__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
43
Tuberkulosis di Indonesia
BAB VII
RESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance/ MDR)
Definisi
Rsistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap
rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi :
•
Resistensi primer ialah apabila penderita sebelumnya tidak pernah
mendapat pengobatan TB
•
Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah
penderitanya sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya
atau tidak
•
Resistensi sekunder ialah apabila penderita
telah punya riwayat
pengobatan sebelumnya.
Laporan pertama tentang reistensi ganda datang dari Amerika
Serikat, khususnya pada penderita TB dan AIDS yang menimbulkan
angka kematian 70% –90% dalam waktu hanya 4 sampai 16 minggu.
“WHO Report on Tuberculosis Epidemic 1995” menyatakan bahwa
resitensi ganda kini menyebar di berbagai belahan dunia. Lebih dari 50
juta orang mungkin telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis yang
resisten terhadap beberapa obat anti tuberkulosis khususnya rifampisin
dan INH, serta kemungkinan pula ditambah obat antituberkulosis yang
lainnya. TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR
Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi terhadap obat tuberkulosis,
yaitu :
•
Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
•
Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan
etambutol pada awal pengobatan, maupun karena di lingkungan
tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang
digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH saja pada
__________________________________________________________
44
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia
daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah
cukup tinggi
•
Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua
atau tiga minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian
berpindah dokter dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga
bulan lalu stop lagi, demikian seterusnya
•
Fenomena “ addition syndrome” (Crofton, 1987), yaitu suatu obat
ditambahkan dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil.
Bila kegagalan itu terjadi karena kuman TB telah resisten pada
paduan yang pertama, maka “penambahan” (addition) satu macam
obat hanya akan menambah panjang nya daftar obat yang resisten
•
Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak
dilakukan secara baik, sehingga mengganggu bioavailabiliti obat
•
Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu
daerah kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan
•
Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga kadang
menimbulkan kebosanan
•
Pengetahuan penderita
kurang tentang penyakit TB
•
Belum menggunakan strategi DOTS
•
Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
•
Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan
pengobatan yang distandarisasi untuk penderita MDR-TB.
Pemberian pengobatan pada dasarnya “tailor made”, bergantung
dari hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3 OAT
yang masih sensitif dan obat tambahan lain yang dapat digunakan
yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin),
aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin),
etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat. Saat
ini paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2 –
3 OAT
dari obat lini 1
ditambah dengan obat lain
(lini 2)
golongan kuinolon, yaitu Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau
ofloksasin 1 x 400 mg
__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
45
Tuberkulosis di Indonesia
•
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan
memerlukan waktu yang lama yaitu
minimal 12 bulan
, bahkan
bisa sampai 24 bulan
•
Hasil pengobatan terhadap resisten ganda tuberkulosis ini kurang
menggembirakan. Pada penderita non-HIV, konversi hanya
didapat pada sekitar 50% kasus, sedangkan response rate didapat
pada 65% kasus dan kesembuhan pada 56% kasus.
•
Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan terawasi secara
baik merupakan salah satu kunci penting mencegah dan mengatasi
masalah resisten ganda. Konsep Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam
menjamin keteraturan berobat penderita dan menanggulangi
masalah tuberkulosis khususnya resisten ganda
•
Prioritas yang dianjurkan bukan pengobatan MDR, tetapi
pencegahan MDR-TB
•
Pencegahan resistensi dengan cara pemberian OAT yang tepat dan
pengawasan yang baik