Tanggung jawab pendidikan seksual


Pendidikan dengan Adat kebiasaan



Yüklə 295,9 Kb.
səhifə4/5
tarix20.10.2017
ölçüsü295,9 Kb.
#5696
1   2   3   4   5

Pendidikan dengan Adat kebiasaan

Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapkan dalam syariat islam, bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah. Yakni ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada allah dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagipertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang murni, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus. Tidak ada yang menyangka bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spritual yang tinggi dan kepribadian yang utama, jika ia hidup dengan di bekali dua faktor: pendidikan islami yang utam dan lingkungan yang baik.

Jika seorang anak mempunyai kedua orang tua muslim yang baik yang mengajarkan kepada dirinya prinsip-prinsip iman dan islam, maka ia akan tumbuh dengan ikatan iman dan islam. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan keluarga. Bahwa teman mempunyai pengaruh besar terhadap seseorang, jika teman baik dan bertakwa, maka seseorang dapat mengambil sifat baik dan takwanya. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di tempat-tempat lainya. Bahwa lingkungan baik mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan muslim dam kebaikan dan ketakwaan, juga membentuknya atas dasar iman, kaidah dan akhlak yang terdapat hadis tentang seorang lelaki pembunuh sembilan puluh sembilan orang yang diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim. Berdasarkan prinsip-prinsip ini orang-orang saleh terdahulu memiliki para pendidik anak-anak mereka dan menyediakan suasana yang baik bagi para pertumbuhan yang penuh dengan kebaikan, serta menghiasi dengan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik.

Salah satu wasiat Ibnu Sina dalam pendidikan anak-anak adalah, “hendaknya ada bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehari=hari anak-anak kecil yang berbudi pekerti baik, beradat kebiasaan terpuji, karena anak kecil lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saingmeniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan.”

Sungguh teramat salah apa yang selama ini menjadi keyakinan beberapa orang, bahwa manusia dilahirkan adakalanya dalam keadaan baik dan adakalanya dalam keadaan jahat, sebagaimana dilahirkannya domba dalam keadaan jinak dan menjadi binatang buas. Mereka beranggapan bawasanya tidak mungkin mengubah kejahatan yang tersebunyi pada diri manusia, seperti juga tidak mungkin mengubah kebaikan yang telah menjadi ciri keasliannyasul jika bukan untuk memperbaiki umat manusia demi kebahagiaan doi dunia dan akhirat? Kemudian mengapa negara manapun senantiasa memperhatikan atau mementingkan adanya peraturan dan undang-undang? Mengapa pemerintah mendirikan sekolah-sekolah, pondok pesantren dan perguruan tinggi? Dan mengapa mereka menangani masalah penggandaan tenaga pengajar dan paa pendidik dari kalangan ahli pendidikan, moral, dan sosial? Bukankah itu semua untuk kepentingan pengajaran, pendidikan, pembentukan akhlak, memperbaiki kerusakan, mendasari yang baik dan meluruskan yang bengkok? Jika tidak demikian, maka untuk apakah kitab diturunkan dan para rasul di utus? Untuk apa diletakkan peraturan dan undang-undang? Untuk apa dihadirkan pengajar dan pendidik? Apakah semuanya itu adalah sebuah pengerahan tenaga dan pikiran melelahkan yang tanpa tujuan sia-sia? Bukankah kajian tentang akhlak itu saja sudah menjemukan jika tidak terdapat tujuan di balik itu semua?

Setelah menguraikan peranyaan-pertanyaan dan argumentasi logika ini, dapat kita simpulkan bahwa manusia diciptakan dengan potensi menjadi baik atau jahat jika umat manusia berada pada pendidikan dan lingkungan yang baik, ia akan tumbuh dalam kebaikan yang tumbuh dari iman yang tulus, budi pekerti yang utama, dan kecintaan terhadap keutamaan dan kebaikan. Dengan demikian, lahirlah seorang manusia mukmin yang utama dan mulia di dalam masyarakat.

