Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 75
IV.9. Diabetes dengan Penyakit Kritis
Glukosa darah yang direkomendasikan untuk pasien DM
dengan penyakit kritis harus dikontrol pada kisaran 140-180 mg/dL
dan tidak boleh melebihi 180 mg/dl (A).
Target yang lebih ketat seperti 110-140 mg/dL, mungkin
dapat diterapkan pada pasien-pasien tertentu, namun harus
diperhatikan resiko terjadinya hipoglikemia (C).
Pada hampir seluruh kondisi klinis di rawat inap, terapi
insulin merupakan pilihan utama dalam kontrol glikemik. Pada
pasien ICU, pemberian insulin secara drip intravena umumnya lebih
dipilih. Di luar ICU, terapi insulin subkutan lebih direkomendasikan.
Perlu diperhatikan resiko hiperglikemia pada perubahan terapi
insulin drip intravena menjadi subkutan.
Pemberian insulin secara sliding scale sangat tidak
disarankan. Pemberian insulin subkutan dengan memperhatikan
pola sekresi insulin endogen yang fisiologis berupa insulin basal,
prandial, lebih direkomendasikan, yang bila diperlukan dapat
ditambahkan dosis insulin koreksi.
1. Krisis Hiperglikemia
Sudah dibahas pada bab komplikasi.
2. Sindrom Koroner Akut (SKA).
SKA merupakan suatu kegawatan medis yang diakibatkan
penurunan perfusi jaringan jantung akibat penyempitan hingga
penyumbatan arteri koroner. Pasien dengan SKA memberikan
gambaran klinis nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke area
sekitar. SKA diklasifikasikan berdasarkan gambaran EKG dan
pemeriksaan laboratorium, yaitu SKA dengan elevasi segmen ST
(STEMI) hingga SKA tanpa peningkatansegmen ST (Non-STEMI
atau angina pektoris tidak stabil).
Faktor-faktor pada pasien DM yang dapat meningkatkan resiko
SKA, di antaranya: terjadinya akselerasi atherosklerosis, pro-
thrombic state, dan disfungsi autonomik. Pasien DM yang
mengalami sindrom koroner akut beresiko sering mengalami
silent infarct, dimana keluhan klasik nyeri dada tidak muncul
pada pasien.
76 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
Rekomendasi pengobatan pasien dengan DM dan SKA:
a. Aggressive anti-thrombotic therapy
§
Terapi antiplatelet:
o
Aspirin adalah terapi dasar pada SKA
o
Clopidogrel masih kurang didokumentasikan pada
pasien DM, tapi termasuk pilihan penting.
o
Terapi kombinasi aspirin dan klopidogrel dapat
digunakan sampai setahun setelah SKA (B).
o
Terapi antiplatelet yang baru, sebagai contoh
prasugrel, menunjukan keuntungan yang potensial
pada pasien DM
§
Terapi antikoagulan menggunakan unfractionated
heparin dan enoxaparin disarankan
b. Early invasive angiography
§
Pada MI dengan STEMI, segera dilakukan percutaneous
coronary intervention (PCI), konsultasikan dengan
spesialis jantung.
3. Stroke
Hiperglikemia mempengaruhi tingkat mortalitas begitu juga
dengan penyembuhan paska-stroke. Hiperglikemia yang
berkelanjutan dapat memperluas ukuran infark.
Manajemen stroke untuk pasien dengan stroke iskemik non-
kardioembolik atau TIA, telah direkomendasikan penggunaan
antiplatelet
agen
daripada
antikoaglukosan
oral
direkomendasikan untuk menurunkan risiko stroke berulang dan
kejadian kardiovaskular yang lain. Untuk pilihan dapat
menggunakan aspirin dengan atau tanpa terapi antiplatelet.
