1
© 2008 Hardy Merriman.
*Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Oleh Hardy Merriman
Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk
memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa kekerasan ini biasanya
berhubungan dengan nilai moral atau etis, untuk tidak menggunakan cara-cara
kekerasan. Namun demikian, tindakan ini juga bisa dilihat bukan semata-mata
sebagai pilihan moral dan etis. Menempatkan aksi tanpa kekerasan sebagai
fenomena yang berbeda, dari sebatas nilai moral atau etis, akan lebih
mengembangkannya sebagai cara yang pragmatis dan jauh dari konflik.
Pilhan aksi tanpa kekerasan mengacu pada pemikiran bahwa kekuasaan di dalam
masyarakat, adalah berasal dari persetujuan dan sifat kepatuhan yang dimiliki
masyarakat, atau kita mengenalnya dengan teori perjanjian masyarakat. Meski pada
kenyataannya, jamak terjadi hal yang sebaliknya. Gambaran umum mengenai praktik
kekuasaan di masyarakat seringkali memperlihatkan, seseorang atau kelompok yang
memiliki kekayaan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan, maka orang atau
kelompok tersebutlah yang akan menjadi pemegang kekuasaan. Sama halnya seperti
perekonomian, yang merupakan salah satu subsistem dari sebuah— yang juga diatur
oleh hukum—sistem kekuasaan, yang nampaknya dikelola berdasarkan uang dan
kekuasaan, telah menjadi subsistem dari ribuan atau bahkan jutaan pola perilaku
masyarakat yang lebih luas, dan melahirkan pola kepatuhan dari masyarakat. Akan
tetapi jika masyarakat itu mengubah pola loyalitas, perilaku, dan kepatuhan mereka,
maka keseimbangan kekuasaan di dalam masyarakat itu pun akan ikut berubah.
Secara sederhana, jika masyarakat tidak patuh, maka para penguasa dan korporasi
pun tidak dapat berkuasa.
Aksi tanpa kekerasan mencoba untuk menggunakan kekuasaan dengan cara
menciptakan perubahan terhadap pola loyalitas, perilaku, dan kepatuhan masyarakat
2
© 2008 Hardy Merriman.
*Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
secara kolektif. Prosesya dapat berlangsung secara dramatis, sebagai contoh ketika
kita melihat apa yang terjadi pada perjuangan kemerdekaan India; pergerakan
memperjuangkan hak-hak sipil di Amerika Serikat; beberapa perjuangan kaum buruh,
seperti Pergerakan Serikat Petani di tahun 1960an; lengsernya kekuasaan Ferdinand
Marcos di Filipina (1986); perlawanan terhadap Augusto Pinochet di Chili (1988);
Apartheid di Afrika Selatan (1980 s.d.1990an); Slobodan Milosevic di Serbia (2000);
dan sistem otoritarian di Ukraina (2004). Dalam praktik sehari-hari, perubahan pola
tersebut juga dapat terjadi secara halus, misalnya gerakan masyarakat sipil untuk
lebih memilih berbelanja produk lokal, memboikot suatu produk, atau bekerja untuk
mengembangkan institusi atau perekonomian alternatif.
Gambaran umum dan contoh-contoh memperlihatkan banyaknya metode dan
manifestasi dari pilihan aksi tanpa kekerasan. Secara umum aksi tanpa kekerasan
dapat dibagi menjadi tiga kategori: (1) aksi pelaksanaan—ketika masyarakat
melakukan aksi yang tidak diduga, atau melakukan aksi yang tidak seharusnya
dilakukan; (2) aksi kelalaian—situasi ketika masyarakat tidak melakukan aksi yang
seharusnya dilakukan; atau (3) kombinasi dari aksi pelaksanaan dan aksi kelalaian.
1
Sebelum mendiskusikan lebih jauh mengenai pentingnya perubahan kepatuhan
masyarakat dan pola perilakunya, penting untuk terlebih dahulu mengetahui perihal
asal-muasal perilaku patuh dari masyarakat. Alasan kepatuhan suatu masyarakat
tentu dapat berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, tetapi
setidaknya ada dua alasan paling umum yang dapat temukan. Pertama, karena
masyarakat merasa tidak ada perilaku alternatif yang dapat mereka pilih; dan Kedua,
masyarakat kurang memiliki kepercayaan diri bahwa aksi mereka dapat
menghasilkan sebuah perubahan.
_____________________
1
Gene Sharp, Mengobarkan Perjuangan Tanpa Kekerasan: Praktik Abad ke-20 dan Potensi Abad ke-21,
(Boston, MA: Penerbit Porter Sargent), 2005, hlm. 547
3
© 2008 Hardy Merriman.
*Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
Banyak pula orang yang lupa bahwa sesungguhnya mereka merupakan pemegang
kekuasaan di dalam masyarakat. Tentu saja pendidikan formal, pemerintah, sektor
swasta, dan media, memperkuat anggapan bahwa kekuasaan hanya berada di antara
beberapa individu di dalam pemerintahan atau korporasi besar, dan uang serta
senjata (yang telah mereka monopoli) adalah sumber kekuatan yang paling utama.
Hal ini telah memperkuat tujuan mereka dengan tepat dan sangat akurat. Oleh
karenanya, pergerakan tanpa kekerasan, diharapkan dapat menyadarkan
masyarakat, bahwa dengan aksi kolektif mereka, masyarakat yang terorganisir
dengan baik, memiliki visi yang sama, dan memiliki strategi, merupakan masyarakat
yang kuat, bahkan lebih kuat dari militer dan uang sekalipun. Gerakan yang akan
ditumbuhkan di tingkat akar rumput, jika ingin mendapatkan daya tarik dan
dukungan, haruslah mengingat dan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut, serta
terus mengingatkan masyarakat, bahwa masyarakat merupakan kekuatan yang
sentral.
Gerakan yang berhasil tentunya tidak semata-mata mampu memberitahukan kepada
masyarakat bahwa mereka kuat, akan tetapi harus pula mampu mendemonstrasikan
kekuatan masyarakat dengan jelas, tujuan yang mudah diraih, kemudian
mendokumentasi dan mempublikasikan hasil atau kemenangan mereka. Salah satu
contohnya adalah perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat, yang mampu
mengonsentrasikan kekuatan mereka untuk melalukan penghapusan pemisahan
(desegregasi) layanan bus-bus di Montgomery, Alabama pada 1955-1956, dan
desegregasi beberapa tempat makan siang di Nashville pada tahun 1960. Kemudian
pergerakan kemerdekaan India, yang fokus pada usaha untuk meraih konsesi dari the
British on the Salt Acts (Undang-Undang Garam) dan undang-undang lainnya, pada
tahun 1930-1931. Keberhasilan-keberhasilan itu merupakan salah satu kemenangan
kecil, yang selanjutnya akan mengarah kepada tujuan besar dalam melakukan
penghapusan segregasi di seluruh Amerika Serikat, atau dalam meraih kemerdekaan
India dari Inggris. Keberhasilan dalam perjuangan tersebut juga telah memberikan
4
© 2008 Hardy Merriman.
*Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
efek jangka panjang dan lebih luas. Kemenangan itu sekaligus memberikan contoh
bagi masyarakat, bahwa gerakan yang mereka lakukan memiliki arti dan mereka
mampu membuat perubahan, sehingga berimplikasi pada meningkatnya dukungan
dan mobilisasi, yang mendorong pergerakan ini, baik dikancah nasional maupun
internasional.
Pengalaman keberhasilan dalam pergerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat atau
pergerakan kemerdekaan India, memperlihatkan bahwa tercapainya tujuan mereka,
bukanlah semata-mata ditopang oleh nilai moral yang tinggi. Kemenangan tersebut
dapat diraih karena adanya kerja keras, kreatifitas, dan analisis politik yang kuat.