Pendapat keliru tersebutbertentangan dengan logika, karena untuk apakah Allah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para r

Tata cara atau metode yang telah diberlakukan islam dalam upaya memperbaiki kaum dewasa yiatu orang-orang yang telahlewat dari usia balig adalah berkisar pada tiga masalah pokok:


  1. Ikatan kaidah

  2. Penjelasan akan cela dari kejahatannya

  3. Perubahan lingkungannya

Ikatan kaidah adalah merupakan dasar yang paling utam bagi kelangsungan seorang mukmin dalam muqarabah kepada allah, merasakan keagungannya, dan takut kepadanya di setiap waktu dan kesempatan. Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan kokohnya spritual dan kehendak personal seorang mukmin. Karenanya, ia tidak akan menjadi hamba nafsu syahwatnya dan tidak menjadi tawanan sifat-sifat hewani lainnya. Tetapi dengan sepenuh hatinya ia akan terdorong untuk menerapkan dan mengamalkan metode rabbani, seperti yang Allah turunkan dan wahyukan kepada Rasulullah saw. Karena konsekuensi dari pada yang dinamakan iman adalah mengambil atau menjalankan syariat tanpa merasa terpaksa dan mematuhi ajaran-ajaran islam dengan sepenuh hati. Bahwa keseluruhan ibadah, berzikir dan wirid, membaca Al-Qur’an dan menekuni maknanya di waktu siang dan tengah malam, berupaya merasakan keagungan Tuhan pada setiap kesempatan dan keadaan, serta yakin akan tibanya kematian dan apa yang akan terjadi sesuhdahnya, iman kepada azab kubur dan introgasi dua malaikat, yakni dengan segala yang akan terjadi di kehidupan akhirat dan kehebatan hari kiamat. Ini semua melahirkan suatu kesinambungan muraqabab kepada Allah. Diantara fenomena yang dapat di terima oleh akal sehat, bahwa ketika seorang mukmin memiliki kekuatan jiwa dalam muraqabab kepada allah dan ketika pada dirinya timbul kehendak untuk mengendalikan bahwa nafsu dan amarahnya, maka seorang tersebut dalam dirinya telah muncul kesadaran untuk menjadi baik. Berkat dorongan akidah serta nalurinya, ia dapat mendirikan neraca pertimbangan untuk segala permasalahan yang ia hadapi. Karenanya, ia tidak akan sesat dan fasik, tidak menyeleweng dan binasa, karena ia yakin bahwa allah senantiasa mengawasi dan memperhatikan segala tindak-tanduknya mengetahui rahasia dan bisiknya mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.

Adapun tentang menjelaskan cela dari kejahatan, maka ini adalah cara terbaik untuk memberi kepuasan kepada orang dewasa dalam meninggalkan perbuatan mungkar, menjauhkan diri dari kerusakan dan dosa. Menerangkan cela kejahatan ini metode yang dipakai oleh Al-Quran dalam upaya memberi kepuasan kepada kaum jahiliyah untuk meninggalkan kebiasaan, kejahatan dan perbuatan dosa mereka. Sebagai bukti adalah ketika islam mengharamkan khamar. Keputusan haram adalah dengan ayat-ayat Al-Quran yang turun secara bertahap. Pertama menyikap kejelekan khamar, kedua tentang pengaruhnya yang jelek bagi umat manusia dan terakhir tentang bahayanya bagi moral, sosial dan agama.

Bahwa metode islam dalam memperbaiki kaum dewasa didasarkan pada tiga hal pokok yang mempunyai pengaruh besar dalam meluruskan akhlak yang menyimpang:


  1. Dengan ikatan akidah, akan tumbuh pada diri orang dewasa perasaan muraqabab dan takut kepada allah, baik dalam keramaian maupun kesunyian. Inilah yang dapat menguatkan dalam dirinya kehendak untuk menjauhkan diri dari segala yang diharamkan dang menghias diri dengan akhlak mulia dan sifat terpuji.

  2. Dengan menerangkan cela kemungkaran dan kejahatan, akan memberikan kepuasan bagi kaum dewasa untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan kemauan keras untuk meninggalkan segala kehinaan. Bahkan dengan segala ketentraman jiwa dan hati, ia akan meninggalkan segala perbuatan dosa.

  3. Dengan mengubah lingkungan sosial, berarti mempersiapkan upaya memperbaiki kaum dewasa dengan cara yang baik, menyediakan suasana yang kondusif, kehidupan mulia, sehingga akan baik dengan sendirinya.

Adapun metode islam dalam upaya perbaikan terhadap anak-anak adalah mengacu pada dua hal pokok:

  1. Pengajaran

  2. Pembiasaan

Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiasaan adalah dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

Ketika daya tangkap dan potensi pada usia anak-anak dalam menerima pengajaran dan pembiasaan adalah sangat besar dibandingkan pada usia lainnya, maka hendaklah para pendidik, ayah, ibu dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasaakannya, sejak ia mulai memahami realita kehidupan ini. Sedangkan dalam dimensi praktisnya, upaya pengajaran ini adalah dengan menyediakan dan membiasakan anak agar beriman sepenuh jiwa dan hatinya, bahwa tidak ada pencipta, tidak ada tuhan kecuali Allah yang maha Suci. Dan ini tidak mungkin terlaksana kecuali dengan jalan mengemukakan benda-benda yang mencerminkan kekuasaannya yang dapat dilihat oleh anak-anak, seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia dan ciptaan-ciptaan lainnya untuk diambil kesimpulan bahwa di balik ciptaan itu semua terdapat pencipta, yang tidak lain adalah Allah semata.

Ada hal-hal penting yang harus di ketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur. Yaitu mengikuti sistem stimulasi kepada anak dengan kata-kata baik dan pemberian hadiah. Sewaktu-waktu menggunakan metode targbib (pemberian stimulasi berupa pujian atau sesuatu yang disenangi), dan dengan metode tarbib (pemberian stimulasi luas berupa peringatan atau sesuatu yang ditakuti). Semua metode tersebut sangat bermanfaat dalam upaya membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak dan etika sosial. Sehingga dengan ini sang anak akan menjadi manusia mulia, seimbang dan lurus di hati masyarakat ia mendapatkan tempat untuk dicintai, dihormati dan disegani.


  1. Pendidikan dengan Nasehat

Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Karenanya tidak heran kalau kita tahu bahwa Al-Quran menggunakan metode ini menyerukan kepada manusia uantuk melakukannya dan mengulang-mengulangnya dalam beberapa ayat nya dan dalam sejumlah tempat di mana dia memberikan arahan dan nasehatnya.

Bahasa Al-Quran dalam berdakwah kepada Allah dan selalu mengingatnya , serta dalam menyampaikan petuah dan nasihat sungguh sangat beragam.semuanya itu telah dicontohkan oleh para dai kepada para jamaah dan pengikut mereka.

Tidak ada seorangpun yang menyangkal bahwa petuah yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening hati terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka dengan cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas yang sangat dalam . alqur’an telah menegaskan pengertian ini dalam banyak ayatnya dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus.

Al-quran penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode pemberian nasehat sebagai dasar dawah,sebagai jalan menuju perbaikan individu dan pemberi petunjuk bagi masyarakat. Siapapun yang mau membuka lembaran al’quran niscaya dia akan mendapatkan metode pemberian nasehat yang benar-benar tampak dalam sejumlah ayatnya. Terkadang dengan perinagatan untuk bertaqwa dengan mengingatkan untuk berdzikir dengan mengemukakan kata-kata nasehat dengan mengikuti jalan orang yang telah mendapatkan petujuk atau dengan membujuk dan merayu bahkan dengan metode ancaman.

Sebagaimana telah kita kemukakan diatas berdasarkan bukti –bukti al’quran yang menerangkan secara tegas dan jelas bahwa jiwa yang murni hati yang terbuka, akal yang jernih dan berpikir, jika dimasuki kata –kata yang membekas nasihat yang berpengaruh peringatan yang tulus maka dengan cepat akan memberi respon dan jawaban tanpa ragu, terpengaruh tanpa bimbang , bahkan dengan cepat akan tunduk kpada kebenaran dan menerima hidayah allah yang diturunkan.

Dengan demikian para pendidik hendaknya memahami betul akan hakikat ini,dan menggunakan metode Al-quran dalam upaya memberikan nasehat,peringatan dan bimbingannya untuk mempersipkan anak-anak mereka yang masih usia muda.dalam hal akidah maupun moral,dalam pembentukan kepribadian,maupun kehidupan sosial jika mereka memang mengiginkan kebaikan,kesempurnaan,kematangan ahlak dan akal anak-anak.

Metode al’quran dalam menyajikan nasehat dan pengajaran mempunyai ciri sendiri seperti tampak dibawah ini:


  1. Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan kelembutan atau upaya penolakan.

