Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 25
o
Penambahan sejumlah 10% dari
kebutuhan basal diberikan pada
keadaan istirahat.
o
Penambahan sejumlah 20% pada pasien
dengan aktivitas ringan: pegawai
kantor, guru, ibu rumah tangga.
o
Penambahan sejumlah 30% pada
aktivitas sedang: pegawai industri
ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidak perang.
o
Penambahan sejumlah 40% pada
aktivitas berat: petani, buruh, atlet,
militer dalam keadaan latihan.
o
Penambahan sejumlah 50% pada
aktivitas sangat berat: tukang becak,
tukang gali.
§
Stres Metabolik
o
Penambahan 10-30% tergantung dari
beratnya stress metabolik (sepsis,
operasi, trauma).
§
Berat Badan
o
Penyandang
DM
yang
gemuk,
kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-
30%
tergantung
kepada
tingkat
kegemukan.
o
Penyandang DM kurus, kebutuhan
kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan
BB.
o
Jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kal perhari untuk
wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk
pria.
26 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah
kalori yang terhitung dan komposisi tersebut di
atas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan
pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta
2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di
antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu
perubahan jadwal, jumlah dan jenis makanan
dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk
penyandang DM yang mengidap penyakit lain,
pola pengaturan makan disesuaikan dengan
penyakit penyerta.
III.2.2.3 Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai
adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan
latihan jasmani dilakukan secara secara teratur
sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
(A). Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila
kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila
>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-
hari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal)(A) seperti: jalan
cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
| 27
Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi
(contoh: osteoartritis, hipertensi yang tidak
terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga
melakukan resistance training (latihan beban) 2-3
kali/perminggu (A) sesuai dengan petunjuk dokter.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas
latihan jasmani pada penyandang DM yang relatif
sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada
penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas
latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan
masing-masing individu.
III.2.2.4 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup
sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-
hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
a. Pemacu
Sekresi
Insulin
(Insulin
Secretagogue)
§
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan
berat badan. Hati-hati menggunakan
sulfonilurea pada pasien dengan risiko
tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan
faal hati, dan ginjal).
28 |
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015
§
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara
kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan
sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati. Obat ini dapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.
Efek samping yang mungkin terjadi
adalah hipoglikemia.
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
§
Metformin
Metformin mempunyai efek utama
mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki
ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama
pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis
Metformin diturunkan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30-
60 ml/menit/1,73 m
2
). Metformin tidak
boleh
diberikan
pada
beberapa
keadaan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73
m
2
, adanya gangguan hati berat, serta
pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebro-
vaskular, sepsis, renjatan, PPOK,gagal
jantung [NYHA FC III-IV]). Efek samping
yang mungkin berupa gangguan saluran
pencernaan seperti halnya gejala
dispepsia.
30>100>
Dostları ilə paylaş: |