Deklarasi ilo mengenai Prinsip-Prinsip



Yüklə 181,41 Kb.
Pdf görüntüsü
səhifə7/7
tarix05.12.2017
ölçüsü181,41 Kb.
#13967
1   2   3   4   5   6   7

prosedur untuk menggantikan kajian empat tahunan yang diperkenalkan oleh

Badan Pimpinan ILO (Governing Body) pada tahun 1995, dan melalui usaha-

usaha yang sesuai dengan tujuan Deklarasi, yang dilakukan oleh para Anggota

yang belum mengesahkan seluruh Konvensi mendasar.

2.

Tindak lanjut ini setiap tahunnya akan mencakup empat bidang



dari prinsip-prinsip  dan hak-hak mendasar yang dirinci dalam Deklarasi ini.

B. Tata Cara Pelaksanaan

1.

Tindak  lanjut  ini  dibuat  berdasarkan  laporan-laporan  yang



diminta dari para Anggota sesuai dengan pasal 19 paragraf 5(e) Konstitusi ILO.

Bentuk-bentuk laporan dibuat sedemikian rupa agar supaya dari pemerintah

negara-negara  yang  belum  mengesahkan  salah  satu  dari  atau  beberapa

Konvensi-konvensi  mendasar  dapat  diperoleh  informasi  mengenai  setiap

perubahan yang mungkin telah terjadi dalam pranata hukum mereka maupun

tata  cara  dan  prosedur  yang  berlaku,  dengan  mempertimbangkan  pasal  23

Konstitusi ILO dan tata cara serta prosedur yang telah ditentukan.

2.

Laporan-laporan tersebut dikumpulkan dan disusun oleh Kantor



Pusat ILO dan akan dikaji oleh Badan Pimpinan.

3.

Guna  menyajikan  suatu  pengantar  terhadap  laporan-laporan



yang  telah  dikumpulkan  dan  disusun  tersebut  dan  dengan  memusatkan

perhatian pada aspek-aspek yang mungkin memerlukan diskusi yang lebih

mendalam, Kantor Perburuhan Internasional dapat meminta pendapat sejumlah

ahli yang ditunjuk untuk mencapai maksud ini oleh Badan Pimpinan.

4.

Tinjauan  terhadap  penyesuaian  prosedur-prosedur  Badan



Pimpinan  yang  berlaku  saat  ini  hendaknya  dilakukan  sehingga  Anggota-

Anggota yang tidak terwakili dalam Badan Pimpinan mendapatkan kesempatan

untuk memberikan penjelasan yang sepantasnya selama berlangsungnya rapat

Badan  Pimpinan  guna  melengkapi  atau  memberikan  tambahan  informasi

dalam laporan-laporan yang mereka berikan.

III. LAPORAN GLOBAL

A. Maksud dan Ruang Lingkup

1.

Laporan global dimaksudkan untuk memberikan suatu gambaran



global yang dinamis dan berkaitan dengan setiap kategori prinsip-prinsip dan

17



hak-hak  mendasar  yang  tercatat  selama  periode  empat  tahun  sebelumnya,

sekaligus  berfungsi  sebagai  patokan  untuk  menilai  sampai  seberapa  jauh

bantuan yang diberikan ILO itu dapat dikatakan berhasil, sekaligus menentukan

prioritas-prioritas  pada  periode  yang  akan  datang  dalam  bentuk  rencana-

rencana  kegiatan  bagi  kerjasama  teknis  yang  dirancang  khusus  untuk

memobilisasi  sumber-sumber  daya  internal  dan  eksternal  yang  dipandang

perlu untuk melaksanakan prioritas-prioritas tersebut.

2.

Laporan global setiap tahunnya akan mencakup salah satu dari



empat  kategori  prinsip-prinsip  dasar  dan  hak-hak  asasi  tersebut  secara

bergantian.

B. Tata Cara Pelaksanaan

1.