  1. Seruan untuk anak-anak

  2. Seruan untuk kaum wanita

  3. Seruan untuk bangsa-bangsa

  4. Seruan kepada orang-orang yang beriman

  5. Seruan kepada ahli kitab

  6. Sruan kepada seluruh umat manusia.



  1. Metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan nasehat

Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa ddan akal dengan argumentasi-argumentasinya yang logis dan rasional.al;quran memakai metode ini di beberapa tempat, lebih-lebih dalam berita-berita tentang para rosull dan kaumnya.allah telah menceritakan kepada rosullulloh Saw cerita-cerita yang paling baik tentang kejadian-kejadian yang baik sebagaai cermin bagi umat manusia dan menjadi peneguh rosullulloh saw.

Al-quran penuh dengan berbagai kisah para nabi dan kaumnya. Terkadang kisah itu diulang di beberapa surah dalam Al-quran, dan untuk menampakan kisah itu maka setiap kali tampil ia memakai metode baru yang berbeda dengan metode sebelumnya. Sekaligus merupakan salah satu kemukjijatan Al-quran, yang tidak ada bandingannya dalam penyajian isinya. Dari segi lain, adalah untuk menyajikan tamsil ibarat yang tersimpan di balik ayat-ayat tersebut, dan menampakannya di antara lafal-lafal dan arti yang tidak dapat diketahui kecuali orang-orang yang dalam ilmunya, yang dapat merasakan balagbab Al-quran. Sebagai contoh adalah kisah musa a.s. bersama firaun yang berulang kali di sebutkan dalam Al-quran

Dari perbandingan antara dua penyajian kisah diatas dapat kita simpulkan beberapa hal dibawah ini:


  1. Kisah pertama sangat terperinci dan panjang.kisah kedua boleh dibilang ringkas dan pendek

  2. Ada perbedaan besar antara dua penyajiannya,baik yang berkait dengan ayat-ayat maupun kalimat-kalimat akhir dari ayat-ayatnya dalam hal panjang pendeknya makna dan sususnan nya atau bentuk perintah dan larangannya

  3. Fokus pembicaraan dalam surah Al-A”raf adalah mengenai :

  1. Pemberian argumentasi atau hujjah terhadap firaun

  2. Penampakan mukzizat yang menunjukan kebenaran musa a.s

  3. Adanya dialog yang berlangsung antara musa dan ahli-ahli suhir.

  4. Iman para ahli sihir setelah pemberian hujjah

  5. Ancaman firaun

  6. Tidak mempedulikannya para ahli sihir terhadap ancaman firaun, setelah iman memasuki hati mereka.

  7. Allah menghukum firaun dan kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau panjang dan kekurangan buah-buahan

  8. Balasan allah terhadap perbuatan mereka dengan menenggelamkan mereka.

Sedang fokus pembicaraan dalam surah An-Naziat adalah :

  1. Allah membinasakan firaun karna pengakuan dirinya sebagai “Tuhan”

  2. Pelajaran yang dapat di ambil oleh siapa saja yang mengikat allah dan takut kepadanya

Kini jelaslah perbedaan besar antara kedua kisah tersebut, baik yang berkaitan dengan balagbabnya maupun cara pengambilan pelajarannya. Karenanya, kita tidak boleh berpendapat bahwa kisah-kisah yang di ulang-ulang itu semata-mata untuk di ulang,sebagaimana yang telah kita lihat dari perbedaan besar antar kedua kisah di atas.

  1. Metode wasiat dan nasihat

Al-quran sangat dipenuhi oleh ayat-ayat disertai wasiat dan nasihat, nash-nash yang mengandung arahan kepada pembaca terhadap apa yang mendatangkan manfaat dalam agama, dunia dan akhiratnya. Juga yang bermanfaat bagi pembentukan dirinya secara spiritual, mental dan fisikal, dan berguna bagi persiapannya untuk menjadi dai dan pahlawan jihad.

