21
Pertumbuhan kredit perbankan Indonesia (21,80%) paling tinggi jika
dibandingkan dengan 3 kompetitor utamanya, yaitu Singapura, Malaysia,
dan Thailand yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 17,03%,
11,07%, dan 9,44%. Sebagaimana perkembangan nominal aset dan DPK,
nominal kredit perbankan Indonesia lebih rendah dibanding negara lain.
Nilai nominal kredit perbankan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Singapura berturut-turut adalah USD271 miliar, USD362 miliar, USD376
miliar, dan USD 452 miliar.
Pertumbuhan Kredit (yoy)
Total Kredit (Miliar USD)
Sumber: CEIC, Bank Sentral
Grafik 4.
Kredit Perbankan Beberapa Negara ASEAN
Selanjutnya, pada Grafik 5 dan Grafik 6 ditunjukkan perbandingan
beberapa indikator keuangan perbankan di ASEAN untuk melihat kinerja
Indonesia jika dibandingkan dengan kompetitor utamanya. Pada periode
2011—2013 secara umum rata-rata suku bunga simpanan dan kredit
perbankan Indonesia lebih tinggi dari negara lain di ASEAN. Namun spread
suku bunga tertinggi terdapat di Singapura selama periode tersebut yang
disebabkan oleh rendahnya suku bunga simpanan di sana. Sementara itu,
kinerja perbankan Indonesia dilihat dari aspek profitabilitas (rasio ROA,
ROE, dan NIM) tercatat lebih baik dengan perbedaan yang cukup signifikan
jika dibandingkan dengan beberapa negara lain. Dari sisi permodalan,
besaran CAR perbankan Indonesia cukup berimbang dibanding negara lain
walaupun bukan yang tertinggi. Adapun dari aspek efisiensi (rasio CIR),
kinerja perbankan Indonesia relatif lebih rendah.
22
Sumber: FSI IMF, Central Bank,
BankScope, SPI dan LBU Bank Indonesia, dan
World Bank
Grafik 5.
Perbandingan Suku Bunga, Inflasi, dan Policy Rate di ASEAN (%)
Sumber:
Bankscope, diolah berdasarkan konsistensi ketersediaan data per tahun bagi
masing-masing Negara
5
Grafik 6.
Perbandingan Beberapa Indikator Perbankan di ASEAN (%)
Terkait dengan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF),
penerapan ABIF akan cenderung memberi dampak positif bagi Indonesia,
yaitu dengan adanya peluang dan potensi bagi perbankan Indonesia untuk
memanfaatkan ABIF sebagai pintu ekspansi ke ASEAN. Walaupun
demikian, minat perbankan negara ASEAN untuk masuk ke Indonesia juga
5
Perhitungan CIR mengacu kepada perhitungan Bankscope agar dapat dibandingkan antar-negara
[CIR =
Non Interest expense /(
Net Interest Income +
Other Operating Income)]
23
relatif besar, seperti yang sudah terjadi saat ini dengan kehadiran
perbankan beberapa negara ASEAN di Indonesia. Hal ini akan memicu
persaingan yang ketat antara bank domestik dan bank-bank dari regional
ASEAN. Namun, dengan adanya azas resiprokal dalam ABIF, terdapat
potensi bagi otoritas perbankan Indonesia untuk menggunakan azas
resiprokal tersebut dalam memberikan dukungan untuk perbankan
Indonesia yang akan berekspansi ke ASEAN. Terlepas dari dampak positif
penerapan ABIF tersebut, perbankan Indonesia juga harus mengantisipasi
derasnya arus masuk bank-bank regional ASEAN ke Indonesia dengan cara
meningkatkan permodalan, kualitas SDM, efisiensi, dan teknologi
informasi.
Jika dilakukananalisis kompetitif, terdapat keuntungan dan kerugian
bagi perbankan nasional dalam menghadapi ABIF tersebut. Dari sisi kinerja
keuangan, perbankan Indonesia memiliki rasio profitabilitas (tecermin dari
rasio NIM, ROA, dan ROE) yang relatif lebih tinggi dari negara lain dan
didukung oleh rasio NPL yang relatif rendah. CAR perbankan Indonesia juga
relatif berimbang dengan negara lain. Disamping itu, aset perbankan
Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Keunggulan
lainnya adalah perbankan Indonesia memiliki jaringan kantor yang luas
dan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dari sisikerugian,
tingkat efisiensi perbankan Indonesia relatif rendah (tecermin dari rasio
CIR) dibandingkan dengan negara pesaing utama, yaitu Malaysia dan
Singapura. Tingginya rasio CIR tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi
geografis Indonesia yang sangat berbeda dengan Malaysia dan Singapura,
sehingga memerlukan model bisnis yang berbeda. Kondisi geografis yang
tersebar memerlukan branch banking system yang kuat, sehingga
memungkinkan masyarakat terlayani dengan jasa perbankan. Selain itu,
jumlah bank di Indonesia masih relatif banyak dengan struktur perbankan
yang kurang merata sehingga dapat menimbulkan ketimpangan dalam level
of playing field.
Dalam persaingan di industri perbankan, Grafik 7 menunjukkan
tingkat kompetisi industri perbankan di ASEAN yang tecermin dari nilai
Boone Indicator. Jika dilihat secara umum, tingkat persaingan perbankan di
Thailand tercatat paling tinggi dibanding negara lainnya dengan indeks