57
Kel
Bank
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Persero
6.07
5.81
6.11
6.55
5.95
5.50
2.72
2.71
3.08
3.60
3.80
3.87
Swasta
5.66
5.89
5.44
5.26
5.43
4.67
1.29
2.16
2.54
2.48
2.68
2.49
BPD
8.52
7.88
8.74
8.10
6.70
7.04
3.70
3.65
3.82
3.36
2.90
3.18
Campuran
3.75
3.77
3.83
3.91
3.63
3.00
2.87
2.32
2.03
2.05
2.24
2.39
Asing
4.29
3.78
3.54
3.62
3.47
2.65
3.89
3.54
3.05
3.55
3.06
2.92
Industri
5.66
5.56
5.73
5.91
5.49
4.89
2.33
2.60
2.86
3.03
3.11
3.08
ROA (%)
NIM (%)
perbankan Indonesia adalah komponen pendapatan bunga yang porsinya
mencapai 76,64% dari pendapatan operasional bank, sedangkan beban
bunga pangsanya lebih rendah, yakni 46,14% dari beban operasional bank.
Sementara itu, porsi terbesar aktiva produktif bank adalah kredit yang
mencapai 72,91%. Pada tahun 2013, NIM industri perbankan mengalami
penurunan cukup besar dibanding tahun 2012 hingga menjadi 4,89%. Hal
ini terutama disebabkan oleh meningkatnya beban bunga sebagai dampak
dari kenaikan suku bunga simpanan, sedangkan kenaikan suku bunga
kredit relatif terbatas. Jika dikaitkan dengan rasio BOPO, secara umum
pergerakan rasio BOPO akan mempengaruhi NIM, yakni ketika BOPO turun
maka NIM akan meningkat atau sebaliknya. Rasio NIM menunjukkan
kinerja bank dalam menghasilkan rentabilitas, sehingga bank yang memiliki
rasio NIM yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata peer groupnya
menunjukan kondisi bank yang lebih baik.
Tabel 10.
NIM dan ROA Perbankan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI)
Berdasarkan tiga posisi data, yakni Desember 2012, Desember 2013, dan
September 2014, struktur kepemilikan DPK perbankan Indonesia
menunjukkan ketimpangan yang terlihat dari adanya kepemilikan
sekelompok kecil deposan (nominal simpanan > Rp1 miliar) atas dana
perbankan yang cukup signifikan. Dominannya deposan besar tersebut
dapat menyebabkan posisi bank (bargaining power) terhadap deposan
menjadi rendah, terutama dalam penetapan suku bunga. Di sisi lain, jika
suku bunga yang ditawarkan suatu bank lebih rendah atau kurang
kompetitif dibandingkan dengan bank pesaing, dapat menyebabkan adanya
perpindahan deposan yang jika terjadi dalam skala besar dapat
mengganggu likuiditas bank. Per September 2014, jumlah rekening pemilik
dana diatas Rp1 miliar hanya sebesar 0,32% dari total rekening simpanan,
58
Jumlah
%
Miliar Rp
%
< 100 jt
118,609,326
97.53
552
17.13
100 jt - 200 jt
1,099,435
0.90
162
5.01
200 jt - 500 jt
1,177,028
0.97
339
10.50
500 jt - 1 M
315,638
0.26
203
6.28
1 M - 2 M
209,364
0.17
268
8.32
2 M - 5 M
132,500
0.11
380
11.77
>5 M
66,816
0.05
1,322
40.99
Total__154,736,181____100.00__3,664____100.00'>Total__121,610,107____100.00__3,225____100.00'>Total
121,610,107
100.00
3,225
100.00
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Struktur Dana Perbankan Desember 2012
Rekening
Nominal
Nominal
Simpanan
Jumlah
%
Miliar Rp
%
< 100 jt
151,392,950
97.84
610
16.64
100 jt - 200 jt
1,212,866
0.78
177
4.82
200 jt - 500 jt
1,312,421
0.85
378
10.32
500 jt - 1 M
347,651
0.22
224
6.11
1 M - 2 M
242,527
0.16
308
8.41
2 M - 5 M
149,026
0.10
428
11.67
>5 M
78,740
0.05
1,540
42.03
Total
154,736,181
100.00
3,664
100.00
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Nominal
Simpanan
Rekening
Nominal
Struktur Dana Perbankan Desember 2013
Jumlah
%
Miliar Rp
%
< 100 jt
156,705,280
97.86
610
15.27
100 jt - 200 jt
1,231,630
0.77
182
4.56
200 jt - 500 jt
1,316,210
0.82
379
9.48
500 jt - 1 M
365,478
0.23
232
5.82
1 M - 2 M
268,863
0.17
337
8.44
2 M - 5 M
153,930
0.10
438
10.96
>5 M
85,553
0.05
1,817
45.48
Total
160,126,944
100.00
3,996
100.00
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Nominal
Simpanan
Rekening
Nominal
Struktur Dana Perbankan September 2014
namun nominal simpanannya sangat signifikan, yakni mencapai 64,88%
dari total simpanan masyarakat (DPK), dengan tren yang cenderung
menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2012 dan 2013.
Tabel 11.
Struktur Kepemilikan DPK Perbankan
Setelah perhitungan internal suku bunga kredit dilakukan, bank
tidak langsung menggunakan suku bunga kredit tersebut karena tahap
selanjutnya, yang biasanya dilakukan oleh bank dalam penetapan suku
bunga kredit, adalah melihat suku bunga bank pesaing. Hal ini untuk
mengetahui posisi bank apakah suku bunganya di atas atau di bawah rata-
rata suku bunga bank pesaing (peer group comparison), sehingga
diharapkan suku bunga yang akan ditetapkan dapat bersaing di pasar. Jika
berada di atas rata-rata peer group, bank akan melakukan penyesuaian
sepanjang tidak merugikan bank dan masih memberikan keuntungan bagi
bank. Dalam hal ini, komponen yang dapat disesuaikan oleh bank adalah
marjin keuntungan dan premi risiko karena relatif bersifat fleksibel,
sedangkan komponen HPDK dan biaya overhead relatif sulit untuk
disesuaikan karena bersifat tetap dan merupakan gambaran operasional
usaha bank. Sebaliknya, jika suku bunga kredit bank berada di bawah