Laporan global akan disusun di bawah tanggung jawab Direktur



Jenderal berdasarkan informasi resmi, atau informasi yang dikumpulkan dan

dinilai sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Laporan global untuk

negara-negara yang belum mengesahkan Konvensi-konvensi dasar ILO akan

disusun khususnya berdasarkan temuan-temuan dari tindak lanjut tahunan

yang  telah  disebut  sebelumnya.  Laporan  global  untuk  negara-negara  yang

telah  mengesahkan  Konvensi-konvensi  tersebut  akan  disusun  khususnya

berdasarkan laporan-laporan yang masuk seperti yang digariskan dalam pasal

22 Konstitusi ILO.

2.

Laporan  global  ini  akan  diserahkan  kepada  Konperensi



Perburuhan Internasional untuk diskusi tiga pihak (tripartit) sebagai laporan

dari Direktur Jenderal. Konperensi Perburuhan Internasional dapat menangani

laporan ini secara terpisah dari laporan-laporan yang digariskan dalam pasal

12  dari  Peraturan,  Tata  Cara  dan  Prosedur  Konperensi,  dan  membahasnya

dalam  sidang  yang  khusus  diselenggarakan  untuk  laporan  ini,  atau

menanganinya  dengan  cara-cara  lain  yang  pantas.  Laporan  global  tersebut

kemudian  akan  menjadi  masukan  tahap  awal  bagi  Badan  Pimpinan  untuk

mengambil kesimpulan-kesimpulan dari pembahasan tersebut yang berkaitan

dengan prioritas dan rencana-rencana kegiatan kerjasama teknis yang akan

dilaksanakan dalam periode empat tahun berikutnya.

IV. TELAH DIPAHAMI BAHWA:

1.

Pengajuan proposal adalah mutlak diperlukan untuk mengubah



Peraturan,  Tata  Cara  dan  Prosedur  dari  Badan  Pimpinan  dan  Konperensi

Perburuhan Internasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan ketetapan-

ketetapan di atas.

18



2.

Konperensi  Perburuhan  Internasional  wajib,  pada  saat  yang

tepat,  meninjau  kembali  pelaksanaan  tindak  lanjut  ini  sesuai  dengan

pengalaman  yang  diperoleh  untuk  menilai  apakah  tindak  lanjut  ini  telah

secara  memadai  memenuhi  maksud  umum  seperti  yang  disebutkan  dalam

Bagian Pertama.

Demikianlah  Deklarasi  ILO  Mengenai  Prinsip-Prinsip  dan  Hak-Hak

Mendasar di Tempat Kerja beserta Tindak Lanjutnya yang telah diterima oleh

Konperensi  Umum  Organisasi  Perburuhan  Internasional  dalam  Sidangnya

yang ke 86 yang diselenggarakan di Jenewa dan ditutup pada tanggal 18 Juni

1998.

Dengan tulus, dengan ini kami membubuhkan tanda tangan kami pada



hari ini tanggal 19 Juni 1998.

Presiden Konperensi

JEAN-JAQUES OECHSLIN

Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional

MICHEL HANSENNE

19



Lampiran III

Ikhtisar Standar-Standar Dasar Perburuhan

KONVENSI NO. 87

Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Terhadap Hak Berorganisasi, 1948

Adalah  hak  pekerja  dan  pengusaha  untuk  berserikat  (membentuk

organisasi) guna mewadahi kepentingan masing-masing, yang dilaksanakan

secara bebas tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Baik pekerja maupun

pengusaha,  tanpa  ada  perbedaan  apapun,  masing-masing  mempunyai  hak

untuk membentuk organisasi dan bergabung dengan organisasi yang mereka

pilih sendiri dengan tujuan untuk merealisasikan dan membela kepentingan

masing-masing. Organisasi-organisasi seperti itu berhak menyusun anggaran

dasar  dan  anggaran  rumah  tangganya  sendiri,  berhak  sebebas-bebasnya

memilih wakil-wakil yang mereka inginkan, menyelenggarakan administrasi

dan  kegiatan  serta  merumuskan  program-program  mereka  sendiri.  Pihak-

pihak yang berwenang wajib menahan diri supaya tidak melakukan campur

tangan yang dapat membatasi hak berserikat atau menghalangi pelaksanaan

secara  sah  hak  berserikat.  Selain  itu,  organisasi-organisasi  pekerja  maupun

pengusaha tidak boleh dibubarkan atau dibekukan atau dijatuhi skorsing  oleh

pihak yang mempunyai wewenang administrasi.

Kedudukan badan hukum yang dimiliki baik oleh organisasi pekerja

maupun organisasi pengusaha tidak boleh dikenai syarat-syarat yang sifatnya

membatasi  kegiatan  atau  kemampuan  yang  dapat  dilakukan.  Dalam

melaksanakan hak-haknya sebagaimana diatur dalam Konvensi, pengusaha

dan  pekerja  beserta  organisasi  masing-masing  wajib  menghormati  hukum

negara. Meskipun demikian, hukum negara beserta penerapannya tidak boleh

menghalangi atau membatalkan kebebasan berserikat yang pelaksanaannya

dijamin di dalam Konvensi.

KONVENSI NO. 98

Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama, 1949

Konvensi  ini  memberikan  perlindungan  bagi  pekerja  yang  melaksanakan

haknya  untuk  berorganisasi;  melarang  campur  tangan  antara  organisasi-

organisasi pekerja dan organisasi-organisasi pengusaha; serta memperkenalkan

20



dan  memasyarakatkan  prinsip  berunding  bersama  secara  sukarela.  Pekerja

wajib  mendapatkan  perlindungan  dari  tindakan-tindakan  diskriminasi  anti

serikat pekerja.

Pekerja wajib dilindungi dari kemungkinan ditolak bekerja atau tidak

diterima  bekerja  karena  mereka  merupakan  atau  menjadi  anggota  serikat

pekerja. Pekerja juga wajib dilindungi dari pemutusan hubungan kerja atau

prasangka-prasangka lain sehubungan dengan keanggotaannya dalam serikat

pekerja  atau  keikutsertaannya  dalam  kegiatan-kegiatan  serikat  pekerja.

Organisasi-organisasi pekerja dan pengusaha wajib mendapat perlindungan

dari  tindakan  campur  tangan  satu  sama  lain.  Perlindungan  ini  diberikan

terhadap  tindakan-tindakan  yang  sengaja  dirancang  untuk  mendominasi,

membiayai atau mengendalikan organisasi-organisasi pekerja, yang dilakukan

oleh pengusaha atau organisasi pengusaha. Perangkat dan metode yang sesuai

dengan  kondisi  nasional  wajib  dibentuk,  bilamana  diperlukan,  untuk

memastikan  dihormatinya  hak  berorganisasi  sebagaimana  diatur  dalam

ketentuan Konvensi. Langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi nasional

yang  ada  wajib  diambil  bilamana  perlu  untuk  mendorong  dan

memasyarakatkan pengembangan dan penggunaan prinsip berunding bersama

secara sukarela untuk mengatur syarat dan kondisi kerja.

KONVENSI NO. 29

Kerja Paksa, 1930

Konvensi ini bertujuan untuk menghentikan dan mencegah kerja paksa.

Komitmen  mendasar  yang  diberikan  oleh  Negara-negara  anggota

yang  meratifikasi  Konvensi  ini  adalah  menghentikan  dan  mencegah

penggunaan kerja paksa atau kerja wajib dalam segala bentuknya dan dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya. Meskipun Konvensi ini memberikan definisi

umum mengenai kerja paksa atau kerja wajib, Konvensi ini tidak berlaku bagi

lima  kategori  kerja  atau  pelayanan  yang  wajib  dilakukan,  tergantung  pada

kondisi-kondisi yang ada dan jaminan yang diberikan.

Kelima  kategori  tersebut  adalah:  pekerjaan-pekerjaan  yang  wajib

dilakukan selama wajib militer, kewajiban-kewajiban sipil tertentu, pekerjaan-

pekerjaan yang wajib dilakukan narapidana di penjara, pekerjaan-pekerjaan

yang  wajib  dilakukan  pada  saat  terjadi  keadaan  darurat,  dan  pekerjaan-

pekerjaan kecil yang dilakukan untuk pelayanan masyarakat.

Keharusan  melakukan  kerja  paksa  atau  kerja  wajib  merupakan

pelanggaran pidana yang menyalahi hukum dan karena itu, dapat dijatuhi

hukuman.

21



KONVENSI NO. 105

Penghapusan kerja paksa, 1950

Konvensi  ini  melarang  kerja  paksa  atau  kerja  wajib  dalam  bentuk  apapun

untuk tujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan Konvensi ini, Negara-negara anggota

berkewajiban  menghapuskan  semua  bentuk  kerja  paksa  atau  kerja  wajib

sebagai berikut:

• “sebagai  alat  pemaksaan  politik  atau  pendidikan  politik  atau  sebagai

hukuman  karena  yang  bersangkutan  menganut  atau  menyatakan

pandangan  politik  atau  pendapat-pendapat  yang  secara  ideologis

bertentangan  dengan  sistem  politik,  sosial  atau  ekonomi  yang  dianut

negara”;

• “sebagai  alat  untuk  memobilisasi  (mengerahkan)  tenaga  kerja  dan

memanfaatkannya untuk pembangunan ekonomi”;

• “sebagai alat/ hukuman untuk mendisiplin tenaga kerja”;

• “sebagai hukuman karena ikut ambil bagian dalam pemogokan”;

• “sebagai  alat  untuk  melakukan  diskriminasi  rasial,  sosial,  kebangsaan

atau agama.

KONVENSI NO. 100

Imbalan yang Setara, 1951

Upah yang sama bagi pekerja pria maupun wanita untuk pekerjaan

yang bernilai sama.

Negara-negara  yang  telah  meratifikasi  Konvensi  ini  berkewajiban

memasyarakatkan  Konvensi  ini  serta  memastikan  terlaksananya  prinsip

pemberian upah yang sama bagi pekerja pria maupun wanita untuk pekerjaan

yang nilainya sama bagi seluruh tenaga kerja di negara masing-masing, sejauh

hal  itu  konsisten  dengan  metode-metode  yang  berlaku  dalam  menentukan

tingkat imbalan yang sepantasnya diberikan.

Konvensi ini wajib diberlakukan atas upah dasar atau gaji dasar dan

atas honorarium atau pembayaran-pembayaran tambahan apapun jenisnya,

yang dapat dibayarkan secara langsung atau tidak langsung, dalam bentuk

kontan atau dalam bentuk barang, oleh pengusaha kepada pekerja atas pekerjaan

yang  dilakukannya.  Konvensi  ini  mendefinisikan  “upah  yang  sama  untuk

pekerjaan yang bernilai sama” sebagai upah yang diberikan tanpa diskriminasi

jenis kelamin. Penerapan prinsip ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara,

antara  lain  melalui  hukum  atau  peraturan  perundang-undangan  nasional,

perangkat-perangkat  atau  metode  hukum  yang  lazim  digunakan  dalam

menetapkan  upah,  perjanjian-perjanjian  bersama  atau  kombinasi  dari  cara-

cara ini. Salah satu cara spesifik untuk membantu pelaksanaan Konvensi ini

22



adalah penilaian secara obyektif terhadap jenis-jenis pekerjaan berdasarkan

bobot pekerjaan yang dituntut oleh masing-masing jenis pekerjaan tersebut.

Konvensi  ini  juga  menetapkan  kewajiban  pemerintah  untuk  bekerja  sama

dengan  organisasi-organisasi  pengusaha  dan  pekerja  supaya  ketentuan-

ketentuan  yang  tercantum  dalam  Konvensi  ini  dapat  dilaksanakan  dengan

sebaik-baiknya.

KONVENSI NO. 111

Diskriminasi (dalam pekerjaan dan jabatan), 1958

Tujuan:  mengupayakan  pemberian  kesempatan  dan  perlakuan  yang  sama

dalam pekerjaan dan jabatan.

Setiap  Negara  yang  telah  meratifikasi  Konvensi  ini  wajib

mengupayakan  pemberian  kesempatan  dan  perlakuan  yang  sama  dengan

menyusun  suatu  kebijakan  nasional  yang  ditujukan  untuk  menghapuskan

semua bentuk diskriminasi pekerjaan dan jabatan.

