9
ukuran perusahaan dan biaya RnD, kegiatan outsourcing, dan ownership
& legal form.
Barry et al. (2008) berpendapat bahwa struktur kepemilikan dapat
memengaruhi kinerja bank karena tipe kepemilikan yang berbeda akan
memberikan
insentif
yang
berbeda
kepada
manajer
untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien. Dengan kata lain, struktur
kepemilikan dapat memengaruhi efisiensi teknis perbankan.
Berger & Mester (1997b) menyebutkan bahwa tingkat modal bank secara
langsung memengaruhi biaya (cost) bank dengan menyediakan alternatif
sumber dana yang digunakan untuk memberikan kredit. Pancurova &
Lyocsa (2013) menyebutkan bahwa rasio modal yang rendah mengarah
pada nilai efisiensi yang rendah pula. Rasio modal merupakan proksi
dari kesehatan keuangan bank, atau dengan kata lain, kesehatan
keuangan bank berpengaruh terhadap efisiensi teknis.
Hipotesis “ bad luck” yang dikemukakan oleh Berger & Young (1997),
yaitu Non Performing Loan (NPL) yang meningkat disebabkan oleh faktor-
faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh manajemen seperti
kondisi perekonomian yang menurun. NPL yang tinggi dapat
menyebabkan perbankan tidak memiliki efisiensi operasional. Dengan
kata lain, NPL berpengaruh terhadap efisiensi teknis perbankan.
Surifah (2011) mengungkapkan bahwa perusahaan besar mempunyai
sumber daya yang lebih baik, biaya transaksi yang lebih rendah, dan
lebih bisa bertahan dalam menghadapi persaingan dan goncangan
perekonomian. Dengan kata lain, perusahan besar atau perusahaan
yang memiliki aset besar cenderung lebih efisien.
Hauner (2004) menjelaskan bahwa pada dasarnya ukuran bank
berpengaruh terhadap efisiensi melalui dua cara, yaitu pertama, apabila
ukuran bank berhubungan positif dengan kekuatan pasar, bank yang
berukuran lebih besar biaya inputnya akan lebih rendah. Kedua, ada
kemungkinan terjadi increasing return to scale, yaitu keadaan pada saat
rasio input terhadap output menurun dengan meningkatnya biaya
perusahaan. Increasing returns to scale dapat berasal dari biaya tetap
(misalnya biaya untuk penelitian atau manajemen risiko) atau dari
10
tenaga kerja yang terspesialisasi. Dengan kata lain, ukuran bank dapat
berpengaruh terhadap efisiensi operasional bank.
Melengkapi penjelasan konseptual yang telah dirujuk, beberapa
peneliti juga telah melakukan beberapa penelitian di berbagai negara
menyangkut faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi operasional bank.
Berikut ini merupakan rangkuman studi empiris yang terkait dengan
faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi operasional bank di berbagai
negara.
M. Anwar et al. (2012) menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
efisiensi operasional bank di Indonesia di antaranya adalah total aset
sebagai proksi dari ukuran bank, Return on Asset (ROA) sebagai proksi
dari keuntungan bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) sebagai proksi dari likuiditas bank, Non Performing Loan
(NPL) sebagai proksi dari risiko kredit bank, pertumbuhan GDP riil, IHSG
(Indeks Harga Saham Gabungan), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Subandi (2014) juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
efisiensi operasional bank di Indonesia yang di antaranya adalah total
aset, tipe bank (status bank), rasio CAR, rasio LDR, rasio NPL,
pengeluaran operasional (operating expense), dan Net Interest Margin
(NIM).
J.G. Garza-Garcia (2012) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat efisiensi operasional bank secara umum di Mexico
di antaranya adalah tingkat kapitalisasi bank, Net Interest Margin (NIM),
Return on Asset (ROA), Non-Interest Expense, Non-Interest Income, Non
Performing Loan (NPL), pangsa pasar, total aset, kredit, pertumbuhan
GDP, kapitalisasi pasar, tingkat konsentrasi yang diproksikan
menggunakan nilai HHI (Herfindahl Hirschman Index), status bank,
tingkat inflasi, dan volatilitas suku bunga pasar uang.
Penelitian Sufian (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi efisiensi operasional bank di Thailand di antaranya adalah
ukuran bank yang diproksikan dengan total aset, kredit, risiko yang
diproksikan dengan rasio Loan Loss Provision terhadap total aset, rasio
Non Interest Income terhadap total aset, rasio Non Interest Expense
11
terhadap total aset, total book value of shareholders equity, ROA,
pertumbuhan GDP, inflasi, rasio konsentrasi aset 3 bank terbesar (CR3),
rasio stock market capitalization, dan status kepemilikan bank.
Seelanatha (2012) mengemukakan 15 variabel yang diidentifikasi
berpotensi sebagai determinan dari efisiensi operasional bank di
Srilanka, di antaranya adalah 7 variabel mikroekonomi, yaitu kualitas
aset, kekuatan permodalan, interest margins, profitability, risiko
operasional, kualitas produk, dan likuiditas. Adapun 5 variabel dari
makroekonomi, yaitu stock market capitalization, inflation ratio, market
power and concentration, pendapatan perkapita, dan pertumbuhan GDP.
Selain itu, terdapat 2 variabel kualitatif, yaitu struktur kepemilikan bank
dan usia bank itu sendiri.
2.3
Hubungan antara Suku Bunga dan Efisiensi Operasional Bank
Menurut Schlüter et al. (2012), efisiensi operasional bank
dipertimbangkan dalam penetapan suku bunga kredit dan memengaruhi
perilaku bank dalam melakukan pengaturan tingkat suku bunganya.
Dalam hal ini, terdapat hubungan kausalitas antara suku bunga dan
efisiensi bank, yaitu penentuan efisiensi bank juga dapat dilakukan dengan
melihat perilaku penetapan suku bunga bank secara historis.
Pengaruh tingkat suku bunga kredit dan deposit bank terhadap
efisiensi lembaga intermediasi keuangan atau perbankan dapat dijelaskan
melalui interest rate spread atau net interest margin (NIM). Spread sendiri
merupakan selisih antara ex post implicit interest rate yang dikenakan atas
pinjaman dan implicit interest rate yang dibayarkan atas deposit, sedangkan
net interest margin merupakan total pendapatan bunga dikurangi total
pengeluaran bunga dibagi dengan rata-rata aset produktif.
Menurut Dabla-Norris & Floerkemeier (2007), spread antara tingkat
suku bunga kredit dan deposit merupakan indikator dari efisiensi lembaga
intermediasi keuangan. Tingginya interest rate spread menjadi indikasi
inefisiensi pada sektor perbankan. Oleh karena itu, spread suku bunga
perbankan yang tinggi dapat mengurangi potential savers karena tingkat
pengembalian yang rendah atas deposit dan meningkatkan biaya finansial
Dostları ilə paylaş: |