Rekomendasi untuk pasien stroke akut dengan hiperglikemia:
§
Target glukosa darah: 110-140 mg/dl
§
Lanjutkan terapi IV insulin untuk menurunkan variabilitas
§
Metode kontrol glikemik yang lain (perubahan gaya hidup)
dapat diimplementasikan pada saat fase penyembuhan.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 77
4. Sepsis
Respon imun mengalami perubahan dan kerentanan terhadap
infeksi yang meningkat pada pasien DM. Orang dengan DM
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena infeksi, tetapi
masih belum jelas apakah prognosis akan lebih buruk dari non-
diabetik.
Langkah-langkah kontrol glukosa darah pada pasien sepsis:
1. Stabilisasi
2. Pasien dengan sepsis berat dan hiperglikemia di ICU: terapi
insulin IV
3. Pasien yang menerima insulin IV juga menerima sumber
glukosa kalori
4. Menggunakan validasi protokol untuk penyesuaian dosis
insulin dan target glukosa darah hingga berkisar <150 mg/dl
5. Memantau nilai glukosa darah setiap 1-2 jam sampai kadar
nilai glukosa dan infus insulin stabil; dimonitor setiap 4 jam
setelah itu.
Pertimbangan dalam mengontrol glukosa darah pada sepsis,
antara lain:
1. Kadar glukosa darah yang rendah pada tes point-of-care
darah kapiler harus diintepretasikan dengan hati-hati,
karena pengukuran tersebut melebihi darah arteri atau nilai
plasma glukosa
2. Akurasi dan produksi pada tes point-of-care darah kapiler.
78 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
V. Penutup
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Keadaan ini sangat
memengaruhi kualitas hidup penyandang DM sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini
memang belum ditemukan cara atau pengobatan yang dapat
menyembuhkannya diabetes secara menyeluruh. Akan tetapi DM
dapat dikendalikan dengan baik, dengan cara : diet, olahraga dan
dengan menggunakan obat antidiabetik. Pada setiap penanganan
penyandang DM, harus selalu ditetapkan target yang akan dicapai
sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi
sesuai kebutuhan serta menghindari hasil pengobatan yang tidak
diinginkan. Pengobatan DM sangat spesifik dan individual untuk
masing-masing pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk
dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol kadar glukosa darah
namun bila diterapkan secara umum, diharapkan dapat mencegah
dan menurunkan prevalensi DM, baik di Indonesia maupun di dunia
di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan mengucap syukur kepada Tuhan YME atas
tersusunnya buku revisi konsensus diabetes. Diharapkan buku ini
dapat benar-benar bermanfaat bagi para praktisi yang memiliki
kewenangan dalam penatalaksanaan DM dan bertugas menangani
para penyandang diabetes.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 79
VI. Daftar Pustaka
1. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Sixth
Edition, International Diabetes Federation (IDF). 2013.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI.
Jakarta. 2011.
3. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013.
4. Executive summary: Standards of medical care in diabetes--2013,
Diabetes Care. 2013, 36 Suppl 1, S4-10.
5. Soewondo, P. Current Practice in the Management of Type 2 Diabetes
in Indonesia: Results from the International Diabetes Management
Practices Study (IDMPS), J Indonesia Med Assoc. 2011, 61.
6. Widyahening, I. S.; van der Graaf, Y.; Soewondo, P.; Glasziou, P.; van
der Heijden, G. J. Awareness, agreement, adoption and adherence to
type 2 diabetes mellitus guidelines: a survey of Indonesian primary
care physicians. See http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24755412
for further details.
7. American Diabetes Association, Standards of medical care in diabetes
2014, Diabetes Care. 2014, 37 (Suppl 1), S14-80.
8. Little, R. R.; Roberts, W. L. A Review of Variant Hemoglobins
Interfering with Hemoglobin A1c Measurement, Journal of Diabetes
Scienece and Technology. 2009, 3, 446-451.
9. American Diabetes, A. Executive summary: Standards of medical care
in diabetes--2014, Diabetes Care. 2014, 37 Suppl 1, S5-13.
10. Lipska, K. J.; Bailey, C. J.; Inzucchi, S. E. Use of metformin in the setting
of mild-to-moderate renal insufficiency, Diabetes Care. 2011, 34,
1431-1437.
11. Ovalle, F. Thiazolidinediones: A Review of Their Benefits and Risks See
http://www.medscape.com/viewarticle/444913 for further details.
12. Garber, A. J.; Abrahamson, M. J.; Barzilay, J. I., et al. AACE
Comprehensive Diabetes Management Algorithm 2013, Endocrine
Practice. 2013, 19, 327-336.
13. Defining and reporting hypoglycemia in diabetes: a report from the
American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia,
Diabetes Care. 2005, 28, 1245–1249.
80 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
14. Geerlings, S.; Hoepelman, A. Immune dysfunction in patients with
diabetes mellitus (DM), FEMS Immunol Med Microbiol. 1999, 26, 256–
265.
15. Muller, L.; Gorter, K.; Hak, E.; Goudzwaard, W.; Schellevis, F.;
Hoepelman, A. Increased risk of common infections in patients with
type 1 and type 2 diabetes mellitus, Clin Infect Dis. 2005, 41, 281–288.
16. Casqueiro, J.; Casqueiro, J.; Alves, C. Infection in Patients with
Diabetes Mellitus : a Review of Pathogenesis, Indian Journal of
Endocrinology and Metabolism. 2012, 16(Suppl1, S27-S36.
17. Jeon, C.; Murray, M. Diabetes mellitus increases the risk of active
tuberculosis: a systematic review of 13 observational studies, PLoS
Medicine. 2008, e152.
18. Richard Brostrom, Ib Christian Bygbjerg, Martin Castellanos, Saidi
Egwaga, Susan Fisher-Hoch, Christie Y. Jeon, Megan B. Murray, Toru
Mori, Salah-Eddine Ottmani, Kaushik Ramaiya, Gojka Roglic, Nigel
Unwin, Vijay Viswanathan, David Whiting, Lixia Wang and Wenhua
Zhao Collaborative Framework for Care and Control of Tuberculosis
and Diabetes. 2011.
19. Organization, W. H. Collaborative Framework for Care and Control of
Tuberculosis and Diabetes. 2011.
20. Geerlings, S. Urinary tract infections in patients with diabetes
mellitus: Epidemiology, pathogenesis and treatment, Int J Antimicrob
Agents. 2008, 31S, 54–57. 81
21. Ludwig, E. Urinary tract infections in diabetes mellitus, Orv Hetil.
2008, 149, 597–600
22. Petit, J.; Bour, J.; Galland-Jos, C.; Minello, A.; Verges, B.; Guiguet, M.
Risk factors for diabetes mellitus and insulin resistance in chronic
hepatitis C, J Hepatology. 2001, 35, 279-283
23. Calvet, H.; Yoshikawa, T. Infections in diabetes, Infect Dis Clin North
Am. 2001, 15, 407-420.
24. Peleg, A.; Weerarathna, T.; McCarthy, J.; Davis, T. Common infections
in diabetes: Pathogenesis, management and relationship to glycaemic
control, Diabetes Metab Res Rev. 2007, 23, 3–13.
25. Carfrae, M.; Kesser, B. Malignant otitis externa, Otolaryngol Clin
North Am. 2008, 41, 537–549.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 81
26. Kalra, S.; Kalra, B.; Agrawal, N.; Unnikrishnan, A. Understanding
diabetes in patients with HIV/AIDS, Diabetol Metab Syndr. 2011, 3, 2.
27. Jr, F. W. The diabetic foot, Orthopedics. 1987, 10, 163-172.
28. Lipsky, B.; Berendt, A.; Cornia, P. Infectious Diseases Society of
America clinical practice guideline for the diagnosis and treatment of
diabetic foot infections. IDSA guidelines., Clin Infect Dis. 2012, 54,
132-173.
29. (EWMA), E. W. M. A. Wound bed preparation in practice.). London:
MEP Ltd, 2004.
30. Johnson, K. Peripheral Artery Disease of the Legs See
http://www.webmd.com/heart-disease/peripheral-artery-disease-of-
the-legs for further details.
31. UC Davis Health System, Description Critical limb ischemia (CLI) See
www.ucdmc.ucdavis.edu/vascular/diseases/cli.html
for
further
details.
32. UC Davis Health, S. y. s. t. e. m. Symptoms Critical limb ischemia (CLI)
See www.ucdmc.ucdavis.edu/vascular/diseases/cli.html for further
details.
33. Boulton, A.; Vinik, A.; Arezzo, J. American Diabetes Association.
Diabetic neuropathies: a statement by the American Diabetes
Association, Diabetes Care 2005, 28, 956-962.
34. Frisch, A.; Chandra, P.; Smiley, D.; Peng, L.; M, M. R.; Gatcliffe, C.
Prevalence and clinical outcome of hyperglycemia in the
perioperative period in noncardiac surgery, Diabetes Care. 2010, 33,
`1783-1788.
35. Management of Diabetic Patients Treated with Glucocorticoids. In
Partnership Diabetic Control in Indonesia (PDCI)). 2013, 11,18.
36. Clement, S., Diabetes Care. 2004, 27, 553.
37. Aiello, L. M.; Cavallerano, J. D.; Aiello, L. P.; Bursell, S. E. Diabetic
retinopathy. In: Guyer DR, Yannuzzi LA, Chang S, et al, eds. Retina
Vitreous Macula. . 1999, Vol 2, 316-344.
38. Benson, W. E.; Tasman, W.; Duane, T. D. Diabetes mellitus and the
eye. In: Duane's Clinical Ophthalmology 1994, Vol 3.
39. Bhavsar, A. R.; Atebara, N. H.; Drouilhet, J. H. Diabetic Retinopathy:
Presentation See http://emedicine.medscape.com/article/1225122-
overview for further details.
82 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
40. American Diabetes Association, Diabetes Care in Specific Settings,
Diabetes Care. 2012, 35(suppl 1), S44.
41. Moghissi, E.; Korytkowski, M.; DiNardo, M. American Association of
Clinical Endocrinologists and American Diabetes Association
consensus statement on inpatient glycemic control, Diabetes Care.
2009, 32, 1119-1131.
42. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Petunjuk Praktis: Terapi Insulin
Pada Pasien Diabetes Melitus, PB. PERKENI. Jakarta. 2011. 82
43. Coven, D. L.; Kalyanasundaram, A.; Shirani, J. Overview Acute
Coronary
Syndrome
See
http://emedicine.medscape.com/article/1910735-overview
for
further details.
44. American Diabetes Association 2009 textbook. 2009.
45. Furie, K. L., et al. Guidelines for the prevention of stroke in patients
with stroke or transient ischemic attack: A guideline for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2011, 42, 227-276.
46. Lee, L. T. Glycemic control in the diabetic patients after stroke., Crit
Care Nurs Clin N Am. 2009, 21, 507-515.
47. Clement, S., et al. Management of diabetes and hyperglycemia in
hospitals, Diab Care. 2004, 27(2).
48. Schuetz, P., et al, Diabetes Care 2011, 34(3), 771-778.
49. Dellinger, R. P., Crit Care Med. 2008, 36, 296-327.
50. Hamdy, O.; Srinivasan, V. A. R.; Snow, K. J. Overview Hypoglycemia
See http://emedicine.medscape.com/article/122122-overview for
further details.
51. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes
– 2015. Diabetes Care. 2015;38 (Sppl 1):S1-S87.
52. American Association of Clinical Endocrinologists and American
College of Endocrinology – Clinical Practice Guidelines for Developing
a Diabetes Mellitus Comperehensive Care Plan – 2015. Endocrinbe
Practice, 2015;21 (sppl1):1-87
53. Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A
New Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus.
Diabetes. 2009; 58: 773-795
150>
Dostları ilə paylaş: |