DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Neutrofil ........................................................................................................... 8
2 Eosinofil ......................................................................................................... 10
3 Basofil ............................................................................................................ 11
4 Monosit ......................................................................................................... 12
5 Limfosit ........................................................................................................... 14
6 Kamar hitung (hemocytometer) ...................................................................... 18
7 Jumlah leukosit kerbau rawa selama sepuluh minggu ................................... 20
8 Neutrofil.......................................................................................................... 22
9 Jumlah neutrofil kerbau rawa selama sepuluh minggu ................................. 23
10 Eosinofil .......................................................................................................... 24
11 Jumlah eosinofil kerbau rawa selama sepuluh minggu ................................. 24
12 Monosit ........................................................................................................... 26
13 Jumlah monosit kerbau rawa selama sepuluh minggu .................................. 26
14 Limfosit .......................................................................................................... 27
15 Jumlah limfosit kerbau rawa selama sepuluh minggu ................................... 28
16 Nilai rasio neutrofil/limfosit (N/L) kerbau rawa selama sepuluh
minggu ............................................................................................................ 29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki plasma nutfah yang berlimpah termasuk hewan
ruminansia besar maupun kecil yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari,
terutama ruminansia besar seperti kerbau. Perkembangan populasi kerbau di
Indonesia kurang menggembirakan karena selama 70 tahun, dari tahun 1923
sampai tahun 1993 populasi kerbau hanya mengalami sedikit peningkatan, yaitu
dari 2.146.437 ekor menjadi 3.060.300 ekor. Berdasarkan data statistik tahun
2006-2011, jumlah kerbau di Indonesia mengalami angka yang fluktuatif. Pada
tahun 2006-2008, jumlah kerbau terus menurun, namun pada tahun 2009 dan
2010 mengalami peningkatan, angka sementara pada tahun 2011 adalah 1.305.000
ekor (Ditjennak 2010). Jumlah populasi ini tidak lepas dari pengaruh faktor
internal dan faktor eksternal terhadap produksi dan reproduksi kerbau. Faktor
internal yang mempengaruhi misalnya berahi diam (silent heat), lama
kebuntingan, panjang jarak antar kelahiran (calving interval), dan tingkat
kematian yang cukup tinggi pada anak kerbau. Sementara itu, faktor eksternal
yang mempengaruhi jumlah populasi yaitu keterbatasan bibit unggul, kualitas
pakan yang rendah, perkawinan silang dalam (inbreeding), keterbatasan modal,
kelangkaan tenaga, kurangnya pengetahuan ternak tentang produksi kerbau serta
kurang tersedianya tenaga penyuluh dan teknologi tepat guna (Suryana 2007).
Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit dilakukan sebagai salah
satu usaha untuk menanggulangi faktor internal dan eksternal pada kerbau,
sehingga dapat mewujudkan program swasembada daging dan penyediaan daging
aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Kesehatan hewan menjadi penting karena
jika terdapat infeksi penyakit, dikhawatirkan akan dapat mengganggu kesehatan
manusia yang mengkonsumsi pangan asal hewan tersebut. Beberapa penyakit
yang pernah dilaporkan terjadi pada kerbau lumpur adalah theilleriosis,
fasciolasis, tripanosomiasis, clostridiosis, ngorok, surra, Malignant Catharall
Fever (MCF) dan black disease (Suryana 2007; Mahmmod et al. 2011).
Respon pertahanan tubuh terhadap penyakit terdiri atas berbagai cara,
salah satunya adalah sistem pertahanan yang dilakukan oleh sel darah putih
(leukosit) (Frandson 1992). Sel darah putih dapat melakukan perannya dalam
sistem pertahanan melalui jenis-jenis sel yang dimiliki seperti limfosit, monosit,
neutrofil, eosinofil, dan basofil. Masing-masing jenis sel darah putih ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda di dalam menjalankan mekanisme pertahanan tubuh.
Indikasi adanya stres, infeksi atau kelainan dalam tubuh karena suatu penyakit
dapat dilihat dari perubahan jumlah sel darah putih secara keseluruhan atau salah
satu dari jenis sel darah putih. Kesehatan hewan ini erat kaitannya dengan kondisi
fisiologis seekor hewan, oleh karena itu, aspek kesehatan hewan harus dijaga.
Salah satu penegakan diagnosa adanya penyakit adalah melakukan pemeriksaan
darah. Penelitian ini mengulas tentang pemeriksaan sel darah putih dan
komponennya sebagai data dasar kerbau lumpur dan untuk mengetahui status
kesehatannya.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah rataan leukosit,
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit, serta melihat indeks stres
kerbau lumpur.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kerbau
lumpur, khususnya jumlah rataan leukosit dan indeks stres untuk kerbau lumpur.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya yang menggunakan kerbau lumpur sebagai
hewan percobaan.