46
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa GDP secara signifikan
berpengaruh positif (sesuai ekspektasi) terhadap tingkat efisiensi
operasional (technical efficiency) bank umum di Indonesia. Variabel makro
lain yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi perbankan
adalah inflasi (INF) dan volatilitas suku bunga PUAB O/N (INT_PUAB).
Inflasi berpengaruh positif (tidak sesuai ekspektasi) namun tidak signifikan
terhadap efisiensi operasional bank. Volatilitilitas suku bunga PUAB O/N
berpengaruh positif (tidak sesuai ekspektasi) dan signifikan terhadap
efisiensi bank. Hal ini dapat terjadi karena, secara umum, dalam kondisi
normal volatilitas suku bunga PUAB O/N cenderung rendah sehingga dapat
memberikan kepastian berusaha bagi bank. Sementara itu, kapitalisasi
pasar (MCAP) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi
yang berarti sektor perbankan dan pasar modal saling bersaing. Indeks
persaingan bank umum yang diukur dengan nilai Herfindahl Hirchsman
Index (LHHI) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan tingginya konsentrasi pasar dapat menyebabkan kompetisi
meningkat sehingga bank menjadi lebih efisien. Pangsa pasar (MS) yang
diukur dengan aset bank umum memiliki pengaruh yang positif (sesuai
ekspektasi) dan signifikan terhadap tingkat efisiensi. Hal ini dikarenakan
bank-bank dengan pangsa pasar yang tinggi akan memiliki tingkat efisiensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank lain. Hal tersebut juga sesuai
dengan hasil estimasi yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan nilai aset (ASSET) memiliki pengaruh positif (sesuai
ekspektasi) terhadap efisiensi operasional bank walaupun tidak signifikan.
Dari aspek permodalan (CAP), modal yang dimiliki oleh bank berpengaruh
positif (sesuai ekspektasi) dan signifikan terhadap efisiensi bank.
Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang
positif (sesuai ekspektasi) dan signifikan terhadap tingkat efisiensi bank
karena kenaikan kredit dapat meningkatkan pendapatan bank sekaligus
dapat meningkatkan tingkat efisiensi bank (perhitungan BOPO). Walaupun
demikian, kenaikan kredit tanpa disertai dengan peningkatan sumber dana
dapat meningkatkan risiko likuiditas yang dapat memberikan pengaruh
terhadap penurunan tingkat efisiensi bank. Jumlah kredit yang disalurkan
oleh bank (LOAN) memiliki pengaruh yang positif (sesuai ekspektasi) dan
47
signifikan terhadap efisiensi bank. Hal ini dikarenakan kredit merupakan
sumber utama pendapatan bank sehingga ketika kredit yang disalurkan
oleh bank meningkat maka peluang bank untuk mendapatkan profit juga
lebih besar dan akan meningkatkan efisiensi operasionalnya.
Dilihat dari aspek risiko kredit yang diproksikan oleh NPL, NPL
memiliki pengaruh yang negatif (sesuai ekspektasi) terhadap efisiensi bank
walaupun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan semakin besar nilai risiko
kredit akan menyebabkan bank memperketat jumlah kredit yang
disalurkannya, sehingga akan mengurangi peluang profit dan akan
menurunkan efisiensi operasionalnya. Overhead Cost (OHC) yang
merupakan proksi dari beban operasional selain beban bunga memiliki
pengaruh yang positif (tidak sesuai ekspektasi) namun tidak signifikan
terhadap efisiensi operasional bank. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa
kenaikan OHC digunakan untuk mendorong kenaikan kinerja bank. Dari
sisi kinerja keuangan, Return on Asset (ROA) berpengaruh positif (sesuai
ekspektasi) namun tidak signifikan terhadap efisiensi bank. Sementara itu,
Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat efisiensi bank. Hal ini mencerminkan bahwa suatu bank dapat
semakin efisien meningkatkan NIM nya karena bank tersebut dapat
mengurangi beban bunga atau meningkatkan pendapatan bunganya.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa tingkat efisiensi suatu bank
sangat memengaruhi perhitungan suku bunga kredit, sehingga upaya-
upaya untuk menurunkan suku bunga kredit dapat lebih difokuskan
kepada perbaikan tingkat efisiensi bank. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya korelasi negatif dan signifikan antara skor efisiensi dengan suku
bunga kredit, yaitu sebesar -0,370 untuk TE dan -0,530 untuk PTE, yang
berarti bahwa semakin efisien suatu bank maka suku bunga kredit yang
ditawarkan akan semakin kecil sehingga memberikan dampak yang positif
bagi masyarakat (lihat Tabel 7).
48
Skor Efisiensi
vs
Suku Bunga Kredit
-0.53
0
-0.37
0
Korelasi
PTE
TE
Tabel 7. Korelasi Tingkat Efisiensi dengan Suku Bunga Kredit
Sumber: Olahan Penulis
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan model
panel Tobit, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil yang
didapatkan sesuai dengan ekspektasi dari beberapa teori terkait dengan
determinan faktor efisiensi. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
efisiensi perbankan, khususnya technical efficiency atau efisiensi
operasional, di Indonesia secara signifikan di antaranya adalah tingkat
pertumbuhan GDP, suku bunga PUAB overnight, kapitalisasi pasar, pangsa
pasar perbankan, tingkat permodalan, rasio Loan to Deposit, Net Interest
Margin (NIM), dan kredit. Determinan faktor tersebut dapat menjadi acuan
bagi perbankan, regulator, serta stakeholders lainnya dalam upaya
meningkatkan efisiensi perbankan, antara lain agar dapat bersaing pasca-
penerapan ABIF.