Al-Quran mempunyai pengaruh yang teramat kuat pada jiwa dan hati. Karnanya ketika seorang muslim mendengarkan ayat-ayat al-quran dengan hati yang khusyuk, maka jiwanya akan tertarik dan ruhnya akan bergetar. Sehingga pada dirinya akan timbul janji kepada allah untuk melaksanakan apa yang dinasihatkan dan diwasiatkan, menunaikan perintah dan menjauhi larangnnya. Sebab, semua itu turun dari yang maha bijaksana lagi maha terpuji, yang didalamnya terdapat obat yang sangat manjur dalam menyembuhkan penyakit jasmani dan rohani.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah : 177)

Dan masih banyak lagi wasiat, nasehat, pengarahan, perintah, dan larangan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Berikut adalah uraian rinci persoalan tersebut :


  1. Pengarahan dengan kata penguat, seperti firman-Nya :

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Ar-Ra’du : 4)

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. Ar-Ra’du : 3)

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi orang-orang yang mendengar.” (Q.S. Yunus : 67)


  1. Pengarahan dengan pertanyaan yang mengadung kecaman, seperti firman-Nya :

طَاغُونَ قَوْمٌ هُمْ أَمْ بِهَذَ أَحْلامُهُمْ تَأْمُرُهُمْ ا أَمْ

"Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka, untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini?, ataukah mereka kaum yang melampaui batas?." – (QS. At-Thuur:32)”

,يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لا يُؤْمِنُونَ أَمْ


صَادِقِينَ كَانُوا إِنْ مِثْلِهِ بِحَدِيثٍ فَلْيَأْتُوا

Ataukah mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) membuat-buatnya”. Sebenarnya mereka tidak beriman Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS.At-Thuur :34)”



أَمْ يُرِيدُونَ كَيْدًا فَالَّذِينَ كَفَرُوا هُمُ الْمَكِيدُونَ 

Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. (QS. At-Thuur: 42)”



أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Ataukah mereka mempunyai ilah selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Thuur: 43)”

  1. Pengarahan dengan argumen-argumen logika


وَٱلنَّهَارِ ٱلَّيْلِ وَٱخْتِلَٰفِ وَٱلْأَرْضِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ خَلْقِ فِى إِنَّوَمَآ ٱلنَّاسَ يَنفَعُ بِمَا ٱلْبَحْرِ فِى تَجْرِى ٱلَّتِى وَٱلْفُلْكِ بَعْدَ ٱلْأَرْضَ بِهِ فَأَحْيَا مَّآءٍ مِن ٱلسَّمَآءِ مِنَ ٱللَّهُ أَنزَلَ ٱلرِّيَٰحِ وَتَصْرِيفِ دَآبَّةٍ كُلِّ مِن فِيهَا وَبَثَّ مَوْتِهَا

يَعْقِلُونَ لِّقَوْمٍ لَءَايَٰتٍ وَٱلْأَرْضِ ٱلسَّمَآءِ بَيْنَ مُسَخَّرِ ٱ وَٱلسَّحَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”(QS.Al-Baqarah: 164)

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS.At-Thuur: 35)”

  1. Pengarhan dengan keuniversalan Islam

Allah swt berfirman
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177)

Artinya : 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa


  1. Pengarahan dengan yurisprudensi, seperti firman-Nya

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Artinya: 

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. 
Demikianlah berbagai macam metode terpenting yang digunakan oleh Al-Qur’an dalam menyajikan nasehatnya, masing-masing mempunyai pengaruh sangat membekas pada hati. Kerenanya, jika para pendidik menggunakan metode yang telah digunakan Al-Qur’an ini dalam upaya mendidik dan melatih anak, maka tidak diraguakan, anak-anak akan tumbuh dalam kebaikan, keutamaan akhlak, dan tingkah laku yang terpuji.

Menggunakan metode kisah, kita sebutkan beberapa contoh antara lain :



  1. Dalam kisah Orang berpenyakit kusta, botak dan buta.

  2. Dalam kisah Sepotong kayu anaeh.

  3. Dalam kisah Hajar dan ismail



  1. Menggunakan Metode Dialog

Yaitu dengan melontarkan persoalan mengenai para sahabat Rasulullah Saw agar membangkitkan perhatian, menggerakkan kecerdasan, dan menuangkan nasehat yang berbekas kepada mereka dengan kepuasan.

Di bawah ini di sebutkan beberapa contoh :

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr bin Ash’.r.a., ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw, bersabda :

Yang artinya : “ Apakah kalian tahu, siapakah muslim itu ? jawab para sahabat, Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu. Sabda Rasulullah, muslim adalah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari lisan dan tangannya. Sabdanya lagi, ‘ tahukah kalian siapa mukmin itu ? jawab para sahabat, ‘Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu sabdanya lagi, ‘mukmin adalah orang yang membuat orang-orang yang beriman (mukmin) lainnya merasa aman terhadap jiwa dan harta mereka.”



