SNI 19-6724-2002
5 dari 90
sampai 10 menit), dengan selang waktu yang relatif cukup lama (1sampai 2 jam) antara
keduanya
KETERANGAN
1. pengamatan dalam dua sesi yang berselang waktu relatif lama dimaksudkan untuk mencakup
perubahan geometri yang cukup, untuk dapat menyukseskan penentuan ambiguitas fase guna
mendapatkan ketelitian posisi yang lebih baik;
2. metode pseudo-kinematik yang kadang dinamakan metode intermiten (
intermittent
) ataupun
metode reokupasi (
reoccupation
), dapat dilihat sebagai realisasi dari dua metode statik singkat
(lama pengamatan beberapa menit) yang dipisahkan oleh selang waktu yang
relatif cukup lama
(sekitar satu sampai beberapa jam).
2.19
metode statik
metode survei GPS dengan waktu pengamatan yang relatif lama (beberapa jam) di setiap
titiknya
CATATAN
Titik-titik yang akan ditentukan posisinya diam (tidak bergerak).
2.20
metode statik singkat (rapid static)
metode survei GPS dengan waktu pengamatan yang lebih singkat di setiap titiknya, yaitu
sekitar 5 sampai 20 menit daripada 1 sampai 2 jam seperti pada metode statik
CATATAN
Metode statik singkat ini bertumpu pada proses penentuan ambiguitas fase yang
cepat; dan disamping memerlukan perangkat lunak yang andal dan canggih, metode statik singkat ini
juga memerlukan geometri pengamatan yang baik.
2.21
metode stop-and-go
metode survei GPS dimana pada proses pengamatannya, setelah melakukan inisialisasi di
titik awal untuk penentuan ambiguitas fase, receiver GPS bergerak dari titik ke titik dan
melakukan pengamatan dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 1 menit) pada setiap
titiknya
CATATAN
1. metode penentuan posisi ini kadang disebut juga sebagai metode semi-kinematik;
2. metode ini mirip dengan metode kinematik ; hanya pada metode ini titik-titik yang akan ditentukan
posisinya tidak bergerak dan receiver GPS bergerak dari titik ke titik.
SNI 19-6724-2002
6 dari 90
2.22
multipath
fenomena apabila sinyal dari satelit tiba di antena GPS melalui dua atau lebih lintasan yang
berbeda, dalam hal ini satu sinyal merupakan sinyal langsung dari satelit ke antena dan yang
lainnya merupakan sinyal-sinyal tidak langsung yang dipantulkan oleh benda-benda di
sekitar antena sebelum tiba di antena
CATATAN
Adanya perbedaan panjang lintasan antara sinyal langsung dan sinyal pantulan
menyebabkan sinyal-sinyal tersebut berinterferensi ketika tiba di antena yang pada akhirnya
menyebabkan kesalahan pada hasil pengamatan GPS, baik pseudorange maupun fase.
2.23
orde jaringan
atribut yang mengkarakterisasi tingkat ketelitian (akurasi) jaring, yaitu tingkat kedekatan
jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan sebagai
referensi; dan orde jaringan ini akan bergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titik-
titiknya terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari proses transformasi
yang diperlukan untuk mentransformasikan koordinat dari suatu ke datum ke datum lainnya
2.24
perataan jaring (network adjustment)
proses pengolahan secara terpadu dalam suatu jaringan dari vektor-vektor
baseline
yang
telah dihitung sebelumnya secara sendiri-sendiri, untuk mendapatkan koordinat final dari
titik-titik dalam jaringan tersebut
2.25
perataan jaring bebas
perataan jaringan terkendala minimal, yaitu perataan dengan hanya menggunakan satu titik
kontrol (titik tetap)
CATATAN
Perataan jaring bebas dilakukan untuk mengecek konsistensi antar sesama data
ukuran (tingkat presisinya).
2.26
perataan jaring terikat
perataan jaringan terkendala penuh, yaitu perataan dengan menggunakan lebih dari satu titik
kontrol (titik tetap) dan data ukuran yang kualitasnya dinyatakan baik oleh hasil analisis
perataan jaring bebas
CATATAN
1. perataan jaring terikat dilakukan setelah perataan jaring bebas dianggap sukses;
2. koordinat titik-titik yang diperoleh dari perataan jaring terikat dan sukses melalui proses kontrol
kualitas akan dinyatakan sebagai koordinat yang final.
SNI 19-6724-2002
7 dari 90
2.27
receiver GPS
alat untuk menerima dan memproses sinyal dari satelit GPS
KETERANGAN Berdasarkan peningkatan kualitasnya dikenal tiga tipe receiver GPS, yaitu tipe
navigasi, tipe pemetaan dan tipe geodetik.
2.28
sistem elipsoid
sistem koordinat yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : titik nol sistem koordinat
adalah pusat elipsoid; sumbu-X berada dalam bidang meridian nol dan terletak pada bidang
ekuator elipsoid; sumbu-Z berimpit dengan sumbu pendek elipsoid; sumbu-Y tegak lurus
sumbu-sumbu X dan Z, dan membentuk sistem koordinat tangan-kanan
KETERANGAN Dalam sistem referensi elipsoid, koordinat suatu titik umumnya dinyatakan sebagai
(
ϕ
,
λ
,h), dalam hal ini
ϕ
adalah lintang geodetik,
λ
adalah bujur geodetik, dan h adalah tinggi elipsoid.
2.29
sistem koordinat
sistem untuk mendefinisikan koordinat dari suatu titik, yang sistem koordinat itu sendiri
didefinisikan dengan menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu lokasi titik asal (titik nol)
dari sistem koordinat, orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan besaran (jarak dan/atau
sudut) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat
tersebut
2.30
sistem koordinat geosentrik
sistem koordinat yang lokasi titik asalnya berada di (sekitar) pusat bumi
2.31
sistem koordinat toposentrik
sistem koordinat yang lokasi titik asalnya berada di permukaan bumi
2.32
sistem referensi koordinat
sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis dan geometris, serta standar dan parameter)
yang digunakan dalam pendefinisian koordinat
Dostları ilə paylaş: |