1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
John Forbes Nash Jr merupakan seorang ahli matematika yang genius. Dia
dilahirkan di Bluefield, Virginia barat, Amerika pada 13 Juni 1928. Nash berhasil
menciptakan konsep ekonomi kontemporer yang kini dijadikan sebagai dasar dari
teori ekonomi kontemporer. Selama perang dingin berlangsung, Nash mengidap
gangguan kepribadian Schizophrenia Paranoid yang membuatnya hidup dalam
halusinasi dan selalu dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk
sembuh dan berhasil meraih hadiah Nobel tahun 1994 [1]. Gangguan kepribadian
yang dialami Nash dan beberapa kejadian gangguan kepribadian yang pernah
terjadi lainnya, tentu saja bisa terjadi pada diri kita dan pada orang-orang di
sekitar kita.
Penelitian mengenai penyakit mental “The Global Burden of Disease”
yang dilakukan oleh Murray [2] bekerjasama dengan WHO dan World Bank
memprediksikan bahwa penyakit mental akan menduduki posisi kedua dengan
jumlah penderita sebanyak 78,7 juta jiwa setelah penyakit kardiovaskuler yang
menempati urutan pertama dengan jumlah penderita sebanyak 82,3 juta jiwa pada
tahun 2020. Gangguan kepribadian termasuk kedalam kelompok gangguan
mental. Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan kepribadian jika
perilaku, sikap, dan cara berpikirnya dapat mengganggu dan menyebabkan bahaya
dalam fungsi sosial dan pekerjaan sehingga menimbulkan stres bagi individu,
yang pada umumnya individu tersebut tidak menyadari perilaku bermasalahnya
[3]. Individu yang mengalami gangguan kepribadian berpotensi merusak diri
sendiri atau merendahkan diri dan berperilaku tidak peduli pada situasinya.
Menurut Retnowati [4] yang merupakan Guru Besar Fakultas Psikologi
UGM mengatakan bahwa berdasarkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2011 yang berjumlah sekitar 241 juta jiwa, hanya terdapat 600 orang psikiater dan
365 orang psikolog. Hal ini mengakibatkan terdapat perbandingan 1 psikiater
untuk 401.000 jiwa dan 1 psikolog untuk 660.000 jiwa. Dalam kehidupan sehari-
2
hari, masih banyak dari masyarakat yang kurang memahami mengenai gangguan
kepribadian. Ciri-ciri gangguan kepribadian tidak langsung tampak begitu saja
tetapi harus diperhatikan dari berbagai aspek yang ada sehingga untuk
mendiagnosis gangguan kepribadian apa yang dialami bukanlah hal mudah untuk
untuk dilakukan. Karena itu dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat mendiagnosis
gangguan kepribadian.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka dimungkinkan bagi para
dokter ataupun pakar untuk mendokumentasikan ilmu dan pengalaman kedokteran
yang dimilikinya. Dokumentasi ini dapat dituangkan dalam sebuah sistem yang
menggunakan kecerdasan buatan dan basis pengetahuan yang dapat berperan
sebagai konsultan untuk membantu para dokter atau pakar untuk mendiagnosis
berbagai macam gangguan kepribadian. Menurut Martin dan Oxman [5], sistem
pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta,
dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat
dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut. Dengan adanya sistem
pakar diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan
atau masalah, karena dalam beberapa aspek peran manusia dapat digantikan oleh
komputer.
Razzouk,dkk [6] telah membuat SPK untuk mendiagnosis penyakit
Skizofrenia, namun akuisisi pengetahuan dari 3 orang pakar mengalami kesulitan
karena tidak adanya kesepakatan antara 1 pakar dengan pakar yang lain dalam
melihat gejala-gejala yang berhubungan dengan Skizofrenia. Hal ini memberikan
ketidaktepatan klasifikasi yang mencapai 34% dan tingkat akurasi antara 60-82%.
Asahar
dan Desty
[7] membangun suatu sistem pakar untuk mendiagnosis
gangguan kepribadian dengan menggunakan metode Frame dan Forward
Chaining (FC) yang berbasis desktop. Frame berupa kumpulan slot-slot yang
digunakan atau merupakan atribut untuk mendeskripsikan pengetahuan.
Pengetahuan yang termuat dalam slot dapat berupa kejadian, lokasi, situasi
ataupun elemen-elemen lain. Nilai dari kumpulan slot-slot yang digunakan
bersifat mutlak, sehingga susah diterapkan pada kasus-kasus dimana pasien
3
tidak bisa memberikan jawaban yang pasti.