  1. Memulai Nasehat dengan Bersumpah kepada Allah

Ini dimaksudkan untuk menarik perhatian orang yang mendengarkan karena pentingnya apa yang akan di ucapkan, untuk dikerjakan atau dijauhi.

Muslim dalam shahihnya meriwayatkan dari Rasulullah Saw. Bahwa beliau bersabda :

Yang artinya :

Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah kalian akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian akan beriman sehingga kalian saling cinta – mencintai, apakah kalian mau jika aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang jika kalian kerjakan niscaya kalian saling cinta-mencintai ? sebarkanlah (ucapan) salam diantara kalian. “



  1. Mencampur Nasehat dengan Humor

Ini dimaksudkan untuk menggerakkan rasio, menghilangkan jemu dan menimbulkan daya tarik. Diantaranya, apa yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Anas r.a.,ia berkata:

Yang artinya :

Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw, meminta seekor sapi jantan dari harta sedekah untuk membawa harta bendanya. Maka Rasulullah Saw. Bersabda, ‘ sesungguhnya aku akan membawamu di atas anak unta. ‘orang itu berkata, ‘ ya Rasulullah, apa yang dapat aku perbuat dengan anak unta ? Rasulullah Saw berkata, ‘ apakah unta melahirkan hanya unta betina ?


  1. Sederhana dalam Nasehat Agar Tidak Membosankan

Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Samurah r.a. ia berkata :

Yang artinya :

Aku pernah shalat bersama Rasulullah Saw, ternyata shalatnya pertengahan ( tidak panjang dan tidak pendek bacaannya )


  1. Nasehat yang Berwibawa dan Berbekas Bagi Hadirin

Seorang Da’i tidak akan mempunyai wibawa dan pengaruh seperti ini, kecuali jika ia mempunyai sifat yang tulus, berhati halus, berjiwa khusyuk, berkepribadian suci. Jika tidak demikian, maka tanggung jawab adalah sangat besar di hadapan Tuhan semesta alam. Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw, bersabda:

Yang artinya :

Barang siapa belajar ilmu berbicara untuk menawan hati khalayak, maka Allah tidak akan menerima tobat dan tebusan pada hari kiamat.


  1. Nasehat dengan Memberikan Perumpamaan

Untuk memperjelas nasehat dan pengajarannya, Rasulullah Saw sering menggunakan perumpamaan dengan apa yang dapat mereka saksikan dengan mata kepala dan berada dalam jangkauan mereka,sehingga nasehat dapat lebih membekas pada hati dan akal.

An- Nasa’i dalam Sunannya meriwayatkan dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Yang artinya :

Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca Al-quran adalah seperti buah Utrujjah’ ( nama buah-buahan yang menyerupai jeruk), baunya semerbak, rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-quran adalah seperti kurma, rasanya enak tetapi tidak berbau. Perumpamaan orang durhaka yang suka membaca Al-quran adalah seperti tumbuh-tumbuhan yang harum baunya tetapi rasanya pahit. Perumpamaan orang durhaka yang tidak membaca Al-quran adalah seperti buah pari, rasanya pahit dan tidak berbau. Perumpamaan teman yang jahat adalah seperti tukang pandai besi, jika hitamnya tidak mengenaimu, maka paling tidak asapnya akan mengenaimu.

Perumpamaan yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw, ini sangat besar pengaruhnya di hati orang-orang yang mendengarkan untuk menyukai kebaikan dan menjauhi kejahatan.


  1. Nasehat dengan Memperagakan Tangan

Jika Rasulullah Saw menghendaki ketegasan suatu masalah yang penting, beliau memperagakan kedua tangannya, mengisyaratkan bahwa masalah penting itu harus diperhatikan dan diamalkan.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al- Asy’ari, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :

Yang artinya :

Orang mukmin bagi orang mukmin lainnya adalah sebagaimana bangunan yang saling memperkuat.” Beliau menyilangkan antara jari jemarinya.”



  1. Nasehat dengan Memperagakan Gambar

Rasulullah Saw, menggariskan telunjuknya di tanah, dihadapan para sahabatnya untuk memperjelas sebagian pemahaman yang penting, dan mendekatkan kepada akal mereka sebagian gambaran yang bermanfaat.

