__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
7
Tuberkulosis di Indonesia
Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberculosis post primer dan
perjalanan penyembuhannya
Sarang eksudatif
(pneumonik)
Sarang keju
dini
Kaviti
non sklerotik
Kaviti
sklerotik
Diresopsi
Sarang proliferatif
Sarang
enkapsulasi
Open healed
cavity
Lesi eksudatif
Sembuh
Sikatriks
Sarang
pengapuran
Sikatrik
(stellate shaped)
Perkejuan
Kaviti
Dinding
Penebalan
P
en
am
ba
ha
n
Ja
rin
ga
n
ika
t
E
n
ka
p
su
la
si
Meng
hi
la
ng
Sar
ang
Sarang eksudatif
(pneumonik)
Sarang keju
dini
Kaviti
non sklerotik
Kaviti
sklerotik
Diresopsi
Sarang proliferatif
Sarang
enkapsulasi
Open healed
cavity
Lesi eksudatif
Sembuh
Sikatriks
Sarang
pengapuran
Sikatrik
(stellate shaped)
Perkejuan
Kaviti
Dinding
Penebalan
P
en
am
ba
ha
n
Ja
rin
ga
n
ika
t
E
n
ka
p
su
la
si
Meng
hi
la
ng
Sar
ang
__________________________________________________________
8
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia
BAB III
PATOLOGI
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui
proses patologik yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala
tuberkulosis paru, terjadi karena kelainan patologik pada saluran
pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman tersebut bersifat
sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di
daerah apeks karena pO
2
alveolus paling tinggi.
Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi
jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan
padat sel makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah
terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik sel leukosit
polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus. Kuman
berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit. Sementara
itu sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman
berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati,
sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman
yang baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus
yang intensif dan berkesinambungan. Sel monosit semakin membesar,
intinya menjadi eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak
pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel
epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler
dan bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan
sebagian sel datia ini berbentuk sel
datia Langhans (inti
terletak
melingkar di tepi) dan sebagian berupa sel datia benda asing (inti
tersebar dalam sitoplasma).
Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma,
kapiler dan fibroblas. Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang
disebut perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi sembab dan
jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa
__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
9
Tuberkulosis di Indonesia
perkembangan , bila jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk
simpai jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan
terjadi penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam
kalsium berbentuk konsentrik maka disebut cincin Liesegang . Bila
mikroba virulen atau resistensi jaringan rendah, granuloma membesar
sentrifugal, terbentuk pula granuloma satelit yang dapat berpadu
sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid dan makrofag
menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan
kaseosa. Pada saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat
ekstrasel dan terjadi perluasan penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah
terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras
dengan disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman
tretahan dan penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi
reaksi hipersensitiviti dan sekaligus imuniti.