Pengalaman inilah yang dapat menjadi gambaran mengenai aksi tanpa kekerasan
yang sukses. Namun, banyak pula yang mengabaikan hal-hal tersebut, banyak yang
berasumsi bahwa aksi tanpa kekerasan sebatas aksi demonstrasi, ekspresi dari
kekerasan, perintah moral, kebergantungan terhadap pemimpin yang karismatik,
atau bahkan dianggap berhubungan dengan kekuatan mistis. Tidak, hal ini bukanlah
merujuk pada hal itu semua, tidak juga mengacu kepada orang-orang yang memiliki
ideologi pasifisme, atau secara etis memang mereka tidak mau melakukan
kekerasan.
Aksi tanpa kekerasan mendasarkan diri pada orang-orang yang memiliki visi yang
menyatukan masyarakat, mempunyai perencanaan strategi yang baik, komunikasi
publik secara efektif, dan mampu mengidentifikasi pilihan metode yang sesuai dari
suatu situasi. Tidak ada strategi satu untuk semua, aksi tanpa kekerasan merupakan
aksi yang spesifik. Sedangkan prinsip-prinsip yang menyatukan pilihan aksi tanpa
kekerasan ini antara lain: kekuasaan yang berdasarkan pada persetujuan dan
kepatuhan; implementasi yang bergantung pada konteks dan masyarakat tertentu;
menunjukan sebagai aksi publik yang tegas; perubahan yang tidak terlihat dalam pola
pergerakannya, atau keduanya (umumnya gerakan memiliki variasi yang beragam
pada taktik yang dirancang untuk digunakan dalam masyarakat yang memiliki tingkat
5
© 2008 Hardy Merriman.
*Versi yang sedikit dimodifikasi esai ini muncul di: Biologi Konservasi, Volume 22, No. 2, April 2008 hlm. 241-2.
keterlibatan yang berbeda); menunjukan cara-cara untuk menggunakan atau
menciptakan ruang politik dalam masyarakat, dari yang mengalami kesulitan untuk
melakukan perubahan, hingga menjadi masyarakat yang lebih fleksibel.
Untungnya, saat ini banyak penelitian akademik yang telah dilakukan mengenai
bagaimana aksi tanpa kekerasan dapat menghasilkan hasil yang baik. Minat pengkajian
terhadap pengetahuan mengenai aksi tanpa kekerasan juga meningkat, seiring dengan
mulai nampaknya kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh aksi ini. Anda mungkin tidak
akan menemukan tulisan ini di koran-koran, dan anda tidak akan banyak menemukan
politisi berbicara mengenai hal ini. Akan tetapi bila anda berbicara mengenai
pengelolaan gerakan di tingkat akar rumput dan masyarakat sipil di dunia, mereka
akan memberitahukan hal ini kepada anda. Mereka mengakui bahwa masyarakat
merupakan agen perubahan, dan perubahan struktural yang berlangsung dari bawah
ke atas. Masyarakat tidak menunggu seseorang untuk memimpin mereka, karena
mereka mengerti bahwa mayoritas pemerintah dan pemimpin korporasi tidak akan
mengambil kepemimpinan itu. Bahkan ketika masyarakat terpecah belah, keduanya—
pemerintah dan pemimpin korporasi—akan kesulitan untuk mengambil tanggung
jawab itu.
Dalam perkembangannya, terdapat peningkatan signifikan dari masyarakat di dunia
saat ini, untuk memilih aksi tanpa kekerasan (baik dalam isu pemilihan umum, sistem
hukum, atau bahkan pengertian yang paling sederhana dari perubahan), sebagai cara
yang pragmatis untuk memperkuat komunitas mereka, dalam memperjuangkan hak
asasi, kebebasan, keadilan, tranparansi, hak perempuan, masyarakat adat, hak
minoritas, dan perlindungan lingkungan. Terlepas dari keragaman tujuan dari suatu
aksi tanpa kekerasan, prasyarat bagi aksi tanpa kekerasan adalah sama, yakni menata
ulang konsep kekuasaan dalam sudut pandang masyarakat. Membagikan
pengetahuan ini, dan membangun kesadaran masyarakat akan kekuatannya, menjadi
tugas yang penting, demi lahirnya perubahan dalam masyarakat. [ ]
Dostları ilə paylaş: |