1.14
Embriologi Tumbuhan
Gambar 1.6.
Penampang Melintang Petal.
Warna petal berperan penting agar bunga tampak menarik bagi agen
polinator. Warna petal disebabkan oleh pigmen-pigmen dalam kromoplas, yaitu
karotenoid dan dalam cairan sel, yaitu
flavonoid terutama antosianin, atau
dapat juga disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi seperti keasaman cairan
sel.
Studi mengenai pigmen flavonoid pada bunga anting-anting (impatiens
balsamina) memperlihatkan adanya pigmentasi yang berbeda antara petal, sepal,
dan bagian-bagian vegetatif tumbuhan. Perbedaan ini sesuai dengan fungsi petal
dalam menarik serangga penyerbuk, diartikan sebagai seleksi yang terjadi
selama proses evolusi berlangsung, dan akhirnya menghasilkan pigmentasi yang
terspesialisasi. Pada Rudbeckia hirta, dasar petal mengandung glukosida
flavonol yang menyerap sinar ultra violet (uv) dan membuat dasar petal mudah
dikenali sebagai penunjuk adanya nektar untuk mendatangkan serangga
penyerbuk. Pada kubis-kubisan (Brassicaceae), yang juga dipolinasi oleh
serangga, bunga memperlihatkan pola refleksi uv yang bervariasi. Pola ini
berhubungan sangat erat dengan taksa dan mungkin dapat dijadikan sebagai
petunjuk taksonomi. Sel-sel epidermis petal kerap mengandung minyak volatil
yang menunjukkan sifat fragrans dari bunga.
2. Bagian Fertil
Bagian reproduktif atau fertil bunga terdiri dari struktur reproduksi jantan
atau stamen (mikrosporofil) dan struktur reproduksi betina atau karpel
(megasporofil). Stamen menyusun andresium sedang karpel atau pistil
menyusun ginesium.
BIOL4312/MODUL 1
1.15
a. Stamen
Struktur reproduksi jantan atau stamen terdiri dari antera yang
menghasilkan polen dan filamen yang mendukung antera. Polen yang dihasilkan
antera kemudian akan dibawa serangga atau hewan polinator lain ke bunga yang
lain untuk membuahi sel telur.
Stamen atau alat perkembangbiakan jantan, menyusun lingkaran ketiga dari
bunga, yaitu di bagian dalam atau atas korola. Kumpulan dari stamen menyusun
androecium. Pada umumnya, stamen terdiri dari filamen yang berbentuk
seperti tangkai dengan antera di ujungnya. Antera adalah tempat di mana butir
polen dibentuk, terdiri dari kantung polen atau mikrosporangia. Setiap kantung
polen disusun oleh lapisan dinding dan lokulus tempat pembentukan
mikrospora. Kebanyakan angiospermae memiliki antera yang tetrasporangiate
(empat sporangium) dengan dua lokulus pada setiap lobusnya yang juga
berjumlah dua. Beberapa angiospermae memiliki antera yang bisporangiate
dengan satu lokulus pada setiap setengah anteranya (Gambar 1.7B). Pada saat
dewasa, sebelum antera pecah, dinding pemisah pada lokulus rusak sehingga
antera yang tetrasporangiate tampak seperti bilokulus dan antera yang
bisporangiate tampak seperti unilokular.
Filamen umumnya memiliki struktur yang relatif sederhana dengan
parenkima mengelilingi jaringan pembuluh yang amfikibral. Epidermis yang
berkutin dapat memiliki trikom, sedang pada antera dan filamen dapat pula
dijumpai stomata. Jaringan pembuluh yang terdapat di sepanjang filamen dapat
berakhir pada dasar antera atau pada konektivum yang berada di antara dua
belahan antera (Gambar 1.7A).
Antera pada umumnya membuka secara memecah atau membuka secara
spontan. Pecahnya antera didahului dengan rusaknya dinding pemisah di antara
dua lokulus pada lobus yang sama. Kemudian jaringan terluar dari antera, yaitu
epidermis bersel tunggal juga rusak sehingga polen dilepaskan melalui celah
panjang atau stomium (Gambar 1.7E). Dinding sub epidermis antera, yaitu
endotesium, yang memiliki penebalan sekunder berupa ‘strips thickening’
(Gambar 1.7F), tampaknya yang menginduksi rusaknya stomium karena adanya
perbedaan derajat pengerutan saat antera mengalami kekeringan (Gambar 1.7).
Pada beberapa spesies, stomium merupakan pori yang dibentuk di tepi atau pada
apeks lobus antera.
1.16
Embriologi Tumbuhan
Gambar 1.7.
Struktur Anatomi Stamen pada Tumbuhan Angiospermae.
b. Pistilum
Pistilum atau alat perkembangbiakan betina, dapat terdiri dari satu atau
lebih daun buah (karpel), berada di bagian tengah bunga. Kumpulan dari karpel
disebut sebagai ginoecium. Bunga dapat memiliki satu atau lebih karpel. Jika
bunga memiliki 2 atau lebih karpel, karpel-karpel tersebut dapat bebas satu dari
yang lain (ginesium apokarp) atau bersatu (ginesium sinkarp). Ginesium
dengan satu karpel diklasifikasikan sebagai apokarp.
Pistilum terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Stigma yang merupakan bagian teratas dari pistil, biasanya lengket dan
merupakan tempat melekatnya polen;
2) Stilus merupakan tabung panjang yang melekatkan stigma ke ovarium
(bakal buah).
3) Ovarium (bakal buah), merupakan bagian basal dari pistil berupa suatu
ruangan dengan satu atau lebih bakal biji (ovulum) di dalamnya.
Sperma dari polen akan bergerak turun melalui tabung tersebut menuju ke
ovulum (bakal biji). Selanjutnya, ovulum dan sel telur akan tersimpan dalam
ovarium sampai terjadinya fertilisasi (pembuahan). Fertilisasi hanya dapat
terjadi pada tumbuhan dari spesies yang sama. Senyawa-senyawa kimia tertentu