Kontribusi semiotika terhadap


BAB VI PENUTUP DAN KESIMPULAN



Yüklə 0,53 Mb.
səhifə6/6
tarix31.10.2018
ölçüsü0,53 Mb.
#77407
1   2   3   4   5   6
BAB VI

PENUTUP DAN KESIMPULAN
Dari penelitian dan uraian-uraiannya dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Agama didekati secara ilmiah, tampaknya, akan selalu menarik untuk dicari jawabannya. Agama talah mempunyai ciri kas “Wahyu”, yang diyakini oleh banyak orang sebagai sesuatu yang berada di luar kemampuan akal pikiran manusia untuk menjangkaunya sehingga cukup untuk dipercayai saja? Itulah, barangkali, tanggapan yang seringkali dikemukakan oleh beberapa kalangan terhadap apa yang disebut dengan the science of religion, atau the scientific study of religion atau juga sering disebut dengan the Comparative Study of Religions, Religionswissenchaft, Muqaranatul Adyan.

  2. Cabang keilmuan yang mempelajari tentang penggunaan tanda di dalam masyarakat” telah diterima secara luas, namun masih saja diperdebatkan tentang intervensi semiotika terhadap cabang keilmuan lain. Pertanyaannya adalah, apakah semiotika melingkupi segala bentuk penggunaan tanda, segala bentuk komunikasi, serta segala subjek yang terlibat di dalamnya? Setidak-tidaknya terdapat lima subjek dalam berbagai rantai komunikasi, yaitu: manusia/makhluk lain/alam/benda (mesin)/Tuhan. Hubungan antar manusia telah banyak dikaji melalui semiotika umum. Hubungan komunikasi antar fauna dikaji secara khusus melalui zoosemiotics. Komunikasi antara manusia-komputer dikaji melalui semiotika. Namun, apakah fenomena komunikasi manusia/jin merupakan fenomena semiotika juga? Begitu juga komunikasi manusia/Tuhan?

  3. Beberapa ahli semiotika, seperti Umberto Eco, Roland Barthes, Coward & Ellis, tampaknya bersepakat tentang satu hal bahwa apapun bentuk tanda yang digunakan, siapa pun subjek yang terlibat, selama ia digunakan dalam satu sistem pertandaan dan komunikasi, serta berlandaskan pada kesepakatan sosial (konvensi, kode) tertentu, dengan asumsi makna tertentu, maka ia merupakan fenomena semiotika. Hal ini juga berlaku pada proses pertandaan dan komunikasi di dalam ilmu-ilmu agama.

  4. Menurut paham idealisme ada sesuatu di belakang dan melampaui realitas empiris, yang bersifat transenden. Dalam sistem pertandaan dan komunikasi, makna dari tanda dikatakan bersifat transenden, yakni melampaui realitas pertandaan itu sendiri, misalnya bersifat Illahiyah. Idealisme, dengan demikian, menuntut adanya satu fondasi atau titik pusat tempat bersandarnya satu sistem makna. Paham materialisme, sebaliknya menegaskan, bahwa realitas empiris itu berdiri sendiri – dari dan untuk dirinya sendiri – yang telah melingkupi seluruh realitas, serta mengikuti hukumnya sendiri yang bersifat imanen, tanpa campur tangan sesuatu yang melampauinya, termasuk Tuhan. Materialisme berprinsip, bahwa makna dalam sistem komunikasi atau pertandaan diproduksi di dunia sini (oleh manusia) dengan sistem dan kodenya sendiri, tanpa campur tangan kode-kode transendental.

  5. Pemikiran strukturalisme ini secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Strukturalisme tidak menganggap penting individu sebagai subjek penciptaan, dan melihatnya lebih sebagai penggunaan kode yang tersedia, 2) Strukturalisme memberikan perhatian yang sedikit pada masalah sebab-akibat, dan memusatkan dirinya pada kajian tentang struktur, 3) Strukturalisme tidak menganggap penting pertanyaan tentang sejarah dan perubahan, dan lebih berkonsentrasi pada kajian hubungan antara seperangkat unsur-unsur di dalam satu sistem pada satu waktu tertentu.

  6. Tidak semua tanda dapat diubah dengan cara sewenang-wenang, khususnya tanda-tanda yang berkaitan dengan rantai komunikasi manusia-Tuhan. Komunikasi manusia/Tuhan, khususnya dalam kerangka ibadah muamalah, memiliki bentuk atau gerakan ritual dan rukun tertentu, yang secara semiotika dapat dianggap sebagai seperangkat tanda berdasarkan konvensi. Yang jadi masalah adalah, bahwa tidak semua tanda dalam rukun ibadah ini bersifat sewenang-wenang. Di antara tanda ini ada yang bersifat ikonik atau indeks. Merubah bentuk rukun ibadah yang bersifat kronik ini akan merubah konteks dan makna secara keseluruhan.

  7. Yang perlu dipahami dalam kajian ilmu-ilmu agama – khususnya kajian yang berhubungan dengan tanda dan komunikasi – adalah, bahwa memang ada tanda-tanda yang wajib diterima secara ideologis sebagai bersifat transenden; akan tetapi, ada pula tanda-tanda, atau kode yang pada kenyataannya telah diterima secara sosial sebagai satu keputusan final, sebagai taqlid, padahal sesungguhnya tanda-tanda dan kode tersebut terbuka bagi interpretasi, bagi dekonstruksi – atau istilah Syariahnya yang lebih tepat – bagi ijtihad, baik bidang syariah itu sendiri, dakwah, haji dan tassawuf.

  8. Meningkatkan penelitian yang mendalam (deep research) mengenai dampak-dampak sosial, budaya, kesehatan, dan psikologis yang mungkin dapat ditimbulkan oleh sebuah iklan, khususnya bagaimana sebuah iklan dapat menggiring orang yang dipengaruhinya pada persepsi, pemahaman, dan tingkah laku yang keliru. Hasil-hasil penelitian ini, kemudian disebarluaskan kepada publik lewat berbagai media komunikasi publik.

  9. Menggalakkan berbagai bentuk media tandingan (counter media), yaitu program-program di dalam berbagai media cetak atau elektronikm yang dapat memberikan informasi dan pengetahan yang benar tentang sebuah kegiatan yang ditawarkan di dalam berbagai iklan (merokok, minum, berjudi), khususnya media-media publik (radio atau televisi publik). Media tandingan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih objektif tentang sebuah kegiatan atau sebuah produk, sambil tetap mempertahankan unsur daya tarik, nilai hiburan, dan estetik dari sebuah media.

  10. Di dalam Islam, bahasa itu wajib bersifat konvensional untuk tanda dan kode-kode yang telah eksplisit dalam Al Qur’an dan sunnah Nabi, akan tetapi sekaligus wajib bersifat kreatif dan produktif lewat pintu ijtihad, untuk tanda dan kode-kode yang belum eksplisit.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Ruslan, Penggunaan Ilmu Sejarah, Bandung: Prapanca, tt.

A.E. Afifi, Mystical Philosophy of Ibn ‘Arabi, Cambridge University, 1939.

Ali, H.A. Mukti, Alam Pemikiran Modern di Indonesia, Jogjakarta: Jajasan NIDA, 1970.

______, Penelitian Agama di Indonesia dalam Mulyanto Sumadri (Ed.), Penelitian Agama, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982.

Ali Samiati, Haji (terjemahan), Bandung: Pustaka, 1978.

Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Annemarie Schemmel, Mystical Dimension of Islam, Amerika: The University of Noet Carolina Press. 1981.

Antasari, Muhammad Abd. Haq., Antara Sufism dan Syariah, Kajian Besar terhadap Sufism Sheikh Ahmad Sirbindi, terjemahan Achmad Nasir Budiman, Jakarta: Rajawali, 1990.

Barthes, Roland, Element of Semiology, Hill & Wanng, New York, 1973.

Binatama, Puspo, Revolusi Media Komunikasi, Majalah Filsafat Dwiyarkara, Vol. XIX, No 2, tahun 1992/1993.

Danny, Ida, Manusia dan Media Dalam Refleksi Budaya Marshal McLuhan, Jakarta: Lembaga Studi Filsafat, 1992.

Delgaaww, Bernard, Filsafat Abad 20, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988.

Eco, Umberto, A Theory of Semiotics, Indiana University Press, Bloomington. 1976.

______, Semiotics and the Philosophy of Language, the Mac Millan Preess, 1984.

Eric From, Memiliki dan Menjadi, Jakarta: LP3S, 1976.

Ewing, Alfred Cyril, The Fundamental Questions of Philosophy, New York: Collier Books, 1962.

Fachry, Majid, Sejarah Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.

Fatimah Usman, Wahdad Al Adyan, Yogyakarta: LKIS, 2002.

Gramsci, Antonio, Selections from Prison Notebooks, London: Lawrence & Wishart, 1991.

Habermas, Jurgen, The Philosophical Discourse of Modernity, Polity Press, 1990.

Hamka. Tassawuf, Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Tanji Mas. 1986.

HB. Action, “Historical Materialism”, The Encyclopedia of Philosophy, Vol. 3-4, London: Macmillan Publisher, 1972.

Hilal, Ibrahim, Baena Tassawuf wa Dien 1. 1979.

Jencks, Charles, What is Postmodernism?, Academy/St Martins, New York, 1986.

Kautsar Azhari N., “Tuhan yang di ciptakan dan Tuhan yang sebenarnya”, dalam Paramadina, Vol 1, No 1. Juli – Desember 1998, hlm. 129-147.

Keanney, Richard (ed), Continental Philosophy Reader, London: Routledge, 1996.

Mc. Innes, Neil, “Gramsci Antonio”, The Encyclopedia of Philospphy, Vol. 3-4, London: Macmillan Publisher, 1972.

_______, “Marxist Philosophy”, The Encyclopedia of Philosophy, Vol. 5-6, London: Macmillan Publisher, 1972.

Michel Foucault, Order of thing, Arkeologi Ilmu-ilmu Kemanusiaan (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Mouffe, Chantal (ed), Gramsci and Marxist Theory, London: Routledge & Kegan Paul, 1979.

Mudhofir, Ali, Kamus Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Mulder, D.C., Iman dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Badan Penerbit Kanisius, 1965.

Nasr Hamid Abu Zaid, Kritik Wacana Agama, Khoirun Nahdiyyin (pent.), Yogyakarta: LKIS, 1994.

Nietzsche, Frederich, The Birth of Tragedy, A Double Day Anchor Book, New York, 1956.

Olson, Alan P., Transcende and Hermeneutics, London, Mantimus Nighaff Publisher.

P.A. Nicholsom, The Mystic of Islam, Inggris: London dan Boston Routlodge, 1987.

Piliang, Yasraf Amir, Hipersemiotika, Tafsir Cultural dan Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2003

_______, Post Realitas, Realitas Kebudayaan Dalam Era Postmetafisika, Yogyakarta: Jalasutra, 2004.

R.R. Siti Murtiningsih (ed.), Pengantar Filsafat Komunikasi, Yogyakarta: Lintang Pustaka Grafika, 201..

Runes, Dagobert D., Dictionary of Philosophy, New Jersey: Littlefield, Adam & Co, 1976.

Runes, Dagobert D. (ed.), Treasure of Philosophy, New York: Philosophical Library, 1955.

S.H. Nasr, Living Sufism. London: Unwin Paperbaks, 1980.

Seri Kumpulan Pidato Guru Besar, Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Kesilaman, Yogyakarta: Suka Press, 2003.

Simons, Herbert W., After Post-modernism: Reconstructing Ideology Critique, London: Sage Publication, 1994.

Sontag, Frederick, Problem of Metaphysics, Pennsylvania: Chandler Publishing Company, Scranton, 1970.

St. Nauman Jr., The New Dictionary of Existentialism, New Jersey: The Citadel Press, 1972.

Suseno, Frans Magnis, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Titus, Harold H., dkk., Persoalan-persoalan Filsafat, alih bahasa Prof. DR. H.M. Rasyidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Wach, Joachim, The Comperative of Religious, New York: Columbia University Press, 1966.

Williams, Raymond, Marxism and Literature, Oxford: Oxford Univesity Press, 1977.



Yudilatif dan Isi Subandy, “Media Massa dan Pemiskinan Imajinasi Sosial”, Republika, 21-22 April 1994.





Yüklə 0,53 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə