__________________________________________________________
14
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia
Gambar… Skema klasifikasi tuberkulosis
TB
TB esktra paru
TB paru
TB paru BTA (+)
TB paru BTA (+)
TB
TB esktra paru
TB paru
TB paru BTA (+)
TB paru BTA (+)
Tipe Penderita
TB paru
Kasus baru
Kasus kambuh
Kasus pindah
Kasus lalai
berobat
Kasus gagal
pengobatan
Kasus kronik
Kasus bekas
TB
Tipe Penderita
TB paru
Kasus baru
Kasus kambuh
Kasus pindah
Kasus lalai
berobat
Kasus gagal
pengobatan
Kasus kronik
Kasus bekas
TB
__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
15
Tuberkulosis di Indonesia
BAB V
DIAGNOSIS
A.
GAMBARAN KLINIK
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinik, pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan
bakteriologik
,
radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala
sistemik.
1. Gejala respiratorik
•
batuk
≥ 3 minggu
•
batuk darah
•
sesak napas
•
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas
lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang
terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi
pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat
__________________________________________________________
16
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia
gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala
sistemik
•
Demam
•
gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung
dari organ yang terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung
dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi “cold abscess”
__________________________________________________________
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
17
Tuberkulosis di Indonesia
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman
tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin,
faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum
halus/BJH)
b.
Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-
turut atau dengan cara:
•
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
•
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
•
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah
pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat
dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke
laboratorium
.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di
gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat
ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke
laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas penderita yang
sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.