  1. Nasehat dengan Amalan Praktis

Rasulullah Saw. Memberikan contoh kepada para sahabatnya dengan contoh yang hidup mengenai metode pendidikan, pengajaran dan pembinaan. Di bawah ini contoh-contohnya :

Abu Duwud, Nasa’i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Amr bin Syua’ib dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw.dan berkata :

Wahai Rasulullah, bagaimana berwudhu itu ? maka Rasulullah Saw, minta untuk dibawakan kepadanya air kedalam sebuah bejana. Kemudian beliau membasuh kedua belah tangannya sebanyak tiga kali sehingga sempurna, kemudian bersabda, ‘ maka, barang siapa yang lebih dari ini atau kurang, maka ia telah berlebih-lebihan dan berbuat zalim.”


  1. Nasehat Disesuaikan dengan Situasi

Seringkali Rasulullah Saw mempertimbangkan keadaan orang yang hendak diberi petunjuk dan nasehat agar lebih membekas dan memahami secara baik. Diantaranya adalah contoh dibawah ini :

Muslim meriwayatkan dari Jabir r.a. Artinya :

Bahwa Rasulullah Saw, masuk pasar yang sesak, kemudian beliau melewati anak kambing yang kedua telinganya kecil dalam keadaan mati. Lalu Rasulullah Saw memegang telinganya dan berkata, “ siapa mau membeli anak kambing ini dengan harga satu dirham? Orang-orang berkata, ditukar dengan apapun kami tidak suka, untuk apa kambing mati itu? ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘apakah kalian suka jika anak kambing itu untuk kalian?’ orang-orang berkata, ‘ demi Allah jika anak kambing itu hidup, maka telinga yang kecil ini adalah cela, apabila mati? Rasulullah Saw. bersabda, ‘Maka demi Allah, sesunngguhnya dunia ini lebih hina bagi Allah dari (bangkai anak kambing) ini atas kamu sekalian.


  1. Nasehat dengan Mengalihkan kepada yang Lebih Penting

Rasulullah Saw. memilih suatu permasalahan yang lebih penting. Di antaranya seperti contoh di bawah ini :

Apa yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Anas r.a.,bahwa seorang Baduwi bertanya kepada Rasulullah Saw :

Kapankah hari kiamat itu terjadi, ya Rasulullah? Maka Rasulullah Saw. bersabda, Apa yang telah kamu persiapkan untuknya? Baduwi tersebut menjawab, ‘ Mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ Maka Rasulullah Saw, bersabda, ‘ kamu senantiasa bersama dengan yang kamu cintai’.


  1. Nasehat dengan Menunjukkan Sesuatu yang Haram ( agar Dijauhi )

Rasulullah Saw, pernah mengambil sesuatu yang haram dan dilarang, serta mengangkatnya dihadapan umum, untuk menetapkan kepada mereka sesuatu yang haram dan dilarang dengan perkataan dan penglihatan. Hal ini dimaksudkan agar lebih berkesan untuk dijauhi, lebih tegas dalam menunjukkan yang haram.

Hendaknya kita juga mengetahui bahwa pendidik, jika tidak mengerjakan apa yang diucapkan, tidak mengamalkan apa yang di nasehatkan, maka tak ada seorang pun yang mau menerima perkataannya. Tak ada seorang pun yang terpengaruh dengan nasehatnya, tak ada seorang pun yang mau memenuhi seruannya. Bahkan ia akan menjadi obyek kritik, dan bahan gunjingan orang banyak.

Sebab perkataan yang tidak keluar dari hati tidak akan tembus ke hati. Nasehat yang tidak dijiwai tidak akan berbekas pada jiwa. Berapa banyak para pendidik yang berhasil, ketika memberikan nasehat yang sederhana dalam suatu pertemuan, menekankan masalah yang paling penting, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kejenuhan.

Berapa banyak keberhasilan pendidik ketika memulai nasehatnya dengan sumpah sebagai penguat, menyelipkan humor sebagai penarik perhatian, bersikap keras agar berwibawa dalam memberikan nasehat, sehingga nasehat itu membekas pada hati anak-anak.

Berapa banyak pendidik yang berhasil ketika menjelaskan nasehatnya dengan menggunakan perumpamaan, gambar dan contoh, disamping segala apa yang biasa disaksikan khalayak dengan mata kepalanya sendiri. Yakni peristiwa-peristiwa yang berada dalam jangkauan mereka, sehingga lebih membekas, mudah dipahami dan lebih melekat diakal.


  1. Yüklə 295,9 Kb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə