00 cover Geografi X. pdf


GEOGRAFI Kelas X Tipe Hujan



Yüklə 216 Kb.
Pdf görüntüsü
səhifə59/80
tarix24.04.2018
ölçüsü216 Kb.
#39983
1   ...   55   56   57   58   59   60   61   62   ...   80

166
GEOGRAFI Kelas X
Tipe Hujan
Secara umum, hujan dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu hujan konveksi/
zenit, hujan orografik/relatif, dan hujan frontal. Buatlah karya tulis tentang
salah satu tipe hujan. Carilah informasi mengenai tipe hujan yang dipilih
dari berbagai sumber bersama kelompokmu. Informasi disertai dengan
gambar. Presentasikan hasilnya di depan kelas. Selanjutnya diskusikan
bersama dengan teman-teman sekelasmu.
Hujan
Kamu pasti  pernah kehujanan.
Dalam meteorologi, istilah hujan di-
batasi hanya untuk tetes air yang
jatuh dari angkasa dan memiliki di-
ameter paling kecil 0,5 mm (0,002
inci). Kebanyakan hujan berasal awan
nimbostratus atau cumulonimbus.
Awan nimbostratus dapat menimbul-
kan curah hujan lebat yang dikenal
dengan 
cloudbursts atau awan
ledakan.
Tetes hujan jarang berdiameter
lebih dari 5 mm (0,2 inci). Jika
melebihi 5 mm, butiran hujan akan
pecah menjadi butiran yang lebih kecil. Mengapa? Karena adanya tegangan
permukaan (
surface tention) yang menahan butiran-butiran hujan. Pada
saat jatuh, butiran-butiran hujan bergesekan dengan udara. Akibatnya,
butiran hujan berukuran besar pecah menjadi butiran yang lebih kecil.
Butiran hujan halus memiliki diameter kurang dari 0,5 mm (0,002 inci)
yang disebut 
drizzle.  Drizzle dapat berukuran begitu kecil sehingga
melayang di udara dan hampir tidak dapat dilihat. 
Drizzle dan butiran hujan
kecil umumnya berasal dari awan stratus atau nimbostratus dan terjadi
pada saat hujan selama beberapa jam. Jarang terjadi pada hujan yang
berlangsung seharian.
Sumber:
www.24 hourmuseum.org.uk
Tetes hujan
Apakah ukuran butir-butir hujan sama?  Hujan
memiliki ukuran butir yang berbeda-beda. Berdasarkan
ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai berikut.
1) Hujan gerimis (drizzle), diameter butir-butir air
hasil kondensasi kurang dari 0,5 mm.
2) Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es
dengan suhu udara berada di bawah titik beku.
3) Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang
turun di dalam uap panas dari awan dengan suhu
udara di bawah titik beku.
4) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun
dari awan dengan suhu udara di atas titik beku dan
diameter butirannya kurang lebih 5 mm.
Sumber: 
www.jawapos.co.id
Gambar 7.35
Hujan deras


167
Atmosfer
b. Pengukuran Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama
waktu tertentu disebut curah hujan. Untuk mengetahui
besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut
penakar hujan (rain gauge). Alat ini terdiri atas corong
dan penampung air hujan. Corong berfungsi mengum-
pulkan air hujan dan menyalurkan ke penampung. Air
hujan yang tertampung secara teratur harus dikosong-
kan dan jumlahnya diukur menggunakan tabung
penakar. Curah hujan biasanya diukur dalam milimeter
(mm) atau sentimeter (cm).
Jumlah hujan yang sudah diukur kemudian dicatat
untuk berbagai tujuan. Beberapa jenis data hujan dapat
diperoleh dari hasil pengukuran hujan, antara lain:
1) Jumlah curah hujan harian.
Merupakan hasil pengukuran hujan selama 24 jam.
2) Curah hujan bulanan.
Merupakan jumlah total curah hujan harian selama sebulan.
3) Curah hujan tahunan.
Merupakan jumlah total curah hujan harian selama 12 bulan.
Sumber: 
Understanding Geography 3, halaman 71
Gambar 7.36
Penakar hujan
Bila di sekolahmu akan dipasang alat penakar hujan (
rain gauge),
menurutmu manakah lokasi yang paling tepat untuk menempatkan alat A,
B, C, atau D? Jelaskan mengapa kamu memilih lokasi itu!
C. Persebaran Curah Hujan di Indonesia
Hujan terjadi ketika uap air membentuk awan di angkasa dan jatuh
ke permukaan Bumi setelah mengalami kondensasi. Turunnya hujan
melalui beberapa proses dan menurut keadaan wilayah yang berbeda-
beda. Di wilayah yang luas, hujan turun tidak merata dengan jumlah
tidak sama.
B
A
C
D
Keterangan:
= pepohonan
= rerumputan
= halaman diperkeras
= gedung sekolah
Sumber: 
Dokumen Penulis


168
GEOGRAFI Kelas X
1.
Keadaan Curah Hujan di Indonesia
Wilayah Indonesia sangat luas dan memiliki topografi yang
berbeda-beda seperti pegunungan, dataran tinggi, dan dataran rendah.
Keadaan ini menjadikan hujan yang turun sangat bervariasi. Perhatikan
curah hujan beberapa kota di Indonesia yang tercatat di stasiun iklim
pada tabel berikut ini.
Tabel 7.2 Curah Hujan (mm) di Beberapa Stasiun Iklim di Indonesia
No.
Stasiun Iklim
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
1.
Jakarta
403
239
178
138
121
79
65
91
53
100
119
250
2.
Bandung
240
209
307
231
177
77
64
57
114
176
206
283
3.
Semarang
457
331
251
164
163
61
72
61
88
167
217
383
4.
Padang
311
244
444
427
319
188
364
270
434
591
602
375
5.
Pontianak
256
157
339
301
257
208
208
153
251
356
391
294
6.
Makassar
685
526
404
218
108
53
18
7
32
62
322
606
7.
Kupang
515
391
186
56
21
13
16
0
9
17
140
256
8.
Ambon
153
118
146
168
428
597
442
457
196
113
50
115
Sumber:
 Klimatologi Umum
Berdasarkan tabel di atas, Kota Padang memiliki curah hujan paling
banyak dalam setahun, yaitu 4.569 mm. Sedang curah hujan bulanan
tercatat paling tinggi terjadi di Kota Makassar, yaitu 658 mm (Januari).
Kota Kupang dalam setahun hanya menerima curah hujan 1.620 mm
(terkecil).
Bagaimana persebaran curah hujan di Indonesia? Untuk
mengetahuinya, coba lakukan pemetaan curah hujan seperti berikut
ini.
Perhatikan tabel 7.2. Mana-
kah kota yang selama
setahun semua bulan adalah
bulan basah? Manakah kota
yang memiliki bulan kering
terbanyak? Bulan basah dan
kering ditentukan menurut
klasifikasi Schmidt–Fergu-
son.
Peta Curah Hujan Indonesia
Tabel di bawah ini menunjukkan data curah hujan rata-rata bulanan
tahun 2003 di 29 provinsi di Indonesia (mencakup wilayah Provinsi Irian
Jaya Barat, Sulawesi Barat, Banten, dan Kepulauan Riau). Berdasarkan
data curah hujan yang tersedia, buatlah peta curah hujan. Kamu dapat
menggunakan data curah hujan dengan tahun yang berbeda.
No.
Provinsi
Curah Hujan  (mm)
No.
Provinsi
Curah Hujan (mm)
1.
Nanggroe Aceh Darussalam
118
16.
Sulawesi Tengah
62
2.
Sumatra Utara
161
17.
Sulawesi Tenggara
180
3.
Sumatra Barat
293
18.
Sulawesi Selatan
303
4.
Riau
194
19.
DKI Jakarta
172
5.
Jambi
166
20.
Jawa Barat
145
6.
Bengkulu
237
21.
Jawa Tengah
195
7.
Sumatra Selatan
196
22.
DI Yogyakarta
171
8.
Lampung
173
23.
Jawa Timur
121
9.
Bangka Belitung
208
24.
Bali
169
10.
Kalimantan Barat
242
25.
Nusa Tenggara Barat
135
11.
Kalimantan Tengah
220
26.
Nusa Tenggara Timur
154
12.
Kalimantan Selatan
225
27.
Maluku
258
13.
Kalimantan Timur
227
28.
Maluku Utara
168
14.
Gorontalo
100
29.
Papua
150
15.
Sulawesi Utara
282
Sumber: 
Laporan Penelitian Hibah Bersaing XI/1 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2003


Yüklə 216 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   55   56   57   58   59   60   61   62   ...   80




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə