SNI 19-6724-2002
8 dari 90
2.33
sudut tutupan (mask angle)
sudut ketinggian (elevasi) minimum satelit, dihitung dari horison pengamat, yang akan
diamati oleh receiver GPS
CATATAN
Satelit dengan elevasi lebih kecil dari
mask angle
, tidak akan diamati oleh receiver
GPS.
2.34
survei GPS
survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS, yang merupakan proses
penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui
koordinatnya dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial (
differential
positioning
) serta data pengamatan fase (
carrier phase
) dari sinyal GPS
2.35
titik kontrol geodetik
titik yang dimanifestasikan di lapangan dalam bentuk monumen, dan koordinatnya
ditentukan dengan metode pengukuran geodetik serta dinyatakan dalam sistem referensi
koordinat tertentu
2.36
titik kontrol horizontal
titik kontrol yang koordinatnya dinyatakan dalam sistem koordinat horizontal yang sifatnya
dua-dimensi
KETERANGAN Dalam hal ini ada dua jenis koordinat horizontal yang umum digunakan : koordinat
geodetik dua-dimensi, yaitu
ϕ
(lintang) dan
λ
(bujur), serta koordinat dalam bidang proyeksi peta, yaitu
E (Timur) dan N (Utara).
2.37
WGS 84 (World Geodetic System 1984)
sistem referensi koordinat CTS yang didefinisikan, direalisasikan dan dipantau oleh NIMA
(
National Imagery and Mapping
) Amerika Serikat
CATATAN
1. WGS 84 adalah sistem yang saat ini digunakan oleh sistem satelit navigasi GPS (
Global
Positioning System
) ;
2. Berdasarkan peningkatan kualitas dari WGS 84 yang dilakukan secara berkesinambungan, sudah
dikenal tiga sistem WGS 84, yaitu WGS 84, WGS 84 (G730), dan WGS 84 (G873) yang terbaru
pada saat ini.
SNI 19-6724-2002
9 dari 90
3
Klasifikasi jaring titik kontrol horizontal
3.1
Klasifikasi jaring titik kontrol
Kasifikasi suatu jaring kontrol didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring
yang bersangkutan, yang tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas, dan tingkat
akurasi diklasifikasikan berdasarkan orde.
3.2
Penetapan kelas jaringan
Kelas suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang
(
semi-major axis
) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan tingkat kepercayaan
(
confidence level
) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan oleh hasil hitung
perataan jaringan kuadrat terkecil terkendala minimal (
minimal
constrained
). Dalam hal ini
panjang maksimum dari sumbu-panjang elips kesalahan relatif 95% yang digunakan untuk
menentukan kelas jaringan adalah :
r = c ( d + 0.2 )
dengan pengertian :
: r = panjang maksimum dari sumbu-panjang yang diperbolehkan, dalam mm;
c = faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei;
d = jarak antar titik , dalam km.
Berdasarkan nilai faktor
c
tersebut, kategorisasi kelas jaring titik kontrol horizontal yang
diusulkan diberikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Kelas (pengukuran) jaring titik kontrol horizontal
Kelas c
(ppm)
Aplikasi
tipikal
3A
0.01
jaring tetap (kontinu) GPS
2A
0.1
survei geodetik berskala nasional
A
1
survei geodetik berskala regional
B
10
survei geodetik berskala lokal
C
30
survei geodetik untuk perapatan
D 50
survei
pemetaan
3.3
Penetapan orde jaringan
Orde suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang
(
semi-major axis
) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan tingkat kepercayaan
(
confidence level
) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan oleh hasil hitung
perataan jaringan kuadrat terkecil. Dalam penentuan Orde, hitung perataan jaringannya
SNI 19-6724-2002
10 dari 90
adalah hitung perataan berkendala penuh (
full constrained
). Dalam hal ini panjang
maksimum dari sumbu-panjang elips kesalahan relatif (satu deviasi standar) yang digunakan
juga dihitung berdasarkan persamaan di atas.
Berdasarkan nilai faktor
c
tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik kontrol
horizontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang diberikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Orde jaring titik kontrol horizontal
Orde c
Jaring
kontrol
Jarak* Kelas
00
0.01 Jaring fidusial nasional (Jaring tetap GPS)
1000
3A
0
0.1 Jaring titik kontrol geodetik nasional
500
2A
1
1
Jaring titik kontrol geodetik regional
100
A
2
10
Jaring titik kontrol geodetik lokal
10
B
3
30
Jaring titik kontrol geodetik perapatan
2 C
4
50
Jaring titik kontrol pemetaan
0.1
D
* jarak tipikal antar titik yang berdampingan dalam jaringan (dalam km)
Dalam klasifikasi jaring titik kontrol perlu diingat bahwa orde yang ditetapkan untuk suatu
jaring titik kontrol :
1) tidak boleh lebih tinggi orde jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai
jaring referensi (jaring pengikat);
2) tidak lebih tinggi dari kelasnya.
4
Konvensi dalam pembangunan dan pengembangan jaring titik kontrol
horizontal
4.1
Sistem referensi koordinat
Koordinat titik-titik kontrol dari semua orde harus dinyatakan dalam sistem referensi
koordinat nasional, yang pada saat ini dinamakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95).
4.2
Kerangka referensi koordinat
Dalam pengadaannya, suatu jaring titik kontrol harus terikat secara langsung dengan jaring
titik kontrol yang ordenya lebih tinggi. Jaring titik kontrol pengikat (kerangka referensi
koordinat) untuk setiap jaringan adalah seperti yang dispesifikasikan pada Tabel 3.
Dostları ilə paylaş: |