36
Per akhir Desember 2013 terdapat 55 bank yang memiliki nilai ROA
di atas rata-rata ROA industri perbankan (2,25%). Hal ini menunjukan
bahwa terdapat 55 bank yang memiliki kemampuan dalam memperoleh
earning yang lebih besar di atas rata-rata industri dibandingkan dengan 53
bank lainnya. Bank yang memiliki nilai ROA di atas rata-rata industri
umumnya berasal dari kelompok BPD (25 bank).
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas dapat diambil simpulan
bahwa dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015,
industri perbankan nasional harus terus dikembangkan secara
berkesinambungan agar mampu bersaing dengan bank-bank besar di
tingkat regional ASEAN. Perbankan Indonesia harus mengantisipasi
terbentuknya ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) yang
rencananya akan diterapkan pascapenetapan MEA, antara lain melalui
peningkatan permodalan, kualitas SDM, variasi/kualitas produk/layanan,
teknologi informasi, dan efisiensi.
Secara umum, jika dilihat dari aspek kompetisi perbankan di masing-
masing negara ASEAN, tingkat persaingan perbankan di Indonesia tercatat
lebih rendah dibandingkan dengan Thailand dan Singapura dengan nilai
indeks persaingan (boone indicator) sebesar -0.058. Selain itu, dilihat dari
biaya investasi yang diproksikan dengan suku bunga riil, suku bunga
perbankan Indonesia dan Thailand relatif lebih tinggi pada tahun 2013 dan
tingkat pertumbuhan riilnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia.
Dari aspek tingkat kemudahan berusaha, Indonesia masih relatif
tertinggal dibandingkan dengan tiga kompetitor utamanya, yaitu Singapura,
Malaysia dan Thailand. Hal ini mengindikasikan bahwa Retun on
Investement Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand. Dengan tingkat GDP per kapita yang cukup rendah
dibandingkan dengan dua kompetitor utamanya, yaitu Malaysia dan
Singapura, Indonesia juga masih berada pada posisi yang cukup tertinggal
dalam hal penyiapan/pengeluaran untuk sumber daya manusia menuju
kompetisi di pasar bebas ASEAN. Walaupun terdapat beberapa aspek
perbankan Indonesia yang relatif tertinggal dibandingkan kompetitor
37
utamanya, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, namun perbankan
Indonesia diperkirakan tetap mampu bersaing dengan bank-bank besar di
ASEAN terkait dengan comparative dan competitive advantage yang dimiliki
serta dilihat dari perkembangan perbankan Indonesia yang cenderung
menunjukan perbaikan yang signifikan. Hal ini tecermin dari pertumbuhan
aset, kredit, DPK dan permodalan yang semakin meningkat, rasio ROA dan
ROE yang semakin meningkat, rasio BOPO yang semakin menurun, dan
lain sebagainya.
Ke depannya, agar industri perbankan Indonesia dapat bersaing
dengan Qualified ASEAN Banks (QAB) pascapenetapan ABIF dari sisi
aktivitas perkreditan, perbankan Indonesia perlu meningkatkan efisiensinya
karena aspek efisiensi ini sangat memengaruhi penentuan besaran suku
bunga kredit sebagai salah satu produk utama perbankan Indonesia.
38
IV. ANALISIS KUANTITATIF
DETERMINAN EFISIENSI OPERASIONAL PERBANKAN
INDONESIA
Sebagaimana yang telah dibahas pada Bab II mengenai Studi
Literatur, efisiensi perbankan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
pure
technical efficiency (PTE)
, technical/operational efficiency (TE),
dan
scale
efficiency (SE)
. Untuk menganalisis determinan faktor efisiensi operasional
bank umum di Indonesia dapat dilihat dari faktor-faktor yang memengaruhi
technical efficiency. Oleh karena itu, analisis kuantitatif mengenai
determinan efisiensi operasional perbankan di Indonesia akan lebih
terfokus kepada analisis technical efficiency.
Berdasarkan hasil penelitian J. G. Garza-Garcia (2012), determinan
dari efisiensi dapat dicari dengan menggunakan Two Stage Analysis. Tahap
pertama diperoleh dengan melakukan analisis DEA untuk mendapatkan
skor efisiensi dari masing-masing bank. Selanjutnya, skor efisiensi tersebut
digunakan sebagai variabel dependen dalam model regresi yang merupakan
analisis tahap kedua dalam penentuan determinan efisiensi. Data dalam
penelitian ini menggunakan sampel data dari 103 bank umum konvensional
dengan periode data dari tahun 2007Q1 sampai dengan 2014Q1. Berikut ini
merupakan deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini (lihat
Tabel 2).
39
Tabel 2 Variabel Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua
tahapan analisis, yaitu tahap analisis efisiensi yang terdiri atas pure
technical efficiency (PTE), technical efficiency (TE), dan scale efficiency (SE)
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), serta
tahap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi operasional bank
umum di Indonesia dengan menggunakan model panel Tobit (lihat Grafik
24).
Grafik 24.
Tahapan Analisis Kuantitatif
Variabe l
De s krips i
GDP
GDP Quarterly Growth
INF
Inflation Rate
INT_PUAB
PUAB Interest Rate Volatility
MCAP
Annual Market Capitalization over GDP
LHHI
Market Concentration (Herfindahl-Hirschman Index)
MS
Market Share in Terms of Assets
AS S ET
Logarithm of Total Assets
CAP
Total Capital over Total Assets
ROA
Return on Assets
LDR
Loan to Deposit Ratio
NIM
Net Interest margin
D_OHC
Overhead Cost
NPL
Non Performing Loan
LOAN
Loan over Total Assets
DS 1
Dummy Status Persero
DS 2
Dummy StatusDevisa
DS 3
Dummy Status Non Devisa
DS 4
Dummy Status BPD
DS 5
Dummy Status Camp uran
PTE
Pure Technical Efficiency
TE
Technical Efficiency
S E
Scale Efficiency