52
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
2010
2011
2012
2013
Persero
Swasta Devisa
Swasta Non Devisa
BPD
Campuran
KCBA
Industri
Kredit/TK (Juta Rp)
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
2010
2011
2012
2013
Persero
Swasta Devisa
Swasta Non Devisa
BPD
Campuran
KCBA
Industri
Laba/TK (Juta Rp)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tenaga Kerja
Barang dan Jasa
Lainnya
Penyusutan/Penghapusan
Sewa
Premi Asuransi
Promosi
Pemeliharaan & Perbaikan
Diklat
Pajak-pajak (tdk termsk PPh)
Litbang
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 27.
Pangsa Komponen Biaya Overhead Perbankan (%)
Mengingat pangsa biaya tenaga kerja cenderung semakin meningkat,
upaya yang perlu dilakukan oleh perbankan ke depan adalah meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, baik dalam hal penyaluran kredit,
penghimpunan dana, maupun penghasilan laba, sehingga dapat
meningkatkan kinerja bank. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk melihat perkembangan produktivitas tenaga kerja adalah melalui
perbandingan (rasio) antara jumlah tenaga kerja dan laba bersih, kredit dan
DPK. Secara umum, kontribusi/produktivitas tenaga kerja terhadap kinerja
industri perbankan pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan dibanding
tahun 2012. Perkembangan ini terjadi pada hampir semua kelompok bank,
kecuali kelompok BPD yang mengalami penurunan pada penghimpunan
DPK. Adapun kenaikan tertinggi terdapat pada kelompok bank asing dan
campuran (lihat Grafik 28).
2013
53
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
2010
2011
2012
2013
Persero
Swasta Devisa
Swasta Non Devisa
BPD
Campuran
KCBA
Industri
DPK/TK (Juta Rp)
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 28.
Kontribusi/Produktivitas
Tenaga Kerja Perbankan
Komponen marjin keuntungan yang menghasilkan pendapatan bagi
bank dalam perhitungan suku bunga kredit pangsanya tidak terlalu
signifikan, yakni sebesar 15,60% (kredit korporasi) dan 16,96% (kredit ritel).
Dari sisi nilai, rata-rata sebesar 1,86% (kredit korporasi) dan 2,24% (kredit
ritel). Penetapan marjin keuntungan ini antara lain mempertimbangkan
tingkat persaingan, kondisi perekonomian, serta target laba yang diinginkan
bank dari portfolio kreditnya untuk mencapai sasaran ROA dan NIM.
Adapun komponen yang sumbangannya terkecil dalam perhitungan suku
bunga kredit adalah premi risiko, yakni sebesar 10,74% (kredit korporasi)
dan 11,36% (kredit ritel), dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar
1,28% dan 1,50%. Perhitungan premi risiko setiap bank cukup bervariasi
(mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks) yang antara lain
dipengaruhi oleh kinerja debitur (profitabilitas, hutang, likuiditas, dan lain-
lain), kualitas kredit, serta jenis dan sektor usaha debitur.
Besaran komponen HPDK (terutama biaya DPK) dan biaya overhead
merupakan gambaran tingkat efisiensi suatu bank. Kedua komponen
tersebut sangat memengaruhi perhitungan suku bunga kredit karena
sumbangannya cukup signifikan, yakni rata-rata sebesar 70% (industri).
Oleh karena itu, tingkat efisiensi suatu bank sangat memengaruhi
perhitungan suku bunga kredit. Dengan demikian, ke depan, upaya-upaya
untuk menurunkan suku bunga kredit dapat lebih difokuskan pada
perbaikan tingkat efisiensi bank. Dari sisi biaya dana, upaya perbaikan
tersebut antara lain dapat berupa peningkatan pangsa dana murah (giro
dan tabungan), pemberian suku bunga yang wajar, dan pemberian suku
54
bunga spesial yang terbatas, dengan tetap memperhatikan tingkat
persaingan dan kesinambungan usaha bank. Sementara itu, dari sisi biaya
overhead, produktivitas tenaga kerja perlu senantiasa ditingkatkan karena
biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar pada beban
operasional dan biaya overhead bank.
60
65
70
75
80
85
90
95
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Persero
Swasta
BPD
Campuran
Asing
Industri
Rasio BOPO (%)
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Persero
Swasta
BPD
Campuran
Asing
Industri
Rasio CIR (%)
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 29.
Rasio BOPO dan CIR Perbankan
Tingkat efisiensi perbankan selama lima tahun terakhir menunjukkan
perbaikan, baik secara industri maupun per kelompok bank (lihat Grafik
29). Pada tahun 2013, BOPO kelompok bank persero dan BPD tercatat lebih
rendah dari kelompok bank lainnya, yang mengindikasikan bahwa kedua
kelompok bank tersebut dapat memperbaiki tingkat efisiensinya. Kenaikan
suku bunga simpanan yang cukup tinggi (terutama deposito) pada
kelompok bank asing, campuran, dan swasta menyebabkan BOPO ketiga
kelompok bank tersebut meningkat cukup tinggi pada tahun 2013.
Sementara itu, jika dilihat dari rasio CIR, rasio CIR kelompok bank asing
dan campuran lebih baik dari kelompok bank lainnya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa beban bunga kelompok bank asing dan campuran
lebih rendah dari kelompok bank lainnya. Perhitungan rasio CIR berbeda
dengan BOPO karena CIR tidak memasukkan beban bunga yang
merupakan cerminan dari volume DPK dan suku bunga simpanan yang
diberikan. Dalam hal ini, besaran suku bunga simpanan dipengaruhi oleh
faktor eksternal yang berada di luar kendali bank, yaitu inflasi, kebijakan
moneter (BI rate), dan kebijakan lembaga lain (antara lain suku bunga
penjaminan LPS dan batasan suku bunga simpanan oleh OJK). CIR dapat