Yang  dimaksud  dengan  diskriminasi  adalah  setiap  pembedaan,

pengecualian, atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin,

agama, pandangan politik, keturunan atau asal usul sosial (atau motif lainnya

yang  ditetapkan  oleh  Negara  yang  bersangkutan)  yang  mengakibatkan

hilangnya atau berkurangnya peluang untuk memperoleh kesempatan atau

mendapatkan perlakuan yang sama dalam pekerjaan atau jabatan.

Ruang  lingkup  Konvensi  mencakup  pemberian  kesempatan  untuk

memperoleh pendidikan kejuruan, pemberian kesempatan untuk mendapatkan

pekerjaan-pekerjaan dan jabatan-jabatan tertentu, dan pemberian syarat serta

kondisi kerja yang sama untuk semua.

Negara-negara  anggota  yang  telah  meratifikasi  Konvensi  ini  wajib

mencabut  setiap  peraturan  perundang-undangan  dan  memodifikasi  setiap

instruksi  atau  praktek  administratif  yang  bertentangan  dengan  ketentuan

Konvensi, dan wajib memberlakukan undang-undang dan memasyarakatkan

program-program pendidikan yang mendukung ketentuan dan pelaksanaan

Konvensi  melalui  kerja  sama  dengan  organisasi-organisasi  pengusaha  dan

pekerja.  Kebijakan  ini  wajib  diupayakan  pelaksanaannya  dan  ditaati

sehubungan  dengan  pekerjaan  yang  berada  di  bawah  pengawasan  dan

pengendalian  langsung  badan  nasional  yang  berwenang,  bimbingan  dan

pelatihan kejuruan, dan jasa penempatan tenaga kerja yang berada di bawah

pengawasan dan pengendalian badan yang berwenang.

23



KONVENSI NO. 138

Batas Usia Minimum, 1973

Konvensi ini bertujuan menghapuskan perburuhan anak. Batas usia minimum

untuk diperbolehkan bekerja tidak boleh kurang dari usia usai wajib belajar

(biasanya tidak kurang dari 15 tahun).

Negara-negara  yang  telah  meratifikasi  Konvensi  ini  wajib

mengupayakan suatu kebijakan nasional yang dirancang untuk memastikan

penghapusan secara efektif perburuhan anak dan meningkatkan secara progresif

batas  usia  minimum  diperbolehkan  bekerja  hingga  mencapai  tingkat  yang

konsisten dengan pertumbuhan jasmani dan mental orang muda. Batas usia

minimum  yang  akan  ditetapkan  sesuai  dengan  ketentuan  Konvensi  tidak

boleh kurang dari usia usai wajib belajar dan tidak boleh kurang dari 15 tahun.

Tetapi  Negara-negara  sedang  berkembang  boleh  mula-mula  menetapkan

batas usia minimum 14 tahun.

Batas usia minimum tidak boleh kurang dari 18 tahun – atau kurang

dari 16 tahun dalam kondisi-kondisi tertentu – untuk jenis-jenis pekerjaan yang

cenderung merusak kesehatan, keselamatan atau moral orang muda.

Konvensi ini juga menetapkan kategori-kategori terbatas pekerjaan

yang boleh dikecualikan dari ketentuan karena munculnya masalah-masalah

yang bersifat khusus dan substansial ketika ketentuan Konvensi diberlakukan.

KONVENSI NO. 182

Bentuk-bentuk Terburuk Perburuhan Anak, 1999

Konvensi ini mendesak semua negara untuk melarang dan menghapuskan

bentuk-bentuk  terburuk  pekerjaan  yang  dilakukan  oleh  anak  laki-laki  dan

anak perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun. Konvensi Batas Usia

Minimum (No. 138) dan Rekomendasinya (No. 146) tetap merupakan instrumen

dasar di bidang perburuhan anak.

Bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak meliputi: (a) semua bentuk

perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan seperti penjualan dan

perdagangan anak, praktek mempekerjakan anak sebagai pembayaran utang

orang tuanya, perbudakan anak untuk mengolah tanah (serfdom), kerja paksa

atau  kerja  wajib,  termasuk  perekrutan  anak  secara  paksa  atau  secara  wajib

untuk dipergunakan dalam konflik bersenjata; (b) mempekerjakan, merekrut

atau membeli atau menawarkan anak untuk pelacuran, untuk produksi bahan-

bahan  pornografi  atau  untuk  pertunjukan-pertunjukan  porno;  (c)

mempekerjakan,  merekrut  atau  membeli  atau  menawarkan  anak  untuk

kegiatan-kegiatan  ilegal,  khususnya  untuk  produksi,  perdagangan  dan

penyelundupan obat bius; (d) pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya, atau harus

24



dilakukan  di  lingkungan  yang  cenderung  membahayakan  kesehatan,

keselamatan dan moral anak.

Konvensi  ini  menghimbau  organisasi-organisasi  pengusaha  dan

pekerja untuk secara proaktif berperan sebagai mitra kerja dan mitra konsultasi

pemerintah dalam memperjuangkan penghapusan perburuhan anak dengan

cara:


(1) menentukan jenis-jenis pekerjaan berbahaya, secara berkala memeriksa

dan meninjau ulang daftar jenis-jenis pekerjaan berbahaya dan apabila

perlu merevisinya;

(2) melakukan identifikasi tempat-tempat pekerjaan berbahaya dilakukan;

(3) memonitor kemajuan yang telah dicapai dalam menghapus bentuk-bentuk

terburuk perburuhan anak;

(4) merancang  dan  melaksanakan  program-program  aksi  untuk

menghapuskan  bentuk-bentuk  terburuk  perburuhan  anak  dan

menjadikannya sebagai prioritas. Pemerintah dapat mempertimbangkan

pandangan-pandangan kelompok-kelompok lain yang peduli terhadap

perburuhan  anak  dalam  merancang  dan  melaksanakan  program-pro-

gram  aksi  dan  menjadikannya  prioritas  utama  dalam  upaya  untuk

menghapus bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak.

Konvensi  ini  juga  menuntut  pelaksanaan  dan  penegakkan  peraturan

perundang-undangan  nasional  secara  efektif  untuk  melarang  dan

menghapuskan bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak. Meskipun sanksi

pidana  atau  sanksi-sanksi  lainnya  dapat  membantu  pelaksanaan  ketentuan

Konvensi  ini,  pemerintah  harus  menunjuk  suatu  badan  nasional  yang

berwenang untuk menangani hal ini.

Penghapusan  bentuk-bentuk  terburuk  perburuhan  anak  menuntut

dilakukannya langkah-langkah efektif dan segera untuk menangani bentuk-

bentuk terburuk perburuhan anak pada berbagai tahap manifestasinya: mulai

dari  upaya-upaya  pencegahan  supaya  anak-anak  tidak  direkrut  untuk

dipekerjakan  dalam  bentuk-bentuk  pekerjaan  terburuk;  upaya  pemberian

bantuan  secara  langsung  untuk  membebaskan  anak  laki-laki  dan  anak

perempuan yang telah dipekerjakan, dan upaya untuk memberikan pendidikan

dasar  dan  pelatihan  kejuruan  secara  gratis  kepada  anak-anak  yang  telah

berhasil dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk. Upaya identifikasi

pekerja anak dengan risiko khusus juga harus dilakukan supaya mereka dapat

segera diketahui keberadaannya dan dibebaskan. Situasi khusus yang dihadapi

anak-anak  gadis  juga  harus  dipertimbangkan.  Upaya-upaya  segera  untuk

menolong  anak-anak  yang  dipekerjakan  dalam  bentuk-bentuk  pekerjaan

terburuk harus selalu menekankan pentingnya aspek pendidikan. Selain itu,

kerjasama dan bantuan internasional dalam pembangunan sosial dan ekonomi,

upaya-upaya  untuk  menghapus  kemiskinan  dan  memberikan  pendidikan

bagi semua orang juga harus ditingkatkan.



25


Yüklə 181,41 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə