2 anak, 16,7% tidak punya anak dan hanya
13,3% yang memiliki 2 anak. Akseptor kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
Surakarta mayoritas berpenghasilan lebih dari UMR (Rp. 959.500,-) yaitu
sebanyak 16 orang atau 53,3%, sedangkan 14 orang lainnya atau 46,7% memiliki
penghasilan kurang dari Rp. 959.500,-. Dan dapat diketahui juga bahwa akseptor
kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti Surakarta mayoritas menggunakan pil
KB Laktasi atau Minipil yaitu sebanyak 19 orang atau 63,3%, sedangkan 11 orang
lainnya atau 36,7% menggunakan pil KB Kombinasi.
8
C.
Tingkat Pengetahuan
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Akseptor Kotrasepsi Oral tentang Kontrasepsi Oral di
Kelurahan Baluwarti
Tingkat pengetahuan
Jumlah
Prosentase (%)
Sangat kurang
2
6,7
Kurang
10
33,3
Cukup 4
13,3
Baik
8
26,7
Sangat Baik
6
20,0
Sumber Data : Data Primer
Tingkat pengetahuan akseptor KB oral di Kelurahan Baluwarti Surakarta
tentang alat kontrasepsi oral mayoritas termasuk kategori kurang yaitu sebanyak
10 orang atau 33,3%, kemudian termasuk kategori baik sebanyak 8 orang atau
26,7%, kategori sangat baik sebanyak 20%, kategori cukup 13,3%, dan hanya
6,7% yang termasuk sangat kurang.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB
oral di Kelurahan Baluwarti Surakarta termasuk kategori kurang. Sehingga, masih
perlu ditingkatkan lagi. Kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral
disebabkan oleh tingkat pendidikan responden yang mayoritas hanya sampai pada
pendidikan SMP, sehingga pengetahuan dan wawasan mereka kurang luas.
Tingkat pendidikan yang rendah mengindikasikan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman responden tentang kesehatan. Pengaruh tingkat pendidikan sebagai
suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dari individu
(Nursalam, 2001). Rendahnya pendidikan akseptor kontrasepsi oral di Kelurahan
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta, menentukan dalam pola
pengambilan keputusan dan penerimaan berbagai informasi tentang Keluarga
Berencana dan kontrasepsi. Pada akseptor kontrasepsi oral dengan tingkat
pendidikan rendah, keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk
mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor kontrasepsi oral dengan tingkat
pendidikan yang tinggi, keikutsertaannya dalam program KB selain untuk
mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena
dengan cukup dua anak dalam satu keluarga akan terwujud keluarga kecil bahagia
dan sejahtera, sehingga mereka lebih memikirkan efektifitas dari metode
kontrasepsi yang digunakan.
Latar belakang pendidikan yang rendah berimplikasi pada kualitas
perilaku dan sikap seseorang. Pendidikan di dalam sekolah memberikan bekal
pengetahuan kepada anak didik dan memberikan pandangan yang lebih kongkrit
tentang wawasan keilmuan sekaligus sebagai saluran pewarisan nilai-nilai dan
sikap masyarakat. Sehingga berperan penting dalam pembentukan sikap individu
terhadap masalah tertentu (Sarwono, 1993).
Pada penilaian kuesioner juga didapatkan presentase (%) jumlah jawaban
responden per-item. Jumlah butir soal kuesioner tentang pengetahuan kontrasepsi
oral sebanyak 13 soal yang berbentuk pilihan ganda. Tabel menyatakan jumlah
presentase jawaban benar responden per-item soal.
9
Tabel 4. Presentasi Jawaban Benar Responden Akseptor Kontrasepsi Oral di
Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta
No.
Pertanyaan
Jawaban
Benar (%)
1. Apa
kepanjangan
dari
KB
?
86,7
2.
Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi ?
66,7
3.
Apa yang dimaksud dengan pil KB ?
60,0
4.
Kontrasepsi pil termasuk kontrasepsi ?
63,3
5.
Kandungan apa yang ada di dalam kontrasepsi pil ?
63,3
6.
Apa jenis pil yang anda ketahui ?
66,7
7.
Bagaimana cara menggunakan kontrsepsi oral
hormonal dengan baik ?
66,7
8.
Kapan sebaiknya anda mulai minum pil KB?
60,0
9.
Keuntungan apa yang anda ketahui dari pil KB ?
70,0
10.
Apa kekurangan dari pil KB ?
46,7
11.
Efek samping yang muncul pada pengguna pil KB ?
66,7
12.
Jika anda terlambat meminum pil KB kurang dari 12
jam, apa yang sebaiknya anda lakukan ?
63,3
13
Jika pada permulaan penggunaan pil, muncul kelainan
seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara
serta pendarahan bercak maka sebaiknya anda
menggunakan pil pada saat
60,0
Penilaian berdasar presentase, dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang untuk memudahkan evaluasi pada
tiap klasifikasi. Kategori pada kuesioner dikatakan baik apabila persentase dari
rata-rata jawaban benar berkisar antara 76%-100%, cukup apabila berkisar antara
56%-75%, kurang apabila berkisar antara 40%-55% dan sangat kurang apabila
rata-rata per-klasifikasinya bernilai <40%. Pada tabel 4 diketahui presentasi
jawaban benar pada nomor 1 sebesar 86,7%, ini dikatakan bahwa 26 responden
dari 30 responden menjawab benar dan mempunyai tingkat pengetahuan yang
baik. Sedangkan pada pertanyaan nomor 2-9 dan 11-13 responden mempunyai
tingkat pengetahuan yang cukup dikarenakan hasil presentasi jawaban benar
masuk dalam klasifikasi 56% - 75%. Sedangkan pada pertanyaan nomor 10 yakni
kekurangan apa yang terdapat pada pil KB, presentasi jawaban benar hanya 46,7%
ini dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden pada pertanyaan tersebut
dikatakan kurang
D.
Hubungan Karakteristik (Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan,
Jumlah Anak, Penghasilan, dan Jenis Kontrasepsi) dengan Tingkat
Pengetahuan Responden
Karakteristik responden berdasarkan penelitian dibagi menjadi 6 variabel,
yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, penghasilan, dan jenis
kontrasepsi. Persentase dari setiap variabel dihitung berdasarkan jumlah
responden yang dimasukkan ke dalam ketegori tingkat pengetahuan (sangat baik,
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang) dibagi dengan jumlah total responden
10
tiap variabelnya. Korelasi karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.
Korelasi Karakteristik Responden Akseptor Kontrasepsi Oral dengan Tingkat
Pengetahuan tentang Kontrasepsi Oral di Kelurahan Baluwarti Pasar Kliwon Surakarta
Tingkat pengetahuan (%)
Kategori Responden Sangat
Kurang
Kurang Cukup Baik
Sangat
Baik
Hasil
Chi-Square
Usia
< 20 tahun
20,0
60,0
10,0
10,0
-
χ
2
= 26,039
20-35 tahun
-
36,4
18,2
45,5
-
p = 0,001
> 35 tahun
-
-
11,1
22,2
66,7
(p<0,05)
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
28,6
57,1
14,3
-
-
χ
2
= 40,275
SD
-
60,0
40,0
-
-
p = 0,001
SMP
-
33,3
11,1
55,6
-
(p<0,05)
SMA
-
-
-
50,0
50,0
S1
-
-
-
-
100,0
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 6,7
46,7
20,0
20,0
6,7
χ
2
= 24,956
Berdagang
12,5
37,5
12,5
37,5
-
p = 0,015
Guru
-
-
-
-
100,0
(p<0,05)
PNS
-
-
-
66,7
33,3
Jumlah anak
Tidak punya
-
40,0
40,0
20,0
-
χ
2
= 27,498
1 anak
-
7,1
7,1
42,9
42,9
p = 0,007
2 anak
-
50,0
25,0
25,0
-
(p<0,05)
> 2 anak
28,6
71,4
-
-
-
Penghasilan
χ
2
= 17,042
< Rp. 959.500
14,3
57,1
21,4
7,1
-
p = 0,002
> Rp. 959.500
-
12,5
6,3
43,8
37,5
(p<0,05)
Jenis kontrasepsi
χ
2
= 14,821
Pil kombinasi
-
9,1
9,1
27,3
54,5
p = 0,005
Pil Laktasi
10,5
47,4
15,8
26,3
-
(p<0,05)
Sumber Data : Data Primer
Hasil analisis hubungan antara umur dengan dengan tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi oral, umur lebih dari 35 tahun mempunyai tingkat
pengetahuan yang sangat baik, hal ini dimungkinkan karena faktor usia tersebut
adalah masa dimana seseorang menempuh pendidikan dan mempunyai
kecenderungan menerima banyak sumber informasi, sehingga mampu
menggunakan materi tersebut pada kondisi atau situasi sebenarnya. Menurut
Mubarak (2007), semakin bertambahnya usia seseorang, akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologi (mental). Pada aspek tersebut, taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa. Selain itu menurut Notoatmodjo (2003),
usia juga berhubungan dengan pengalaman seseorang sehingga dengan usia yang
semakin bertambah, maka pengalaman seseorang juga semakin luas, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin tinggi. Hasil analisis hubungan antara
11
umur dengan tingkat pengetahuan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai
significance 0,001 (<0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan umur dengan
tingkat pengetahuan adalah bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi oral.
Dari hasil korelasi antara pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi oral menggambarkan bahwa tingkat pendidikan perguruan
tinggi (S1) mempunyai tingkat pengetahuan yang sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa tingginya pendidikan seseorang, akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan yang mereka dapatkan. Seseorang yang pendidikan terakhirnya S1
idealnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang
yang pendidikan terakhirnya SD, SMP, ataupun SMA karena pendidikan formal
juga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi
(Mubarak, 2007). Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat pengetahuan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai significance
0,001 (<0,05) yang menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat pengetahuan adalah bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan.
Data dari hasil korelasi antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi oral menunjukkan bahwa guru mempunyai tingkat
pengetahuan yang sangat baik dibandingkan dengan kategori pekerjaan yang lain.
Sesuai dengan tabel 5, seseorang yang berprofesi sebagai guru dan PNS
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi dibandingkan dengan orang yang
berprofesi sebagai wirausaha atau ibu rumah tangga. Guru merupakan mediator
pendidikan di sekolah yang memberikan bimbingan belajar untuk meningkatkan
kemampuan belajar pada muridnya, sehingga selain memahami materi juga
mengaplikasikan materi terebut. Memahami merupakan kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan mengintepretasikannya,
sedangakan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan suatu materi
yang telah dipelajari (Notoatmodjo, 2003). Hasil analisis dari hubungan antara
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral menggunakan
uji Chi-Square didapatkan nilai significance 0,015 (<0,05) yang menunujukkan
hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi
oral adalah bermakna, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral.
Korelasi atau hubungan antara jumlah anak dengan tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi oral menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai 1 anak
mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan jumlah
anak lebih dari 2 anak. Ibu yang baru mempunyai 1 anak menunjukkan
keberhasilan program KB yang dilakukannya. Ibu yang mempunyai 1 anak
memiliki pengetahuan yang baik dalam merencanakan program KB. Mereka telah
mempertimbangkan berbagai alat kontrasepsi sebelum menggunakannya. Alat
12
kontrasepsi oral adalah salah satu hal yang dipertimbangkan sebelum memutuskan
menggunakannya. Hasil analisis dari hubungan antara jumlah anak dengan tingkat
pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai significance 0,007 (<0,05) yang menunujukkan hubungan antara
jumlah anak dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral adalah
bermakna, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anak
dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral.
Hubungan antara penghasilan dengan tingkat pengetahuan tentang alat
kontrasepsi oral menunjukkan bahwa penghasilan yang lebih tinggi (>
Rp.959.5000) mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dibandingkan dengan
penghasilan yang rendah. Menurut Notoatmodjo
(2003), jika seseorang
mempunyai penghasilan yang cukup besar, maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Pada kategori
pekerjaan, guru dan pegawai memiliki penghasilan yang cukup, sehingga
mempunyai kemungkinan yang paling besar untuk mendapatkan sumber
informasi. Hasil analisis dari hubungan antara penghasilan dengan tingkat
pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai significance 0,002 (<0,05) yang menunujukkan hubungan antara
penghasilan dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral adalah
bermakna, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan
dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral.
Sedangkan pada hasil korelasi antara jenis kontrasepsi oral dengan tingkat
pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral menunjukkan bahwa ibu yang
menggunakan pil kombinasi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu yang menggunakan pil laktasi. Ibu yang menggunakan
pil kombinasi telah mempertimbangkan berbagai alternatif alat kontrasepsi
sebelum menggunakannya. Kelebihan pil kombinasi, antara lain: efektifitasnya
tinggi, frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid menjadi teratur, dan
keluhan-keluhan disminore yang primer menjadi berkurang atau hilang sama
sekali. Sedangkan, kekurangan dari pil kombinasi antara lain: pil harus diminum
setiap hari, motivasi harus kuat, dan adanya efek samping walaupun sifatnya
sementara, misalkan mual, sakit kepala, muntah, buah dada nyeri, dan lain-lain.
Walaupun banyaknya efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi pil,
ternyata masih banyak akseptor KB yang memilih kontrasepsi pil. Kegagalan
kontrasepsi pil ini biasanya akibat dari ketidaksiplinan akseptor. Solusi dari
kegagalan adalah informasi yang efektif hal ini sebagai satu cara untuk
memperbaiki kepatuhan akseptor, informasi tersebut antara lain: dijelaskan
bagaimana kontrasepsi oral bekerja, diperlihatkan, dan ditunjukkan kepada pasien
kemasan pil yang akan digunakan, dan diberitahu bagaimana cara mengkonsumsi
pil, jelaskan efek samping yang mungkin terjadi, meminta pasien mengulangi
informasi yang penting, untuk menyakinkan bahwa ia mengerti apa yang telah
dibicarakan (Prawirohardjo, 2003). Hasil analisis dari hubungan antara jenis
kontrasepsi oral dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral
menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai significance 0,005 (<0,05) yang
menunjukkan hubungan antara jenis kontrasepsi oral dengan tingkat pengetahuan
13
tentang alat kontrasepsi oral adalah bermakna, yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kontrasepsi oral dengan tingkat pengetahuan tentang
alat kontrasepsi oral.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tingkat pengetahuan akseptor kontrasepsi oral di Kelurahan Baluwarti
Surakarta tentang alat kontrasepsi oral mayoritas termasuk kategori kurang
yaitu sebanyak 33,3%, kemudian termasuk kategori baik 26,7%, kategori
sangat baik 20%, kategori cukup 13,3%, dan hanya 6,7% yang termasuk sangat
kurang.
2.
Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden (umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, penghasilan, jenis kontrasepsi)
dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi oral di Kelurahan
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Hal ini dikatakan signifikan
karena hasil p<0,05.
B.
Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1.
Bagi akseptor kontrasepsi oral diharapkan selalu berusaha meningkatkan
pengetahuannya mengenai alat kontrasepsi oral dan mencari informasi
mengenai alat kontrasepsi oral.
2.
Bagi kader dan petugas kesehatan, perlu memberikan informasi atau konseling
kepada akseptor kontrasepsi oral tentang pengetahuan alat kontrasepsi oral.
3.
Bagi penelitian berikutnya, peneliti juga dapat mencari korelasi atau hubungan
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan akseptor dan juga tingkat pengetahuan
dengan keberhasilan akseptor dalam mengatur jarak kehamilan.
DAFTAR ACUAN
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta.
BKKBN, 2011, Perkembangan Pencapaian Peserta KB baru Menurut Alat
Kontrasepsi, (diakses tanggal 27 Oktober 2012).
14
Derek & Jones, Lewellyn., 2002, Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6,
Jakarta : Hipokrates.
Halpern & Grimes, 2007, Strategies to Improve Adherence and Acceptability of
Hormonal Methods for Contraception, Cochrane Database of Systematic
Reviews.
Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihadjo.
Manuba, I. B., 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB, Jakarta : EGC.
Mubarak, W.I., 2007, Promosi Kesehatan, Jogjakarta : Graha ilmu
Notoadmojo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoadmojo, S., 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Rev, Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, 2001., Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :
Info Medika.
Prawirohardjo, 2005., Ilmu Kebidanan, Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin, A. B., Affandy, B., Baharuddin, M. & Soekir, S., 2006, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Kedua, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo.
Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan beserta Aplikasinya, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Dostları ilə paylaş: |