Penelitian mengenai sistem pakar untuk diagnosis awal gangguan jiwa
neurosis dilakukan oleh Wita, dkk. [8] dengan menggunakan metode Certainty
Factor (CF), tetapi dalam penerapannya nilai CF dari pakar tidak didapat
langsung dari pakar, melainkan jumlah gejala yang dipilih dibagi dengan jumlah
total gejala. Penelitian ini digunakan oleh masyarakat umum berbasis mobile
cellular dengan melakukan pengujian kepada user berupa kuisioner dengan hasil
rata-rata memuaskan namun penelitian ini tidak melakukan pengujian terhadap
kinerja sistem.
Ada banyak metode sistem pakar yang biasa digunakan dalam melakukan
diagnosis suatu penyakit. Tetapi dalam menghadapi suatu masalah, sering
ditemukan jawaban yang tidak memiliki kepastian penuh. Hal ini sangat mudah
dilihat pada sistem diagnosis penyakit, ketika pakar tidak dapat mendefinisikan
hubungan antara gejala dengan penyebabnya, dan pasien tidak dapat merasakan
suatu gejala dengan pasti pula, sehingga dapat menghasilkan banyak
kemungkinan diagnosis [9]. CF merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam menangani masalah ketidakpastian. Kelebihan dari metode ini
adalah mampu bekerja dengan ketidakpastian yang sifatnya subjektif karena
pemodelannya yang didasarkan pada pemikiran pakar. CF menyatakan kepercayan
dalam sebuah kejadian (fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau penilaian dari
pakar [10]. CF menggunakan suatu nilai untuk mengasumsikan derajat keyakinan
seorang pakar terhadap suatu data. CF juga dapat digunakan untuk menentukan
nilai keyakinan atas fakta awal yang diberikan oleh pengguna.
Sistem
diagnosis
yang
dibangun
diharapkan
dapat
membantu
permasalahan yang dikemukakan diatas. Bagi dokter jiwa, sistem pakar ini dapat
dijadikan asisten untuk berbagi pengalaman, karena sistem pakar ini dibuat bukan
hanya berdasarkan teori-teori yang ada, namun juga berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh dokter jiwa. Masyarakat umum juga dapat
menggunakan sistem ini untuk melakukan diagnosis awal terhadap gangguan
4
kepribadian yang diderita sebelum berobat ke ahlinya untuk mendapatkan
penanganan yang lebih baik.
1.2 Perumusan masalah
Dari latar belakang tersebut, dibuat rumusan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Sering ditemukan jawaban dari pasien yang tidak memiliki kepastian
penuh terhadap gejala yang dirasakannya.
2.
Penggunaan metode Frame pada sistem pakar diagnosis kepribadian
yang terdahulu masih belum mampu untuk menangani ketidakpastian
dari jawaban pasien.
3.
Dalam penerapan penggunaan metode CF pada penelitian sebelumnya,
nilai CF pakar tidak didapat langsung dari pakar, melainkan didapat
dari jumlah gejala yang dipilih dibagi dengan jumlah total gejala.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih fokus peneliti membatasi pembahasan pada sistem pakar
untuk diagnosis gangguan kepriadian dengan pendekatan CF, berikut batasan
masalah dalam penelitian:
1.
Gangguan kepribadian pada penelitian ini khusus untuk gangguan
kepribadian khas yaitu gangguan kepribadian Paranoid, Antisosial,
Histrionik, Anankastik, Cemas, dan Dependen.
2.
Penelitian ini berpedoman pada buku PPDGJ III [11] untuk
mendiagnosis gangguan kepribadian.
1.4 Keaslian Penelitian
Penelitian yang menggunakan sistem pakar untuk melakukan diagnosis
terhadap suatu penyakit telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar
negeri dengan menggunakan beberapa metode sistem pakar yang ada.
Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian yang pernah dilakukan
5
dibidang psikologi telah banyak dilakukan sebelumnya.
Penelitian untuk gangguan psikosis guna mendiagnosis Skizofrenia
dilakukan oleh Razzouk dkk [6] dengan membangun sebuah sistem pakar dengan
menggunakan
konsep Parsimonious Cover yaitu mendefenisikan diagnosis
sebagai set yang lebih kecil dari penyakit yang menjelaskan semua gejala-gejala
yang dikenal. Dalam penelitian ini melibatkan 3 orang pakar, namun dalam
penelitian ini mengalami kesulitan karena tidak adanya kesepakatan diantara tiap
pakar dalam melihat gejala-gejala yang berhubungan dengan Skizofrenia.
Penelitian yang dilakukan
Asahar dan Desty
[7] mengimplementasikan
penggunaan metode Frame dan FC untuk mendiagnosis gangguan kepribadian
yang berbasis desktop. Frame berupa kumpulan slot-slot yang digunakan atau
merupakan atribut untuk mendeskripsikan pengetahuan. Pengetahuan yang
termuat dalam slot dapat berupa kejadian, lokasi, situasi ataupun elemen-
elemen lain. Sedangkan inferensinya menggunakan FC. Sistem pakar yang
dibuat tersebut telah berhasil mendiagnosis gangguan kepribadian Dramatik
berdasarkan gejala-gejala yang telah dimasukkan berdasarkan jawaban dari
pengguna, tetapi pada penelitian ini mengalami beberapa kendala terhadap data
yang kurang lengkap dan juga jawaban dari pasien yang masih ragu-ragu
terhadap gejala-gejala yang dirasakannya.
Penelitian mengenai sistem pakar untuk diagnosis awal gangguan jiwa
neurosis dilakukan oleh Wita, dkk. [8] dengan menggunakan metode CF.
Penelitian ini menggunakan Mobile Cellular dalam menjalankan aplikasinya.
Tools yang digunakan dalam sistem ini adalah NetBeans IDE 6.8, Adobe
Dreamweaver CS5 dan bahasa pemrograman J2ME, PHP dan MYSQL. Penelitian
ini digunakan oleh masyarakat umum berbasis mobile cellular dengan melakukan
pengujian kepada user berupa kuisioner dengan hasil rata-rata memuaskan namun
penelitian ini tidak melakukan pengujian terhadap kinerja sistem.
Penelitian mengenai studi perbandingan metode Fuzzy dan metode CF
untuk mendiagnosis penyakit Skizofrenia dilakukan oleh Aldino, dkk [12].
Implementasi metode Fuzzy dilakukan dengan memasukkan gejala Skizofrenia
6
berdasarkan lama waktu (hari) pasien menderita gejala tersebut. Kemudian
mencari derajat keanggotaan nilai tiap variabel dalam setiap himpunan
menggunakan
rumus
persamaan
pada
metode
Fuzzy.
Untuk
pengimplementasian, terlebih dahulu harus mencari nilai CF sekuensial dengan
cara mengalikan aturan (rule) dengan CFx. Kedua metode yang digunakan
sama-sama dapat menghasilkan suatu kesimpulan atau mampu mengidentifikasi
penyakit dengan memanfatkan masukan berupa gejala yang kemudian dilakukan
perhitungan dengan menggunakan metode yang digunakan sehingga
menghasilkan keluaran berupa nilai kemungkinan dari suatu penyakit yang
diderita. Diharapkan penelitian ini tidak hanya dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit Skizofrenia saja, tetapi dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit kejiwaan lainnya.
Wawan [13] melakukan penelitian di Klinik Psikologi UGM
menggunakan metode FC dan Formula Bayes untuk menentukan jenis gangguan
Psikologi klinis. Untuk mendapatkan hasil diagnosis dimulai dengan mencari
gejala-gejala, hal ini sesuai dengan mekanisme dari FC dan menangani
ketidakpastian saat menyimpulkan hasil konseling karena aturan tidak terpenuhi
dapat dilakukan dengan data konseling klien menggunakan formula Bayes untuk
mendapatkan nilai kemungkinan diagnosis awal sehingga pengguna tetap
mendapatkan hasil diagnosis gangguan psikologi pada sistem pakar psikologi
klinis. Hasil dari konseling dengan sistem online dapat memberikan beberapa
kondisi jawaban, seperti : klien tetap dalam kondisi normal karena klien tidak ada
data gejala yang dimasukkan dan bila ada tidak memiliki lebih dari 2 gejala yang
ada pada gangguan, memiliki gangguan karena sesuai dengan aturan serta
memiliki gangguan walaupun tidak memenuhi aturan tetapi gejala yang
dimasukkan terdapat lebih dari 2 pada gangguan dan nilai kemungkinan diambil
dari populasi database klien yang mengalami gangguan. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah agar melakukan implementasi sistem pada web menggunakan
jaringan internet dengan kinerja baik agar sistem yang berbasiskan web tidak
menjadi masalah baru dikarenakan akses yang kurang cepat. Setiap sistem pakar,
7
diharapkan menyertakan narasumber yang bertanggung jawab atas knowledge
yang ada untuk kredibilitas sistem pakar.
Penelitian untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan psikosis dilakukan
oleh Ause [14]. Penelitian ini menggunakan penalaran berbasis aturan Rule Based
Reasoning (RBR) untuk melakukan diagnosis awal gangguan psikosis yang terdiri
dari gangguan Skizofrenia, gangguan waham menetap dan gangguan psikosis akut
dan menggunakan metode CF dalam menangani ketidak pastian yang muncul
serta menggunakan metode Case Based Reasoning (CBR) untuk melakukan
diagnosis jenis gangguan psikosis Skizofrenia. Proses diagnosis dilakukan dengan
cara memasukkan gejala yang dirasakan pasien oleh paramedis. Jika pasien
memiliki gangguan Skizofrenia, maka digunakan CBR untuk melakukan dignosa
jenis Skizofrenia nya. Setiap kasus baru Skizofrenia akan di hitung tingkat
similaritas dengan menggunakan metode Weighted Nearest Neighboor. Hasil
pengujian yang dilakukan oleh pakar menunjukkan bahwa RBR mampu
melakukan diagnosis gangguan gangguan psikosis dengan benar sedangkan hasil
pengujian CBR menggunakan data rekam medis menunjukkan bahwa sistem
mampu mengenali jenis Skizofrenia secara benar dengan kriteria similaritas sangat
mirip (0,8-1) sebesar 80% dan kriteria mirip (0,6-0,79) sebesar 20%. Rangkuman
penelitian yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
8
Tabel 1.1 Tabel penelitian sebelumnya
No.
Peneliti
Metode
Hasil Penelitian
Keterangan
1.
Razzouk, dkk.
[6]
Menggunakan
konsep
Parsimonious
Cover.
Membangun
SPK
untuk
melakukan
diagnosis
Skizofrenia.
SPK
yang
dibangun
memiliki
kinerja
dengan
misklasifikasi mencapai 34% dan performa mencapai
66-82%. Hal ini diakibatkan oleh sulitnya dalam
mencapai kesepakatan antara 1 pakar dengan pakar yang
lain dalam melihat gejala-gejala yang berhubungan
dengan Skizofrenia.
2.
Asahar dan
Desty
[7]
Frame dan
Forward
Chaining
Membangun
sistem
pendukung keputusan untuk
mendiagnosis
gangguan
kepribadian
yang
berbasis
desktop.
Nilai dari kumpulan slot-slot dalam metode frame yang
digunakan bersifat mutlak, sehingga agak sulit
diterapkan pada kasus-kasus dimana pasien tidak bisa
memberikan jawaban yang pasti
3.
Wita, dkk.
[8]
Certainty Factor
Membangun
sistem
pakar
untuk mendignosis gangguan
jiwa neurosis.
Penelitian ini digunakan oleh masyarakat umum berbasis
mobile cellular dengan melakukan pengujian kepada end
user berupa kuisioner dengan hasil rata-rata memuaskan
namun penelitian ini tidak melakukan pengujian
terhadap kinerja sistem.
9
No.
Pengarang
Metode
Hasil Penelitian
Keterangan
4.
Aldino, dkk
[12]
Fuzzy dan
Certainty Factor
Membandingkan
metode
Fuzzy dan Certainty Factor,
sehingga didapatkan metode
mana
yang
lebih
baik
digunakan dalam mendignosis
penyakit Skizofrenia.
Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Ernaldi Bahar
Palembang. Implementasi sistem dilakukan dengan
menggunakan program VB.NET dengan memasukkan
gejala yang ada. Segi akurasi sistem menggunakan
metode
Fuzzy dan Certainty Factor dalam mendignosa
Skizofrenia
berdasarkan
10
data
sampel
acak
menunjukkan nilai 100% berdasarkan validasi dari
pakar.
5.
Wawan
[13]
Forward
Chaining dan
Formula Bayes
Mengahasilkan sistem pakar
yang
mampu
untuk
menentukan jenis gangguan
psikologi klinis
Sistem pakar yang dibangun telah memberikan hasil
yang baik. Pengujian dilakukan di klinik psikologi UGM
dengan memasukkan gejala-gejala yang dirasakan oleh
pasien.
6
Ause
[14]
Rule Based
Reasoning
(RBR),
Certainty Factor,
Case Based
Reasoning (CBR)
Membangun
sistem
pakar
untuk melakukan diagnosis
awal gangguan psikosis akut
yang terdiri dari Skizofrenia,
gangguan waham menetap dan
gangguan psikosis akut.
Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Grhasia
Yogyakarta dengan melakukan konsultasi dengan
seorang dokter spesialis kedokteran jiwa. Penalaran
berbasis aturan dan kasus berpedomana pada buku
PPDGJ III.
10
Setelah melakukan penelusuran dan perbandingan terhadap beberapa judul
penelitian yang pernah dilakukan dalam bidang psikologi sebelumnya dengan
penelitian sekarang ini, ditemukan beberapa kemiripan yang didapat yaitu dalam
sisi penggunaan metode inferensi yang merujuk pada penelitian [8] [13] [14] yang
menggunkaan mesin inferensi dengan metode CF tetapi berbeda objek penelitian.
Penelitian dengan objek penelitian yang sama merujuk pada penelitian [6] [7]
[12]. Pada penelitian [6] menggunakan konsep Parsimonious Cover yaitu
mendefenisikan diagnosis sebagai set yang lebih kecil dari penyakit yang
menjelaskan semua gejala-gejala yang dikenal untuk melakukan diagnosis
Skizofrenia. Pada penelitian [7] menggunakan metode Frame dan metode FC
untuk mendiagnosis gangguan kepribadian. Pada penelitian ini menggunakan
metode CF untuk melakukan diagnosis gangguan kepribadian dengan pendekatan
metode CF. Sedangkan pada penelitian [12] bertujuan untuk membandingkan
penggunaan metode Fuzzy dan CF dalam mendiagnosis gangguan Skizofrenia,
gangguan Skizofrenia merupakan bagian dari salah satu gangguan kepribadian.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan diagnosis gangguan kepribadian
dengan pendekatan metode CF. Penggunaan metode CF pada penelitian ini
dikarenakan metode ini mampu menangani ketidakpastian jawaban yang sering
ditemukan yaitu ketika pakar tidak dapat mendefinisikan hubungan antara gejala
dengan penyebab secara pasti, dan pasien tidak dapat merasakan suatu gejala
dengan pasti sehingga pada akhirnya ditemukan banyak kemungkinan diagnosis.
Dengan menggunakan pendekatan metode CF dalam melakukan diagnosis
terhadap gangguan kepribadian diharapkan sistem mampu mendapatkan hasil
diagnosis dengan cepat dan tepat.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengatasi permasalahan ketidakpastian jawaban dari pasien dalam
diagnosis gangguan kepribadian yang ada.
2. Merancang dan mengimplementasikan suatu sistem pakar diagnosis
11
gangguan kepribadian dengan pendekatan metode CF sehingga
menghasilkan suatu sistem yang dapat melakukan diagnosis sesuai
dengan masukan gejala oleh pengguna.
3. Mengevaluasi hasil keluaran dari sistem, apakah telah sesuai dengan
hasil yang diharapkan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat utama dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Efisiensi kerja dan waktu bagi pengguna dan pakar dapat tercapai;
2. Mendokumentasikan pengetahuan pakar kedalam sistem untuk
dipergunakan pada masa yang akan datang;
3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa ilmu
Matematika dan Teknologi Informasi dapat digabungkan untuk
mengambil suatu keputusan diagnosis.
4. Membantu Pemerintahan RI dalam program meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat berdadarkan UU Kesehatan Masyarakat.
1.7 Sistematika Penelitian
Tesis dengan judul “Sistem Pakar Untuk Diagnosis Gangguan Kepribadian
Dengan Pendekatan Certainty Factor” disusun dengan sistematika penulisan
adalah sebagai berikut.
1.
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, keaslian
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan
sistematika penulisan;
2.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka, Kecerdasan Buatan, Sistem
Pakar, Ketidakpastian, Faktor Kepastian (Certainty Factor), Tools
pendukung dalam penelitian ini, dan gangguan kepribadian;
12
3.
BAB III Metodologi
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai perangkat penelitian,
jalannya penelitian, dan cara analisis metode yang digunakan;
4.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai hasil penelitian dan analisis
metode serta hasil diagnosis;
5.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai kesimpulan dan saran yang
dapat membangun serta meningkatkan maksud dan tujuan dari
penelitian ini menuju ke arah yang lebih baik.
Document Outline
Dostları ilə paylaş: |